Chapter 3

1.1K 25 2
                                    

Ting...tong...ting...tong...

Bel pulang berbunyi. Kelas Tamaki kosong saat jam pelajaran terakhir. Yozora, guru biologi tidak masuk karna sakit. Jadi, dua jam terakhir kosong dan kelas Tamaki, 2-B, seperti kapal pecah (?). Dan untungnya sekarang sudah waktunya pulang.

Seluruh murid langsung keluar dari kelas, meninggalkan Asami, Hiraku, Yuu dan Tamaki. "Ha...untunglah semuanya sudah berakhir. Telingaku hampir tidak bisa mendengar gara-gara mereka sangat ribut." kesal Asami berdiri sambil menyandang tasnya.

"Kelas akan selalu seperti itu jika sensei tidak datang Asami. Terlebih Arata dan teman-temannya yang selalu bernyanyi tidak jelas dan para siswi yang selalu bergosip yang bukan urusan mereka." ujar Hikaru.

"Kalian, biarkan saja mereka. Ayo pulang." ucap Yuu. "Baiklah..."jawab Asami dan Hiraku. Yuu menoleh pada Tamaki yang berada di kirinya. "Maki-chan, ayo kita—"

Brukk!!

Tiba-tiba saja Tamaki jatuh terduduk di lantai dengan air mata yang sudah membasahi pipinya. "Maki-chan!!/Maki!!"kaget mereka bertiga dan langsung mendekati Tamaki dan berjongkok didepannya.

"Maki-chan, kau kenapa?"tanya Asami sambil memegang bahu Tamaki. Tamaki menutup wajahnya dan terus menangis. "Yuu, kau tau sesuatu?" tanya Hiraku menoleh pada Yuu.

Yuu menggeleng. "Hiks... Hiks..." isak Tamaki. "Maki-chan, katakan!" panik Asami. "Asami-san, Kenapa? Kenapa aku dilahirkan jika aku hidup hanya untuk tersiksa? Apa salahku? Apa aku bukan bagian dari mereka? Hiks..."tangis Tamaki.

"Kenapa...kau bicara seperti itu Maki-chan? Apa yang kau pikirkan?" bingung Asami yang masih panik.

"Maki, aku sudah bilang jangan berpikir seperti itu. Kau tidak salah. Kau berhak hidup. Jangan pikirkan itu lagi."ujar Yuu. "Tapi Setoguchi-kun, jika itu benar, kenapa ibu dan Ayumi begitu membenciku?! Kenapa mereka—"

Hug!

Asami langsung memeluk Tamaki. "Diam...jangan pikirkan hal yang bukan-bukan. Berhenti menangis, Maki-chan." bisik Asami. "Asami-san..." gumam Tamaki di tengah tangisannya.

"Yuu, Maki kenapa?"tanya Hiraku. "Ibunya bilang, menyesal karena melahirkan Maki dan mengatakan kalau Maki anak yang...hah, tidak tau diri."jawab Yuu pelan agar tidak terdengar oleh Tamaki.

Hiraku mengepalkan tanganya karena sangat kesal. "Dasar. Akan ku katakan padanya. Dasar si*lan." geram Hiraku berdiri dari jongkok nya dan berjalan keluar kelas. Tapi,

"Jangan. Tahan amarahmu. Aku mengerti yang kau rasakan. Aku juga rasakan hal itu. Tapi, kau tidak boleh melakukannya. Dia ibu Maki. Kau tidak boleh lakukan hal yang tidak seharusnya kau lakukan pada orang yang lebih tua dari mu. Jadi, tolong, tenangkan dirimu." Yuu langsung menahan Hiraku sebelum melangkah dari tempatnya.

"Tapi Yuu, ini benar-benar —"

"Aku tau. Tapi, Maki lebih penting dari pada itu." potong Yuu sambil menatap Tamaki yang terus menangis dalam dekapan Asami.

Hiraku melirik Tamaki dan menghela nafas berat. "Baiklah." jawab Hiraku. Yuu tersenyum. "Asami, Maki sudah baikan?" tanya Yuu.

Asami menoleh. "Sedikit." jawab Asami. Yuu melirik jam tangannya.

14.50

Yuu kembali menatap Asami dan Tamaki. "Raku, kau bawa motor?" tanya Yuu. Hiraku mengangguk. "Kenapa?" tanya Hiraku. Yuu tersenyum.

"Kita pergi ke suatu tempat. Aku akan tunjukkan pada kalian."jawab Yuu. "Kemana?"tanya Asami. "Ke suatu tempat, Asami."jawab Yuu berjalan kearah Asami.

Apa Salahku? (DISCONTINUED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang