"Mau makan apa"? Tanya Ran saat mereka sudah keluar dari teater.
"Hmm apa yaaa ? Terserahh dehh gw bingung".
"Hmm, steak mau"?
"Engga ahh, nanti gendutt makan daging terus".
"Kalo salad mau"?
"Enggaaa ah, bosen kalo sayuran semua".
"Nasi goreng"?
"Ih entar gendut makan kebanyakan karbohidrat".
"Pecel lele mau"?
"Ih berminyak bangett, nanti gendut".
"Lah jadi mau makan apa"?
"Ih ya terserah, dibilangin daritadi".
Ran menjitak kepala Karina dan membuat Karina meringis kesakitan sambil memegangi kepalanya.
"Aduhhh sakitttt, ih Ran kok nge jitak sihh".
"Lagian ngeselin banget, katanya terserah tapi gamau semua".
"Ehehehe iya maap, benerann dehh kali ini apa aja pasti gw mau".
Ran berpikir tempat makan bagus apa yang mungkin Karina suka. Dia tersenyum, karena dia terpikir tempat yang sangat bagus. Ran menarik tangan Karina dan mulai berjalan.
"Yaudah yuk ikut gw, kita keluar dari sini".
"Loh mau makan dimana memangnya"?
Ran tidak menjawab. Ia terus berjalan tanpa meladeni Karina yang kebingungan. Ran menuju parkiran dan menjalankan motornya. Mereka melaju melalui jalanan ibu kota di malam hari yang di terangi lampu-lampu jalan dan bangunan tinggi. Setelah beberapa menit mereka berjalan. Bangunan-bangunan tinggi mulai tidak terlihat di sepanjang jalan, melainkan pepohonan dan jalan yang berliku-liku. Hawa mulai menjadi dingin, bahkan Karina masih merasa dingin walau sudah memakai mantel Ran. Hanya ada beberapa lampu jalan yang membuat suasana menjadi remang-remang.
"Ran kita mau kemana sih? Kok jauh banget? Seremm nihhh".
"Udah tenang aja, bentar lagi sampe kok".
Beberapa menit kemudian Ran menepikan motornya di parkiran pinggir jalan yang berada di sebelah tebing. Ada beberapa motor dan mobil yang terpakir disana, ada ada seorang bapa duduk di sana yang sepertinya tukang parkir tempat tersebut.
Ran berjalan memasuki gang kecil di sebelah parkiran tersebut. Gangnya kecil, hanya muat dilalu oleh manusia. Setelah sampai di ujung gang, terlihat cafe yang sangat indah. Cafe kecil dengan lampu berwarna warni, diding yang bertema vintage dan sebagian tempatnya terbuka. Cafe itu berada di tempat yang esktrim, di ujung tebing. Menyeramkan memang, tapi sangat indah di saat yang bersamaan. Pemandangan langin dan pepohonan dari ketinggian dan udara yang sejuk membuat siapapun akan jatuh cinta pada tempat ini.
"Yaampun Ran, ini bagus bangettt ! Kok lu bisa tau tempat ini sih"?
"Bagus kan ? Kita ada di dekat puncak sekarang. Dulu gw sering kesini sama papa gw. Ini tempat favorit gw dulu".
Mereka duduk di meja di pinggir ruangan agar bisa menikmati pemandangan. Ran memanggil pelayan dan meminta menunya. Menu nya pun didesain dengan unik, tulisan warna-warnia dan gambar-gambae kue lucu.
"Mau pesen apa"?
"Hmm lu pesenin gw aja deh".
"Mas, tolong 2 Fettuccine alfredo sama 2 Frappuccino ya".
"Baik mas, 2 Fettuccine alfredo dan w Frappuccino, ditunggu ya". Kata pelayan itu dan pergi untuk memberitahukan pesanan.
"Tempatnya ga gitu ramai ya Ran".
"Iya, soalnya ini tempat memang agak tersembunyi kan, terus jauh juga. Gak semua orang tau tempat ini. Tapi tempat ini masih buka dari gw kecil dulu, hebat ya"?
"Iyaaaa, gw suka bangett". Karina tersenyum lebar melihat pemandangan dari cafe itu. Ran tersenyum senang, karena Karina sangat menyukai tempat itu. Matanya berbinar, seperti anak tupai yang bertemu ibunya kembali setelah sekian lama.
"Silahkan, ini pesanannya".
"Yuk Rin, makan dulu. Ini menu favorit gw disini".
Legitnya pasta bersalut krim pekat dengan tampilan sederhana namun rasa yang nikmat, itulah yang dirasakan Karina saat memakan Fettuccine itu. Makanan yang sangat lezat dan pemandangan indah menemani malam mereka.
"Lu sering pergi kesini ya Ran sampe sekarang"?
"Engga juga sih, udah beberapa tahun gw ga kesini. Baru sekarang gw kesini lagi sama lu".
"Kenapa ga pergi sama papa lu lagi"?
Ran tersentak mendengar pertanyaan Karina. Ia menaruh garpunya dan menopang dagunya sambil melihat keluar jendela.
"Papa gw... udah menunggal 5 tahun yang lalu".
"Eh yaampun, maaf Ran gw gatauu. Maaf yaa seharusnya gw gananya itu".
Ran tersenyum dan melihat ke arah Karina yang menatapnya dengan muka bersalah.
"Gak masalah kok, lagian itu udah lama juga. Gw udah biasa".
Ran berkata sambil tersenyum. Tapi Karina tau, dibalik senyumanannya itu pasti ada kesedihan yang ia pendam.
"Dah gausah dipikirin, lanjut makan aja". Ran kembali memakan makanannya dengan lahap. Melihat Ran makan dengan lahap, Karina kembali memakan makanannya tersebut sampai habis. Setelah membayar bill mereka berjalan keluar dan kembali pulang ke Jakarta.
Selama di perjalanan Ran hanya diam. Karina juga tidak berani untuk memulai percakapan. Ia takut akan menyakiti Ran lagi. Sampai akhirnya tanpa disadari mereka sudah sampai di depan rumah Karina.
"Ini Ran mantel lu, makasih ya".
"Iya, makasih buat hari ini ya".
"Gw seneng banget hari ini. Tempatnya bagus bangett, kapan-kapan kita kesitu lagi ya".
"Iya, pasti". Ran tersenyum pada Karina. Lalu ia mengucapkan selamat tinggal dan pergi pulang kerumahnya. Setelah melihat Ran pergi, Karina masuk ke kamarnya. Ia merebahkan badannya di ranjang dan membuka Hp nya. Ia melihat foto saat bersama Ran disana. Hanya 1, tapi cukup untuk membuat hati Karina menjadi sangat senang.
"LINE".
Bunyi dari Hp Karina yang menandakan ada pesan masuk, yang ternyata dari Ran.
Ran : Good night :)
Karina tersenyum karena sepertinya Ran baik-baik saja dan membalas pesannya.
Karina : Good night. Thanks for today Ran !
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Too Sweet For Love
RomantizmMempunyai masa lalu yang kelam tentang cinta bukan berarti kau harus membenci cinta bukan ? "Everything's gonna be okay" Itulah yang selalu ada di dalam pikiran Ranvald. Saat ia hampir membenci cinta datanglah perempuan bernama Karina ke kehidupanny...