Jam di dinding menunjuk pukul 4 sore.
Setiap hari sabtu Aku selalu pulang kerja lebih awal sebelum jam 7, karna Fakhri akan pulang dan kami berdua akan pergi berkencan. Memang semenjak lulus sekolah, kami memutuskan bekerja sesuai bidang kami masing-masing, Fakhri yang memilih bekerja menjadi Arsitektur di sebuah pembangunan dikota sebelah, membuat kami akhirnya menjalani hubungan jarak jauh. Namun meskipun begitu, itu tak membuat hubungan kami merenggang, hubungan kami malah terjalin lebih harmonis daripada tahun-tahun sebelumnya. Mungkin karena selama ini kita selalu bersama dan selalu menjadikan satu sama lain adalah dunianya, tak ada yang lain. dan setelah berpisah begini, kami jadi memiliki dunia lebih luas dan lebih banyak waktu untuk orang lain." Elsa, udah mau pulang ya " terdengar suara Sinta memasuki ruanganku
" Iya sin, kenapa ?"
" hmmm, anu ... " sinta yang tampak kebingungan berusaha mencari kata sambil melihat ku dengan cemas
" kenapa sih? ada masalah?"
" gini s s saa, lu tau kan kalo gue besok mau pulang kampung karna nyokap gw sakit, tapi barusan gw ditelfon kalau nyokap gw mendadak drop dan skrg lagi dirumah sakit, gw disuruh balik skrg juga, tapi nanti jam 7 ada metting sama Pak Bima, dan skrg gue gak tau harus gimana " Tiba-tiba sinta menangis tersedu, aku yang melihatnya langsung menghampirinya dan berusaha menenangkannya.
" tenang dulu sin, udah lu pulang aja skrg gapapa, biar gw yang gantiin meeting sama Pak Bima nanti "
" Tapi lo kan mau keluar sama Fakhri sa"
" biar nanti gw ngomong sama Fakhri, dia pasti ngerti kok "
" makasih ya sa, makasih banget "
Akhirnya aku menghubungi Fakhri dan membatalkan kencan kami berdua, meskipun Fakhri tampak kecewa tapi dia tetap memperbolehkan aku lembur, saat ini dia hanya ingin mencoba menjadi dewasa dalam hubungan kami, tidak memprotek satu sama lain apalagi kalau itu menyangkut pekerjaan.
" Bapak, orang-orang dari kantor cabang sudah datang" Aku menghampiri pak Bima yang tengah duduk di meja kerjanya dengan tatapan fokus ke arah laptop.
" Oh Elsa? kamu yang gantikan Sinta ya ?" tanya Pak Bima yang sedikit terkejut karna bukan Sinta yang datang melainkan Aku .
" Iya pak, Sinta belum bilang ke Bapak ya kalo saya yang gantikan "
Tanyaku memastikan." oh, ternyata dia udah sms aku, aku baru liat hp nih "
Pak Bima adalah Bos dan juga Pemilik perusahaan tempat aku bekerja.
Ganteng, Mapan, Ramah terhadap karyawan-karyawannya, Murah Senyum, dan juga tipe yang sayang sama keluarga, itulah Karakter yang melekat dalam diri Pak Bima, kalo bisa diibaratkan dia itu seperti tokoh utama dalam kartun yang muncul dikehidupan nyata. Dan gak ketinggalan, dia juga JOMBLO loh, eh bukan jomblo gak laku gitu sih, lebih tepatnya menjadi single karna pilihan dia sendiri, entah kenapa dia memilih single padahal banyak anak Konglomerat bahkan sampai model yang menggilai Pak Kun.
Dia mengambil jas hitam yang tergantung dan segera memakainya
" Ayo " sambil berjalan dan aku menyusul tepat dibelakang Pak Bima.
Setelah 3 Jam berlalu, akhirnya meeting selesai.
" Elsa, sebelum pulang tolong taruh berkas ini semua dimeja saya ya " ucapnya sambil menyodorkan beberapa berkas hasil dari meeting barusan kepadaku.
" Iya pak "
Saat itu jam sudah menunjuk Pukul setengah 11 malam.
Aku meletakkan berkas tepat diatas meja pak Bima,
ketika hendak pergi tibatiba langkahku terhenti dan berbalik menuju mejanya, Aku menemukan dompet pak Bima tergeletak dilantai tepat dibawah kursinya.
" oh, ini kan dompet Pak Bima" tanpa pikir panjang segera aku ambil dan berlari keluar mengejar Pak Bima, berharap dia masih belum pergi dari kantor.
Bruuaaaaaaaaakkkkkkkkk..........
Sesuatu menabrakku dari balik pintu
Spontan , tangan dan tubuh Pak Bima menyanggaku dari jatuh, sampai akhirnya aku berada dipeluknya saat ini. Hal itupun membuatku semakin kaget dan terhenti selama beberapa detik, . dengan mata kami yang saling bertemusampai akhirnya aku mencoba bangun dan menyibak rambut dan pakaianku karna malu.
" Oh itu dia dompetku " ucap Pak Bima, setelah melihat dompetnya yang sedang kupegang .
Aku baru sadar dan segera memberikan dompet itu pada Pak Bima " eh i i ya ini pak , ini tadi saya temuin pas saya taruh berkas diruangan bapak "
" Wah Makasih ya Elsa.. " ucapnya sambil tersenyum dan aku yang langsung membalasnya dengan tersenyum juga, meskipun aku masih tampak malu.
" Kamu mau pulang ya ? Biar saya antar " Pak bima mencoba menawarkan diri.
" eh nggak usah pak, saya bisa pulang naik bis sendiri "
" Bis terakhir kayaknya udah lewat , sekarang kan udah hampir tengah malam dan diluar juga sedang hujan"
" oh hujan? Aduh jemuranku tadi pagi lupa belum kuangkat, pasti basah lagi" aku mencoba memecahkan ketegahan dan tertawa.
" haha, yauda yuk, anggap aja ini balasan terimakasih karna dompetku udah kamu temuin "
Akhirnya aku meng-iyakan tawaran Pak Bima, dan kami pun keluar dari kantor bersama dan bergegas pulang.
Mobil terhenti didepan Minimarket di pertengahan Jalan
" Kita berhenti sebentar ya, aku mau beli beberapa barang di minimarket "
" iya Pak, biar saya tunggu dimobil "
Sembari menunggu Pak Bima, aku membuka ponselku dan menelfon Raka
" Aku baru aja pulang dari kantor, dan aku ditebengin sama bosku
Iya
Nanti klo udh nyampe aku telf lagi"Tiba-tiba terdengar suara panggilan dari ponsel Pak Bima, awalnya aku abaikan, karna kupikir itu adalah privasi yang gak pantas ku lihat, tapi sampai aku menutup panggilanku dengan Raka , Ponsel Pak Bima masih saja berdering dan membuatku penasaran siapa yang menelfon Pak Bima tengah malam begini sampai berkali-kali. Segera aku ambil ponsel itu yang terbalik didasbor tengah, Setelah ponsel berada ditanganku dan aku membalik telefonnya, seketika panggilan itu membuatku sedikit terkejut.
Ceklek,
Pak Bima kembali dan mendapatiku tengah memegang ponselnya.
" Pak Bima, i i inii ada telfon"
......
KAMU SEDANG MEMBACA
Auntumn in Morning
RomanceBagaimanapun hati bisa berubah kapan saja, bahkan dengan orang yang tak terbayangkan.