Chapter 2

21.6K 1.2K 35
                                    

Chapter 2

Namanya Gina Andriyana. Seorang gadis polos yang mungkin dianggap sebagai orang-orang yang berada disekitarnya, tanpa mengetahui jika gadis itu sebenarnya adalah seorang monster yang muncul dalam wajah malaikat.

Jarang berbicara maupun berinteraksi dengan orang-orang, setiap diajak bicara tanggapannya selalu datar bahan untuk peduli sehingga orang merasa segan untuk mendekatinya. Aura nya selalu gelap dan mata nya yang selalu membocorkan sekitarnya malas, menganggap jika kehadiran manusia disekitarnya hanya ada timbunan sampah yang berisi.

Gia melangkah di sepanjang koridor menuju kelas 12-1, sepanjang jalan ia mendengar desas-desus yang mengatakan salah satu siswi yang menjadi gadis paling populer telah mati dengan kondisi yang mengenaskan.

"Tau gak katanya pas mayat Dita ditemuin wajah nya hancur lebur ya?"

"Iya, bahkan lidah sama kaki nya di potong tau! Pembunuhnya bikin ngeri!"

"Eh, bahkan katanya dia dibakar juga loh!"

"Gue sempet liat foto nya yang kesebar di grup sekolah, dan gue sampe gak ngenalin Ratu sekolah sama sekali karena bentuk dia kaya gitu."

Mendengar itu Gia hanya memutar bola matanya jengah, satu sekolah dipenuhi dengan penggosip yang membicarakan kematian orang lain. Apa menarik nya membicarakan orang mati?

"Berisik sekali, padahal aku sudah memperlakukan nya dengan sedikit manusiawi." Gumam Gia merasa jika satu sekolah SHS terlalu berlebihan dengan pembunuhan yang dilakukannya.

Saat Gia sampai di kelas, ruangan itu sangat ramai karena para siswa yang saling bergosip tentang sebuah insiden pembunuhan. Gia duduk diam di pojok barisan terakhir dari depan memandang kearah luar jendela memperhatikan daun yang berguguran, sampai seorang gadis berambut panjang dengan tatapan seperti anak kecil datang mengganggunya dengan sebuah sapaan.

"Pagi Gina." Sapa Angel duduk di kursi kosong depan Gia, "Pembunuhanmu kali ini benar-benar menjadi topik terpanas di SHS."

Gia menatap gadis yang menjadi sahabatnya hampir 3 tahun terakhir ini dengan sinis. Walaupun diabaikan gadis itu masih berusaha mencari atensi dari Gia. "Enyahlah." Desis Gia kesal karena perkataan Angel yang mungkin saja di dengar oleh orang lain.

Angel tertawa tanpa terganggu dengan tatapan tajam Gia. "Kau begitu sensitif pagi ini? Kalau kau terus bersikap galak seperti ini maka tidak akan ada pria yang mau mendekatimu." Kata Angel terus terang pada Gia.

"Jika kau mengatakan satu hal tidak bermutu lagi lebih baik kau mati Angel." ketus Gia sebelum menelungkupkan kepalanya di atas meja dan tidur.

"Huh! kau sama sekali tidak berubah, semoga saja kau berjodoh dengan pria paling menyebalkan di dunia!" Doa Angel yang dihadiahi sebuah lemparan tas dari Gia yang merasa terganggu.

"Dan kau yang akan lebih dulu bertemu dengan pria itu." Ujar Gia kesal lalu mengabaikan Angel untuk melanjutkan tidur nya yang tertunda.

....

Pada jam istirahat Gia menghabiskan waktu nya dengan duduk tenang di rooftop melihat banyak siswa ataupun siswi yang berjalan di sekitar lapangan. Terlihat bebas tanpa beban, dapat tertawa dengan mudah dan bisa memusingkan tentang percintaan remaja.

Kalau ia sedikit saja memiliki hidup yang normal, apakah ia akan sama seperti mereka?

"Pasti akan menyenangkan apabila tidak memiliki musuh di dunia ini." Gumam nya.fokusnya teralih kearah langit mendung yang kini mulai meneteskan muatan nya, sadar jika ia akan basah jika terus berada disana Gia beranjak pergi menuju perpustakaan. Namun, sebuah siluet seorang gadis cantik dengan mata seindah permata jernih terlihat berdiri seorang diri ditengah-tengah hujan deras, hal itu cukup menarik perhatian nya.

Cukup lama Gia memperhatikan gadis yang seperti nya sedang menangis itu. Gia kenal gadis itu kalau tidak salah namanya Arabella. Anak pemilik sekolah ya itu sudah pasti. "Cara yang buruk untuk meringankan beban, yang ada setelah ini kau akan terkena flu gadis bodoh." Cela Gia berlalu pergi dengan cuek. "Bukan nya mengurangi masalah malah menambah masalah."

Ditengah tangga Gia berpapasan dengan seorang laki-laki yang cukup tampan walau begitu Gia bisa merasakan aura menyebalkan disekelilingnya, namun lagi-lagi Gia lebih memilih bersikap tidak peduli pada sekeliling.

Sepanjang jalan di koridor menuju perpustakaan Gia sering mendapatkan tatapan iri ataupun sinis dari teman-teman satu angkatan, ataupun adik kelas hanya karena wajah dan fisiknya yang memang menyerupai gadis belia, dibandingkan penampilan mereka yang menyerupai tante-tante. Hei bukan salah nya jika ia tidak bertambah tua, salahkan saja wajah mereka sendiri yang terlalu boros untuk ukuran anak SMA.

"Wajah mereka yang terlalu tua mengapa harus menyalahkan aku?" Gumam Gia yang merasa kesal.

Sampai di dalam perpustakaan yang sunyi Gia mendudukkan dirinya pada kursi paling ujung, keberadaannya disana tentu saja bukan untuk membaca namun Gia hanya ingin menyendiri. Terkadang hidup menyendiri itu terasa lebih baik dibandingkan harus berbaur dengan sekumpulan orang munafik.

"Gin, Gina!" Sebuah suara lembut menyentak kan Gia dari lamunan nya kini ia beralih menatap orang yang tadi memanggilnya.

"Apa?" Tanya Gia jutek tanpa aksen lembut yang biasa digunakannya ketika berada disekolah saat sadar siapa yang tadi memanggil nya adalah Angela yang sudah tau siapa Gina sebenarnya di dunia gelap.

"Wajahnya saja yang manis, tapi karakternya serupa dengan iblis." Protes Angel.

Gia memutar bola matanya malas.

"Apa maumu malaikat kematian?" Tanya Gia yang sudah terlalu malas meladeni kerewelan Angel hari ini, semalam ia tidur terlalu larut karena harus membereskan sesuatu jadi hari ini dia tidak memiliki tenaga untuk berdebat dengan siapapun.

Di sindir seperti itu Angel malah tertawa. "Hari ini aku tidak meminta apapun dari mu kecuali jika kau ingin memberikan persediaan senjata baru dengan gratis, dengan senang hati aku akan menerima nya." Ucap Angel sambil duduk disebelah Gia.

"Apa kau sadar jika keberadaanmu itu sangat menganggu?" Ucap Gia sambil menatap Angel sinis karena merasa sangat terganggu dengan kehadiran gadis cantik namun berbahaya disebelahnya ini.

Rasanya tidak ada satu hari pun dia merasakan ketenangan meskipun telah berusaha untuk bersembunyi disuatu tempat. Angel selalu saja menemukan nya dan muncul secara tak terduga.

Bahkan pernah Angel mengakui bahwa dia memiliki semacam obsessi yang dia terapkan pada keluarga nya juga pada Gia. Dia bisa menyingkirkan semua orang yang menyusahkan Gia bahkan kejadian kemarin saaat dia membunuh Dita ada campur tangan Angel di dalam nya. Dialah yang menyeret gadis-gadis itu dari sebuah pub ke tempat terbengkalai yang Gia beritahukan.

"Ooo jangan mantapku seperti itu little cute psyhco, ketua osis kita memanggilmu datang ke ruangan nya." Kata Angel memperhatikan kuku jari nya seakan pesan yang disampaikan olehnya bukan hal penting dan sangat membosankan. Memang tidak ada hal yang bisa menarik perhatian gadis jenius itu selain Gia yang telah menjadi objek obsesinya, semua hal yang menyangkut Gia akan sangat menarik untuknya. terlepas dari itu dia tidak akan peduli bahkan jika kepala seseorang mengelinding dibawah kaki nya.

"Sepertinya kau dalam masalah karena telah membunuh kekasihnya." Setelah mengatakan itu semua Angel langsung berlalu meninggalkan Gia seorang diri.

"Satu lagi manusia tidak berguna akan mati hari ini." Gumam Gia sambil memeriksa pistol dibalik roknya.

Seorang siswa atau siswi membawa pistol ke sekolah? Ini hal yang biasa tapi juga tidak, sekolah ini sering terjadi insiden penembakan yang tidak jarang memakan korban. Seringnya adalah korban bullying yang membalas dendam, banyak kasus kematian ditutup dengan rapi demi nama baik sekolah.

Dan waktu berdarah itu biasanya terjadi pada hari senin dimana seseorang memiliki tingkat stres yang tinggi. Bloody monday yang telah membuat aparat hafal dan mulai merasa jika hal ini adalah aktivitas yang wajar.

Hal gila yang kini menjadi lumarah dikalangan penghuni sekolah yang semua nya adalah orang gila yang mengalami penyakit mental,

"All teenager have depression."

Mr. Mafia And Mrs. PsychopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang