🌻Getta berdiri di samping rak sepatu yang berada di luar kelas. Ia menghela napas panjang, membiarkan otaknya sedikit rileks. Tubuh jangkung Getta bersandar pada tembok kokoh berwarna cream, ia dilanda virus 3L : letih, lesu, lemas. Wajah Getta terlihat kusut, persis tampang orang galau tujuh turunan. Ditambah hawa panas sang matahari, wajah pas-pasan Getta makin terlihat kusut.
Getta bahkan belum di tolak, tetapi rasanya habis diputusin.
Puk!
Nisa melempar bola kertas ke dalam kotak sampah, jelas itu cuma akal-akalan Nisa. Hitungan tiga detik, Nisa menoleh, ke kanan ke kiri. Nisa mendapati keberadaan Getta, bersandar di samping rak sepatu. Sadar akan keberadaan Nisa, Getta Menatap cewek itu dengan tatapan datar. Melihat tatapan datar Getta, Nisa melengos, pura-pura tidak tahu. Nisa kembali masuk ke dalam kelas. Jantungnya bergetar aneh, sangat aneh.Untuk pertama kalinya, Getta menatap dirinya dengan tatapan seperti itu. Nisa tidak suka ditatap seperti itu, Getta!
🌻
"Get, Nisa liatin lo tuh!"seru Edo yang baru sampai menyusul Getta di parkiran yang sudah sepi. Hanya kurang dari sepuluh motor saja yang masih terparkir di sana.
Getta menoleh, menatap Edo sinis."Ck, lo kira gue bego? Jelas-jelas barusan gue liat Nisa pulang dijemput bundanya!" ceplos Getta nyaris membuat telapak tangannya terasa gatal, pingin nabok mulutnya sendiri.
Edo terngaga beberapa detik, ia tidak menyangka jika Getta perhatiin Nisa sampai dijemput bundanya. Senyum tipis menggoda ia layangkan pada Getta.
"Jijik gue liat lo senyum-senyum!" cibir Getta sambil memakai helmnya."udah tau panas, pake acara senyum-senyum sok manis, tambah gerah gue." Getta meringis sambil mengusap punggungnya yang terasa panas. Sepertinya bukan hanya Edo yang sedang mengejeknya saat ini. Matahari juga.
Tawa Edo pecah, ia menepuk bahu Getta pelan. "Get, cinta bener-bener buat lo gila!" katanya serius.
"Lo kebanyakan nonton drama picisan!!" sembur Getta ketus, ia menatap tajam ke arah Edo. "Siapa juga yang lagi cinta-cintaan?!"Getta jelas sedang berbohong.
"Lo."
Kening Getta mengkerut, "Gue?" katanya penuh penekanan.
"Gini ya, walaupun gue nggak hobi-hobi banget nonton drama picisan." kata Edo sambil melirik Getta menyelidik,"tapi gue tau kalo lo lagi kena virus cinta." lanjut Edo tersenyum mengejek.
Deg. Tanpa Getta sadari pasukan darah mulai merangkak ke wajahnya.
Getta menghidupkan mesin bebeknya. "Lo mau pulang bareng gue atau jalan kaki?" kata Getta penuh penekanan, sebenarnya ia sedang mengalihkan pembicaraan.
"Yaelah cung, ganas amat lo." rutuk Edo sambil naik ke atas motor Getta.
Belum sampai tiga detik Edo duduk, Getta langsung menarik gas motornya."Bener-bener gila lo, Get!" sembur Edo spontan memeluk tas punggung Getta erat.
"Nggak pake acara peluk tas gue bisa kali, ya," Getta melirik Edo dari kaca spion."senggaknya lo bukan cewek."
Edo berdecak."Ya ela, Get. Anggap aja gue Nisa yang takut dibonceng sama kuda gila kayak lo!" Edo tertawa keras.
"Bilang aja lo yang takut! Pake acara bawa-bawa Nisa segala," omel Getta.
Edo menjentik."Nah, tuh lo tau."
"Ck, terus ngapain lo masih nebeng sama gue?" Getta mulai kesal.
Edo berhenti tertawa, lalu menjawab polos."Gratis."
"Mulai besok pulang pergi 30 ribu!"
"Aman, atur aja. Semerdeka lo aja."sahut Edo santai."Besok gue mau ngomong sama Nisa, ah, kalo lo suka sama dia." setidaknya Edo punya senjata baru buat nakut-nakutin Getta.
"Kok gue pengen gebukin orang, ya." gumam Getta pelan sambil terus melajukan motor bebeknya menyalib pengendara yang berada di depannya. Baik motor ataupun mobil, ia tidak perduli. Getta hanya ingin cepat sampai di rumah hari ini. Getta sampai tidak sadar, jika Edo tidak pakai helm.
Mak, nyawa anakmu terancam!
🌻
Nisa duduk di meja belajarnya, sesekali ia mengetuk kepalanya dengan pena. Sebenarnya ia sedang mengerjakan PR biologi saat ini. Namun, ia tidak bisa fokus. Baru lima soal yang ia kerjakan, dari dua puluh soal yang ada. Nisa galau gara-gara melihat tatapan datar Getta di sekolah tadi.
Gue salah apa ya? Kok Getta gitu amat liat gue?
Nisa berdiri, meninggalkan meja belajar, berjalan ke samping lemari pakaiannya. Dengan gerakan pelan, Nisa membuka jendela kamarnya. Saat jendela terbuka, udara dingin angin malam menyapu wajahnya. Ia mendonggakkan kepalanya, menatap jejeran para bintang. Ia benar-benar galau. Rasanya memang aneh, jika biasa ngobrol, becanda sama orang, eh, tiba-tiba semuanya berubah.
Jangan-jangan Getta lagi deketin cewek, jadi dia sengaja jaga jarak sama gue? Ih, mungkin aja kan, eh, kok gue sewot, gue kan bukan siapa-siapanya Getta?! Cuma temen. Tapi kan,kalo emang temen ngapain harus pake acara jaga jarak? Nggak negur segala? Kayak nggak kenal sama gue? Kok gue kesel, ya? Tapi, kok gue ikutan diem sih? Kenapa nggak gue duluan yang negor? Ah, malu.
Nisa kembali duduk di meja belajarnya, setidaknya ia harus mennyelesaikan PR biologinya. Nisa yakin,besok Getta pasti bakalan negur dia. Nis, pr biologi sudah belum, liat dong? Nisa senyum-senyum sendiri membayangkan ekspresi Getta setiap kali nanyain pr. Malu-malu kucing gitu. Lalu jika Nisa belum ngerjain pr, Getta pasti bakalan cari contekan, terus nyamperin Nisa. Nis, mau liat pr biologi nggak? Gue udah nih.
Malam ini, Nisa senyum-senyum sendiri.
🌻
Votement kalo suka.
Salam hangat.
23.09.2017 palembang.Ps : Aku kesel sama Getta!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] SPEAK UP
Teen FictionBicaralah, sebagaimana kamu selalu bercerita lepas tentang hari-harimu padaku. Bicaralah, sebagaimana kamu merasa nyaman bersamaku. Bicaralah, jika kamu mencintai aku. Bicaralah dan lupakanlah egomu. Short Story, jadi bakalan bener short!! Satu bab...