Part 1

142 9 4
                                    

"Semuanya sudah beres?" tanya Sabar sambil meletakkan ransel Mara di dekat pintu keluar.

Ketika itu, untuk kesekiankalinya Sabar merasa luka itu semakin menganga. Kepedihan yang telah dia rasakan sejak kata itu terucap, hingga kini jadi pertemuan terakhir.

Selama tujuh tahun usia pernikahan mereka, baru kali ini dia membiarkan Mara pergi tanpa dirinya. Setiap kali istrinya ingin mengunjungi suatu tempat, Sabar selalu ada mendampingi. Kini, semua takkan pernah terjadi lagi.

Pertanyaan sederhana itu, tidak mendapat jawaban. Bahkan Mara tidak memedulikan barangnya. Dia dibuat pusing dengan pertanyaan yang tiada henti terlontar dari mulut mungil putrinya.

Cinta yang baru saja merayakan ulang-tahunnya yang ke enam tahun belum mengerti kenapa ibu terlihat begitu membenci ayah. Ibu memang sering ngomel, hampir setiap hari malah, tapi tidak seperti hari ini, berakhir pergi dengan sebuah ransel besar.

Sebulan terakhir ibu memang sering pergi dan dia akan kembali jika waktu itu tiba, tapi dengan 'om-om'. Lalu dia ke kamar untuk sebuah kecupan kala Cinta tertidur. Namun hari ini?

"Cinta sayang, ibu akan selalu menjumpaimu di hari Minggu, dan ibu akan bawa Cinta jalan-jalan," kata Mara sembari tersenyum.

"Kenapa hari Minggu, Bu? Kenapa tidak setiap hari seperti biasa. Kalau Ibu pergi, enggak ada lagi yang cium kening Cinta 'pas' lagi tidur, terus enggak ada nasi goreng spesial lagi," rengek Cinta. Rasa penasaran juga muncul. Apa yang terjadi? Memang ibu mau tinggal di mana, sih?

"Kan, ada ayah, Cinta. Ayah bisa masak, dan akan selalu jagain Cinta."

"Ayah memang bisa masak, tapi selalu asin!"

"Sayang, ibu sudah punya rumah baru. Jadi, enggak tinggal di sini lagi," ucap Mara, menarik napas panjang berharap nyeri di dadanya berkurang, "dan Cinta enggak usah khawatir, ibu udah ajarin ayah masak. Sekarang ayah sudah tahu bedanya garam dengan gula." Mara menyeka air mata putrinya.

"Tapi … kenapa ibu enggak ajak Cinta sama ayah?" protes Cinta kecewa.

Wajahnya cemberut. Ada sedih dan kesal. Sampai-sampai muka imut yang selalu ceria itu tampak berantakan.

Rasa kecewa atau mungkin marah terlihat jelas di mata bulat Cinta saat menatap ibunya.

Bersambung  …

#Lin
Hong Kong

DI BATAS SUNYITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang