Devian menarik nafas panjang, ia rasa ini sudah saatnya Rachel tau, "kenal, gue mantannya Ara." kata Devian terkekeh.
"Jadi elo yang ngehamilin Ara?!" Kata Rachel berjalan mendekati Devian.
Devian berdiri, mengetuk kepala Rachel dengan bolpoin nya. "Dengerin dulu, bodoh!" kata Devian melipat tangan didadanya lalu membalikkan tubuhnya mengarah ke luar gedung.
Rachel diam.
"Dulu pas jaman SMA gue pacaran sama Ara, kita pacaran dua tahun tiga bulan, gue sayang banget sama dia. Dan pas kita sama sama lulus SMA Ara bilang mau kuliah di Amerika, awalnya gue emang gak setuju, cuma dia selalu mohon sama gue buat ngebolehin dia pergi kesana. Setelah gue bolehin dia pergi kesana, gue sama dia lost contact kira kira setelah sebulan dia tinggal disana. Lo tau kan dia gak pulang berapa lama?" Kata Devian panjang lebar.
Rachel mengangguk, "dia gak pulang dua tahun" balas Rachel.
Devian mengangguk, "karna kita gak ketemu selama dua tahun, gue mutusin buat nyusul dia kesana, bahkan sampe gue bolos kuliah. Dan setelah gue disana, gue langsung ketempat kost nya, dan gue... liat dia lagi bersetubuh sama keluarga sedarah gue." Kata Devian, membalikkan tubuhnya menatap Rachel dengan senyuman mirisnya.
Rachel menatap Devian gak percaya, "keluarga sedarah? Bukannya lo anak tunggal?" Tanya Rachel.
Devian terkekeh, "gue punya kakak laki-laki namanya Darren Calvert. Dia menetap di Amerika sama Ara. Darren dihapus dari kartu keluarga gue gara-gara kasus itu. Tapi nyokap gue gak setuju, karna gak mau anaknya dan menantunya jadi gelandangan. Akhirnya bokap gue ngasih cabang perusahan di sana buat Darren" kata Devian menekan kata menantu.
Rachel membuang nafas kasar "sorry" lirih Rachel.
Devian terkekeh, "itu juga udah lalu kali, lupain aja ya. Lagian juga gue lega ngelepas Ara ke abang gue sendiri" kata Devian mengacak-acak rambut Rachel.
Rachel mendengus, "tapi tetep aja dia gak tau diri, harusnya gak usah main dibelakang gitu"
Devian membuang nafas kasar, "tapi kan gue udah liat didepan mata gue. So, buat apa dilanjutin. Dan mungkin dulu gue masih bocah banget, sedangkan abang gue udah megang perusahaan. Mana ada cewe yang gak tertarik, iya kan?" Kata Devian mengangkat bahunya.
Rachel menautkan alisnya, "terus maksud lo Ara matre gitu?"
Devian mengangguk, "gak jauh dari itu bukan?" Balas Devian, duduk dikursinya.
Rachel mendengus.
"Udah selesai, Chel?"
"Apanya?"
"File nya" kata Devian menunjuk berkas yang di pegang Rachel dengan bolpoin.
"Ah iya, gue lupa. Udah kok" balas Rachel senyum.
Devian menautkan alisnya, "beneran?" Tanya nya heran, setaunya tadi Rachel itu kayak orang bingung, bener-bener bingung.
Rachel mengangguk mantap.
"Yaudah lo boleh balik ke ruangan lo, nanti abis jam makan siang lo kesini lagi" kata Devian tersenyum.
Rachel menautkan alisnya.
"Kenapa?" Tanya Devian heran.
"Ah, ya-yaudah saya permisi, pak" kata Rachel membungkukkan tubuhnya.
Devian terkekeh, "lo ngomong formalnya kalo ada karyawan gue aja, jadi santai aja" balas Devian.
Rachel mengacungkan jempolnya lalu keluar dari ruangan Devian.
Devian menggelengkan kepala, "jauh dari ekspektasi gue" gumamnya tersenyum.
❤❤❤
"Chel, gimana?" Ucap Evelyn membuntuti Rachel.
Rachel duduk di kursinya, "gimana apanya?" Tanya nya bingung.
"Lo gak diapa-apain kan sama Devian?" Tanya Evelyn sarkatis.
Rachel mengangkat bahunya, "gak! Gue disuruh buat gantiin sekretarisnya dan ikut dia rapat nanti siang!" Jelas Rachel menekan setiap katanya.
Evelyn tertawa terbahak-bahak, "rencana gue berhasil, yeay!" Ucap Evelyn sarkatis.
Rachel menatap Evelyn tajam, "rencana apa?"
"Ups" Evelyn menutup mulutnya, dan segera membalikkan tubuhnya bersiap untuk pergi.
Rachel menahan bahu Evelyn, "mau kemana lo?" Tanya Rachel dingin.
"Ah enggak, Chel." Evelyn melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. "Udah jam makan siang ni, kita makan yuk" kata Evelyn mengalihkan pembicaraan.
"Rachel, yuk ngantin" ucap Alice, membenarkan rambutnya.
Evelyn bisa bernafas lega sekarang, Alice jadi penyelamat sementara untuknya.
Rachel menatap tajam Evelyn, "urusan kita belum selesai" desis Rachel, Evelyn bergidik ngeri.
Walaupun keduanya sahabatan, bertengkar sudah jadi kebiasaannya. Ralat! Bukan bertengkar, tapi berdebat.
"Akhirnya bisa minum juga gue" kata Evelyn mengusap tenggorokkannya.
Alice terkekeh, "emang lo abis ngapain, Eve?"
"Abis ribut sama si cantik titisan iblis" balas Evelyn melahap makanannya.
Alice menatap Rachel, meminta penjelasan. Sedangkan Rachel hanya menaikkan bahunya acuh.
Evelyn menggebrak meja, membuat kedua temannya itu tersedak.
"Lo kenapa si, Eve!" Pekik Rachel, meneguk minumannya.
Alice mengikuti arah pandang Evelyn, "wah lo demen ya sama pak Daniel?" Ucap Alice meledek.
Rachel menatap Alice bingung, Alice memberi kode agar Rachel mengikuti arah pandangnya.
Rachel cuma mengangguk.
Evelyn bergegas untuk mendekati meja yang dihuni Daniel, tapi ditahan sama Rachel.
"Dia atasan kita, lo mau dipecat?" Kata Rachel.
Evelyn lupa kalau teman-temannya tidak mengetahui status Evelyn yang sebagai tunangan Daniel. Evelyn marah karena melihat Daniel makan siang sama teman kampusnya, yang menurutnya jalang.
Devian melihat kejadian itu cuma cekikikan, gak perduli banyak mata yang melihatnya bingung. Mungkin ada juga yang merasa ilfeel karena sikapnya itu.
Evelyn menyadari keberadaan Devian langsung menatapnya sinis.
Rachel mengikuti arah pandang Devian ikut menatap Devian dengan tatapan membunuh. Lebay.
Rachel melihat jam nya, "ah jam makan siang udah selesai. Gue duluan ya" katanya bergegas pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Simple Princess
RomanceTetapi, mencoba menjawab ketika tidak ada cinta didalamnya. Bagaimana bisa sebuah cerita berakhir bahagia?