chapter 7

17K 874 3
                                    

"Mau apa lagi kau datang kemari?" Ucap Gia ketus pada Sean yang entah bagaimana telah berada di pintu masuk rumah nya, di waktu siang hari dimana Gia menghabiskan waktu nya dengan bermalas-malasan.

Sean memperhatikan Gia dengan dengan tatapan geli, gadis galak ini memang tidak pernah berusaha berkata manis padanya. "Memang aku tidak boleh datang kemari manis?" Tanya nya.

Gia mendengus kesal, tanpa menjawab pertanyaan yang Sean berikan tadi dengan gesit Gia menarik pisau kecil yang tersemat pada gulungan rambutnya dan menggoreskan pisau itu ke leher Sean. Namun sayang nya dengan sigap Sean menahan pisau yang hendak memutuskan nadi nya itu dengan tangan nya.

"Ooo.. Tenang manis jangan terlalu terburu-buru untuk membunuhku." Dengan santai Sean menjauhkan pisau itu dari leher nya. Gia mendengkus lalu kembali menggulung rambut nya dengan pisau kecil itu.

"Sebaiknya kau pergi karena aku sedang tidak mood untuk melihat wajahmu." Gia langsung membanting pintu namun belum sempat tertutup Sean menahan pintu dengan kaki nya.

Dia benar-benar dongkol dengan sikap kekanakan yang ditunjukkan laki-laki ini pada nya. "Kau! Pergilah ke neraka!" teriak Gia marah pada Sean yang menurutnya sangat keras kepala.

Sungguh mood nya sekarang benar-benar tidak baik dari semalam karena ulah Sean. Selain itu mungkin mood Gia yang buruk juga disebabkan oleh bloody moon nya.

Emosi nya yang terus berubah-ubah Gia sudah membunuh 5 pelayan nya pagi ini hanya karena kesalahan sepele dan mood nya bertambah buruk dengan kedatangan Sean kemari.

Mendapat tatapan membunuh itu Sean hanya mengangkat sebelah alis nya "Aku hanya berniat mengajakmu kencan hari ini, apa itu salah?"

"Oh ya kau juga bertambah manis saat marah seperti itu." Godaan Sean makin membuat wajah Gia memerah bukan tersipu namun karena hasrat ingin membunuh yang makin menjadi di dalam otak nya.

"Mati saja kau sana!!" Teriak Gia menunjuk wajah Sean yang masih mengukir senyum manis.

"Kalau aku mati kau akan merindukanku sayang." Sean mengusap pipi Gia yang langsung menghempaskan kasar tangan nya dari wajah nya.

"Sudah berapa kali ku bilang kalau aku bukan sayangmu pria sinting."

Gia masuk ke dalam mension nya tanpa memperdulikan Sean yang mengikuti nya seperti anak ayam.

"Berhenti mengikutiku! Aku sangat membencimu!" Desis Gia mengancam namun tidak dihiraukan oleh Sean.

"Aku juga sangat mencintaimu." Sean yang sangat ingin tertawa saat melihat wajah Gia yang memerah dan urat di tangan nya yang terlihat sangat ingin mencekik nya.

"Sinting!" Gia langsung berjalan ke arah lift meninggalkan Sean. Tidak peduli, yang diinginkan Gia sekarang hanya membunuh banyak orang untuk melampiaskan hasrat membunuhnya.

***

Sean memandang bosan pada Gia yang sedang memutilasi salah satu maid nya, Sedangkan Gia tidak peduli pada Sean yang ada disekitarnya dan tetap memotong satu-persatu anggota tubuh wanita jalang dihadapannya kini tanpa peduli pada jeritan kesakitan si wanita.

Wajah dan tubuh Gia mulai kotor karena darah yang terus memuncrati nya. Selesai mencongkel mata nya Gia langsung menyuruh bodyguard nya untuk menyingkirkan potongan tubuh wanita itu.

Selalu ada beberapa agen yang dikirim untuk menyingkirkan nya secara terang-terangan seperti ini melalui rekrutan maid. Mereka yang datang mulai berkoloni seperti seekor semut, walaupun tahu Gia tetap menyambut kedatangan mereka dan memulangkan agen-agen tersebut dengan keadaan terpisah-pisah kepada tuan mereka.

"Ternyata kau cukup sadis untuk ukuran psychopath kecil." Sean berdecak kagum pada Gia yang sedang sibuk mengelap wajah nya dengan handuk kecil sambil menatap nya tajam membunuh.

Gia mendelik sinis, "Tenang saja akan kupastikan, saat ada kesempatan kau akan kubunuh dengan cara yang lebih menyedihkan dari ini pria sinting!" Gia mencoba peruntungan dengan melempar sebuah belati kearah Sean. Namun lagi-lagi lemparan nya gagal setelah Sean dapat menghindar dari serangan nya dengan mudah.

"Untuk sekali saja, bisakah kau tidak menghindar seperti lalat?" Keluh Gia dengan ekspresi jengkel.

Kening Sean berkerut samar mendengar perkataan Gia,  "Dan membiarkanmu membunuhku dengan mudah? Tentu saja tidak. Permainan tidak akan menarik jika salah satu dari kita mati dengan cepat." katanya geli.

Mendengar itu Gia mendelik sinis
Dan berjalan keluar dari ruangan bermain menuju kamarnya untuk membersihkan diri dari noda darah yang membuatnya gerah.

"Selain sinting ternyata kau cukup mesum untuk mengikutiku ke kamar mandi." Gia berbicara dengan nada yang datar membuat Sean tertawa kecil.

BLAM!

Pintu kamar mandi langsung di banting dengan kuat membuat senyum Sean bertambah lebar membuat ketampanan nya bartambah berkali lipat. Dia selalu merasa puas setelah membuat kelinci galak itu marah dengan sikapnya.

***

Dikamar terlihat sosok Gia yang sudah rapih dengan dress putih polos yang mencapai mata kaki, sedang sibuk menelfone seseorang melihat itu Sean berinisiatif untuk menguping pembicaraan gadis itu.

"Kau ingin aku membunuh nya? kenapa tidak kau lakukan sendiri!? aku sibuk." Gia langsung memutuskan sambungan sepihak dari klien nya.

"Dasar, dia pikir aku butuh uang nya? Cih, akan ku penggal kepalanya dan kujadikan salah satu koleksi miniatur kepalaku." Gia terus bergumam tanpa menyadari bahwa Sean terus memperhatikan gerak-geriknya.

"Apa yang kau lihat?" Gia bertanya dengan nada sewot setelah tersadar ditatap oleh Sean.

"Cantik." Jawabnya singkat padat dan jelas.

"Apa?" kening Gia menggerenyit bingung pada jawaban Sean yang tidak masuk akal.

Ditatap seperti itu Sean hanya mengangkat bahu nya acuh. "Kau terlihat cantik, itu saja. Tapi akan lebih baik jika kau berhenti mengatakan kata-kata kasar dan bersikap manis padaku. Kau tahu sayang aku tipe pria yang akan sangat memanjakan kekasihku."

Bukanya bersemu merah Gia malah terlihat jengkel. "Diam! Dan berhentilah mengatakan omong kosong!" Gia berjalan melewati Sean yang terus menatapnya dengan pandangan tak terbaca.

Namun langkah Gia terhenti dan akhirnya tumbang setelah sebuah peluru tersemat di lengan kanan nya. Biasanya Gia tidak akan mudah tumbang hanya karena sebuah peluru, tapi Gia yakin jika peluru ini mengandung racun karena dapat melumpuhkan nya.

Gia menyentuh luka itu, mendongak menatap Sean yang juga ikut menatapnya dengan senyum sinis dan sebuah pistol di tangan nya.

Gia memperhatikan Sean yang kembali mengokang senjata itu dan mengarahkan ke kepala nya.

"Sepertinya permainan kita sampai disini manis ... Ada kata-kata terakhir?" Sean saat akan menarik pelatuk itu.

Gia memberikan tatapan paling mematikan diantara rasa sakit ditubuhnya saat racun mulai menjalari tubuhnya.

"Aku membencimu!"

DOR!

Akhirnya tubuh itu terbujur di lantai dengan darah yang terus mengalir dari kening nya sedangkan sean hanya menatap dingin pada jasad itu lalu berjalan melangkahinya.

Mr. Mafia And Mrs. PsychopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang