chapter 4

18K 1.1K 10
                                    

Pria renta setengah gila tadi tumbang dengan sebuah peluru yang menembus tengkorak kepala nya. Bukan, bukan Gia yang melakukan itu tapi seorang pria muda yang tampak nya berkisar 22 tahun. Dia terlihat seperti dewa yunani dengan aura gelap yang menguar disekitarnya.

"Bajingan renta ini membuatku kesal." Katannya.

ya pada mayat yang tergeletak begitu saja dibawah kaki nya. Semua orang yang ada disana terdiam menyaksikan apa yang ada dihadapan mereka. "Bereskan tua bangka ini." Perintahnya pada para orang-orang berpakaian hitam yang tampaknya merupakan bawahan nya. Mendengar perintah itu mereka langsung menyeret mayat tuan Irsan keluar dari pintu belakang.

Pria itu menghampiri kedua orang tua Gia. "Maafkan atas tindakan saya tadi tuan dan nyonya Andriyan." Lalu pria itu meninggalkan ruangan begitu saja setelah sebelumnya kedua matanya bertatapan selama beberapa detik dengan Gia.

Perlahan Semua orang tersadar dan lebih memilih tutup mulut dibandingkan harus berurusan dengan pria tadi. Hanya Gia yang terus menatap pintu dimana pria yang menarik perhatiannya barusan keluar.

"Ternyata bukan aku satu-satunya yang gila di dunia ini." Gia bergumam samar ada sudut bibir nya membentuk senyum tipis yang samar hingga tak akan ada yang menyadari nya.

....

Dikamarnya Gia terus terbayang dengan wajah pria tadi siang. Rasa penasaran menggorgoti pikiran nya, dia merasa sangat familiar sekaligus akrab tapi diotaknya sama sekali tidak ada ingatan mengenai orang itu. Ingatan nya selalu kabur seperti kabut begitu dia mencoba mengingat nya.

Gia langsung menghubungi seseorang yang bisa dia andalkan untuk mencari tahu mengenai identitas seseorang.

"Hai Alice." Sapa Gia santai pada seseorang diujung sana yang berteriak marah pada nya karena menelpon ditengah malam.

'KAU PIKIR INI JAM BERAPA SIALAN?' tapi biar kutebak kau memintaku untuk mencari informasi tentang seseorang?' Gia sengaja menjauhkan ponselnya nya sambil memutar bola mata nya malas.

"Benar aku ingin kau mencari data seorang pria."

Orang diujung sana terdiam sejenak. 'Kau ingin membunuh seseorang lagi kali ini? Maaf menghancurkan hiburanmu tetapi aku tidak bisa membantumu lagi untuk membersihkan jejak. Kau tidak bisa membunuh lebih dari 2 orang di bulan yang sama, apa kau sudah gila?"

"Maksudmu ... Tidak ... Aku tidak akan membunuh nya ... Mungkin belum."

'Baiklah terserah, kirim foto orang tersebut. Tapi jangan seret aku tentang pembunuhmu kali ini.'

"Ya aku tau kau bisa mengadalkanmu, aku akan mengirimkan detailnya nanti." Gia memutuskan sambungan tanpa menunggu jawaban. Saat ini Gia lebih memilih tidur mengumpulkan tenaga untuk membunuh korban berikutnya besok.

Pagi hari nya saat Gia berangkat menuju sekolah nya ditengah jalan mobil nya di cegat oleh sekumpulan orang berwajah sangar. Tubuh mereka yang 3 kali lebih besar dari Gia serta sebuah tato naga dibelakang leher mereka membuat nya mengetahui bahwa orang-orang ini memang sengaja dikirim untuk membunuh nya.

Gia hanya bersama supir yang ketakutan, Memperlihatkan raut wajah datar. Gia mengambil sebuah pisau kecil dibawah lapisan sepatu nya sedangkan pistol berada dibalik stoking yang dikenakannya. Dia selalu benda-benda ini bersama nya untuk mengantisipasi kejadian tak terduga seperti hari ini.

Gia langsung berhadapan dengan orang-orang itu tanpa merasa takut sedikitpun. "Apa yang kalian ingin kan?" tanya Gia pada keenam pria berotot itu menyembunyikan pisau itu dibelakang tubuh nya tubuh besarnya.

"Hei gadis kecil lebih baik kau ikut bersama kami tanpa perlu melawan bagaimana?" Tanya si codet sambil menyentuh dagu Gia main-main.

Gia menyeringai menghempas tangan itu dari wajahnya dan berkata. "Dalam mimpimu dungu!"

Mr. Mafia And Mrs. PsychopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang