Chapter 1

33.8K 1.4K 40
                                    


Diruangan gelap yang hanya diterangi dengan sebuah lampu redup terdapat dua orang gadis yang salah satu nya terikat dengan tubuh yang dipenuhi oleh luka. Dari ruangan itu terdengar suara rintihan kesakitan dan bunyi pisau yang mengoyak kulit.

Goresan yang berasal dari pisau tumpul yang dia dapatkan dari pedagang dijalanan. Benda-benda ini lebih menyenangkan untuk membuat luka terasa jauh lebih sakit.

SRAATT... CRASS...

"Kyaa.." Gadis yang terikat itu berteriak nyaring saat gadis dihadapannya menyayat wajah nya dengan goresan panjang yang sangat dalam menggunakan pisau tumpul

Gadis itu menyeringai lebar saat korban nya berteriak kesakitan. Bukan nya merasa iba gadis itu malah mengambil sebuah palu.

Korban nya semakin ketakutan dan berusaha melepaskan diri saat melihat gadis itu berjalan perlahan kearahnya sembari menimang-nimang palu dengan santai. Dia jelas menikmati perasaan putus asa yang yang ditunjukan dari kedua mata yang telah basah oleh air mata itu.

"G-Gia, gue minta maaf. Gue benar-benar minta maaf, tolong lepasin. Gu-gue janji gak akan muncul lagi di depan muka lo! Gue janji!" ucap gadis itu memohon, air matanya bahkan sudah membanjiri wajah nya yang ketakutan setengah mati. "Gue mohon Gia! Gue minta maaf!"

Dia tidak pernah menyangka bahwa gadis dihadapannya memiliki sisi mengerikan seperti ini. Padahal dia hanya sedikit menganggu nya disekolah tetapi balasan yang dilakukan nya berkali-kali lipat jauh lebih mengerikan.

Gadis bernama Gia itu memiringkan kepalanya sedikit perlahan bibirnya membentuk senyuman yang lebih mirip dengan seringai iblis. Ekspresi wajah nya main-main, dia bahkan tidak iba walaupun gadis itu sudah berusaha untuk bersujud pada nya dengan wajah berdarah-darah.

"Maaf? Kau pikir dengan begitu aku akan melepaskanmu?" Tanya nya balik. "Kau tahu ada beberapa hal yang tidak bisa dimaafkan di dunia ini. Kau tahu apa?"

Gia berjongkok sambil mengelus wajah yang telah basah oleh air mata itu, bola mata nya penuh dengan kengerian serta ketakutan. Samar-samar dia bisa melihat sepasang sayap hitam yang terbentang di belakang punggung nya, seakan-akan dia adalah sang malaikat yang dilemparkan ke bumi setelah melakukan dosa yang tak termaafkan seperti lucifer.

"T-tapi apa salah gue sama lo?" Tanya gadis itu lagi. Tubuh nya tremor hebat melihat sosok iblis dihadapannya apa lagi saat dia terus membawa-bawa palu di tangan kanan nya.

"Karena..." Gia menggantung perkataan nya dan langsung melayangkan palu digenggamnya ke wajah korban nya berkali-kali hingga terdengar suara retakan tulang.

BUK.. KRAKK!

KYAA..!

BUK.. BUK..KRAKKK...!

Gia memperhatikan wajah korban nya yang sudah hancur itu dengan kening berkerut, samar ia dapat melihat korban nya masih hidup terlihat dari nafasnya yang terdengar putus-putus.

Rahang korban nya telah hancur sebagian hingga bisa digerakkan ke kanan dan kiri seperti boneka dengan lidah yang menjulur keluar.

"Bukankah kau sering melakukan hal seperti ini sebelumnya? Memukul, menampar orang lain tanpa alasan. Menggunting pakaian mereka dihadapan umum? Aku masih berbelas hati padamu Dita."

Belum merasa puas Gia kembali mengambil gunting yang ada di saku nya lalu menggunting lidah si korban. Lidah yang selalu melontarkan kata-kata menyebalkan kini berada di genggaman nya.

"Ah, ternyata kau masih hidup ya? Bagaimana jika kedua tangan serta kakimu kupotong?" Gia bertanya masih dengan seringai keji di wajah nya. Biasanya korban nya tidak akan dapat menahan serangan rasa sakit hingga selalu pingsan saat ditengah-tengah tapi berbeda dengan gadis ini dia masih sadar meskipun setengah wajah nya hancur dan lidah nya dipotong.

Gadis yang menjadi korban kesadisan Gia hanya dapat menatap dengan sorot mata ketakutan, sadar jika lebih baik dia mati sekarang dari pada harus menderita lebih jauh lagi.

Gia menengok ke samping dimana sebuah kapak tergelatak diatas meja kayu, Gia meraih kapak itu dan segera kembali menghampiri si korban. "Dita, sejujurnya aku tidak pernah menaruh dendam padamu tetapi kau sudag melewati batas toleransiku."

Gia memulai dengan mengangkat kapak nya tinggi lalu mengayunkan pada kedua kaki sang korban satu-persatu.

KRAK.. KRAK... CRASHHH...

Darah mengotori wajah dan seragam yang Gia kenakan hingga membuat noda basah yang meninggalkan aroma besi.

Gia memungut kedua kaki yang terpotong tadi dengan senyum sedih. Seakan-akan dia merasa bersalah berbanding terbalik dengan nada suara nya yang terselip kebanggan disana. Qie

"Ah, Bagaimana ini Dita? kedua kaki indahmu sudah tidak berguna lagi sekarang?" Gia diam sebentar sebelum kembali berkata. "Tapi jangan khawatir karena ini juga akan terjadi pada kedua tanganmu itu." Setelah itu tanpa rasa iba Gia melemparkan nya begitu saja ke sudut ruangan.

Tanpa melepaskan ikatan korban nya Gia segera mengayunkan kapaknya, tapi sebelum kapak itu sempat terayun ke lengan sang korban suara panggilan mengganggu kegiatan nya. Gia segera menurunkan kapak nya perlahan dan mengangkat sebuah panggilan yang masuk.

"Tunggu sebentar." Ucap nya pada Dita yang tidak melakukan apapun lagi selain merintih kesakitan. Dia melihat layar ponsel nya dimana nama Mama memenuhi layar, dia menyeka darah di pipi nya sebelum menjawab panggilan meninggalkan bekas merah.

"Hallo Ma? Gia lagi main sebentar lagi pulang kok, mungkin sebentar lagi. Sampai jumpa." Gia memutuskan sambungan dan kembali fokus pada korban nya.

"Sayang sekali aku tidak bisa memotong tanganmu karena sekarang aku harus segera pergi. Jadi, sampai jumpa di nereka bitch." Gia segera menghempaskan kapaknya tepat di kening korbannya hingga menancap setengah nya. Sebelum pergi Gia menyiramkan bensin ke seluruh tubuh korban nya sekaligus melepaskan sarung tangan untuk menghilangkan jejak.

Tak...

Gia melemparkan korek gas ke tubuh itu lalu api langsung berkobar membakar apapun yang berada di dekat nya tanpa ampun.

"Oh ya, kesalahanmu adalah karena kau mengusik hidupku, dan kau tahu aku benci itu." sambil melangkah tanpa menengok ke belakang. "Bagaimana rasanya merasakan karma yang selama ini kau tanam hah? Rasa menyenangkan sekali bukan..."

Gadis yang barusan dia bunuh itu pantas untuk mendapatkan nya, karena dia juga membunuh orang lain menggunakan orang lain untuk melakukan nya. Menghancurkan mental dari orang-orang yang dibully oleh nya hingga tidak tahan dan memutuskan untuk menjatuhkan diri dari atas atap sekolah. Sayang sekali karena dia menargetkan orang yang salah untuk menghilangkan bosan, karena Gia tidak akan sekedar menghilangkan bosan tapi juga nyawa nya sekaligus.

Gia berjalan pergi dari gudang yang terbakar itu menuju mobil dimana orang-orang berpakaian hitam membungkuk menyambutnya. Orang-orang yang akan menutup mata, mulut dan telinga merka jika diberikan uang. Semudah itu hidup menjadi seorang penguasa jika kau bisa mengendalikan salah satu siat terbesar manusia yaitu kerakusan.

Singkirkan gulma pada taman bunga. Seperi itulah dia bertahan hidup selama ini, parasit jenis apapun itu harus segera disingkirkan.

"Hilangkan semua barang bukti seperti biasanya." Perintah nya tanpa menunggu jawaban dan segera masuk ke mobil.


Mr. Mafia And Mrs. PsychopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang