Bagian 4: Musik yang Sama

2.3K 289 67
                                    


"Aku berjanji menonton konsernya dan dia berjanji menontonku tampil di Fashion Show. Saling memberi selamat dan sebuket bunga lili—favorit kami," lanjutnya, jantungnya semakin terasa sakit. "Tapi malah, Mike yang membarikan bunga padaku setelah show. Mawar merah. Itu masa-masa kami berkencan."

"Singto, lalu kenapa kau menikahi Mike, kalau begitu?" tanya June heran, benar-benar tidak mengerti.

"Aku hanya menyadari... bahwa aku butuh seseorang yang peduli padaku, dan membuatku tidak merasa begitu kesepian. Aku putus dengan Krist, dan efek setelahnya membuatku benar-benar kesepian. Mike datang saat itu dan memberiku perhatian."

"Tapi... kau mencintainya? Mike?"

"Yes, yes I do," Singto berkata pelan.

Mata June melebar. "Pak, kupikir kau membuat kesalahan kali ini."

"Tidak. Krist tak mungkin menerimaku kembali, jadi aku menerima lamaran Mike. Dia mencintaiku," Singto mengangguk membenarkan pernyataannya.

"Jangan tambahkan ini ke daftar hal-hal yang kau sesali dalam hidupmu," June memohon. "Kau bekerja sangat baik jika moodmu baik, pelanggan semakin banyak jika kau bahagia."

"Jangan membuatku melemparmu pada barista. Aku tinggal memanggil barista kemari dan melemparmu padanya." Singto tertawa lemah.

"Setelah acara pernikahan, aku akan sepenuhnya melepaskan Krist dan segala tentangnya."

.

.

"...Kau tidak bisa benar-benar melupakannya. Dia selalu ada di berita musik dan albumnya mendekati nomor satu di Billboard."

"Aku akan berhenti mendengar musik mainstream, kalau begitu," katanya dramatis, menyeruput kopinya lagi. "Aku dengar soundtrack-soundtrack musikal saja."

"Kau tidak bisa mengabaikannya terus menerus, atau sepenuhnya lupa tentangnya," bantah asistennya. "Pak, kau seperti jiwa yang tersesat."

"Kau betul," Singto menghela nafas, menyandarkan punggungya, "Benar-benar dramatis. Aku kira inilah alasan producer Wicked mengajakku bergabung dengan drama musikalnya. Aku punya pengalaman dengan emosi yang dalam."

"Hubungan pernikahan tidak bisa didasari rasa persaudaraan atau kasihan," June berkata. "Kau hanya akan melukai Mike jika kau menikahinya tanpa mencintainya sebesar cintamu ke Krist."

"I love Mike, June," Singto membantah. "I really do. Dia membantuku melupakan... Krist."

"Kau baru saja memberitahuku dengan yakin 5 menit yang lalu bahwa Krist menjanjikanmu bunga lili, tapi Mike malah memberi mawar. Itu tidak terdengar kau sudah melupakannya. Terdengar kau masih sangat berharap bunga lili-mu."

"Mawar adalah simbol percintaan, apalagi yang berwarna merah," Singto menjelaskan, wajahnya menahan emosi. "Mike mengurusku dengan baik, June, lebih dari yang orang-orang tahu. Juga secara emosional."

"Apa pendapat saudara tirimu?"

"Dee?" Singto tertawa, "Dia hampir membunuh Mike waktu pertama kali aku kenalkan dia sebagai pacarku."

"Kenapa?" June menyeringai, memperbaiki letak kacamatanya.

"Jangan tanya padaku, tanya padanya. Mike sudah bertingkah sangat sopan." Singto menautkan alisnya.

"Orangtuamu?"

"Mereka akan hadir di pesta nanti."

"Sahabat?"

"P'Off? Oh, uhm, dia di luar kota, berkunjung ke sanak saudaranya, dia tidak sempat hadir nanti."

"P'New?"

If I Close My Eyes (SOTUS Fanfiction - Bahasa Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang