The Power of Love

968 39 15
                                    

19 Maret 2017, Prefektur Miyagi

"Kita berdua...pernah melalui detik detik itu"

Seorang laki laki berambut pirang mengenakan topi merah dan tas besar yang diselempanginya, berisikan banyak surat menatap indahnya malam hari yang dipenuhi kelap kelip bintang. Angin malam meniup sedikit kencang poni rambutnya. Dirinya dikelilingi banyak sekali puing puing bangunan dan perumahan yang hancur, perabotan rumah dan kendaraan yang hancur dimana mana.

"Takahashi-san"  Seorang lelaki tua melambai lambaikan tangannya ke arah Kai.

"Ya?" Jawab Kai mendekatinya.

"Kau Takahashi Kai, si tukang pos kan?"

"Tentu saja, Aku Takahashi Kai, si tukang pos"

"Apa rumahmu juga hanyut?"

Pertanyaan lelaki tua yang sedikit sensitif itu membuat Kai diam sejenak menundukkan kepalanya dan menghela nafas. Tapi, tidak mau membuat lelaki tua itu bingung, Kai langsung mengangkat kepalanya kembali menatap lelaki tua itu dan tersenyum manis menutupi kesedihannya.

"Begitulah! Aku bahkan tidak meneteskan air mata, lho! Untung saja aku ini bodoh ya!" Jawab Kai menertawakan dirinya sendiri

"Hahaha..tidak apa apa. Justru bodoh kalau menangisi semuanya dalam kondisi seperti ini" Lelaki tua itu ikut tertawa sambil menepuk nepuk keras bahu Kai.

"Ini ada pos untukmu, kakek" Kai mengambil sebuah amplop dari dalam tas besarnya

"Wah, kantor pos memang hebat!" Ucap si lelaki tua semangat menerima surat itu dari Kai.

"Ah..ini penawaran perjalanan liburan untuk golden week nanti..Rencananya, aku akan pergi bersama istriku..." Si lelaki tua membaca surat yang ada didalamnya dengan ekspresi sedih dan akhirnya menangis.

Kai berganti ekspresi menjadi sedih saat melihat lelaki tua itu menangis setelah membaca suratnya. Sepasang orang tua yang mendengar si lelaki tua menangis langsung mendekatinya dan berusaha menenanginya.

"Hei! Apa maksudmu sih mengirimkan kembali masa lalu yang tidak bisa diperoleh kembali?! Hanya akan membuatnya semakin sedih"
Bentak laki laki dari sepasang suami istri itu pada Kai.

Kai mengabaikan laki laki yang tidak berhentinya mengomelinya. Dia menaiki puncak puing puing bangunan tertinggi disitu secara hati hati dan kembali mengadahkan kepalanya menatap langit.

3 hari lalu...Jenazah istriku ditemukan. Seminggu setelah tsunami berlalu, aku sudah mempersiapkan hatiku.

Kai masuk kedalam sebuah rumah yang sudah benar benar hancur kondisinya. Patahan kayu, bebatuan, dan besi dimana mana membuatnya agak susah untuk berjalan kedalam. Tapi ada sebuah barang yang membuatnya tersenyum, sebuah teleskop astronomi yang sudah nampak rusak dan kotor tergeletak begitu saja diantara bebatuan. Dia mengelus pelan teleskop astronomi itu dan memeluknya erat erat.
Teringat di pikiran Kai, seorang perempuan yang tersenyum sambil memakai teleskop astronomi itu.

Atsuko..sebenarnya..apa aku benar benar mencintaimu sampai akhir?

-----Tahun 2013 ----

"Ah..cincinku kawinku hilang.." Ucap Kai datar seperti tidak perduli.

"Mau kubantu cari? Istrimu pasti marah kan?" Tanya teman Kai.

"Tidak perlu, kubawa saja buket bunga pemberian orang ini supaya dia tidak marah" Kai menatap seikat bunga mawar yang dipegangnya sambil menghisap rokoknya dengan santai.

Kai meninggalkan tempat kumpulnya dan langsung memberhentikan taksi.

Hari hari dimana aku terus bertengkar dengan istriku, Atsuko, terus berlanjut.Ini semua karna penderitaan gara gara pengobatan untuk kesuburan. Masing masing kami keras kepala dan tidak ada yang mau mengalah, karna itu ada saja masalah yang aku dan Atsuko debatkan tidak ada ujungnya. Dan selalu pada akhirnya, Atsuko menangis.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 23, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Oneshot Fanfiction (AKB48)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang