the brown eyes

6 1 1
                                    

Matanya teduh, adem, bikin nyaman.

***

Pagi hari di weekend ini, Lietie berencana untuk lari pagi disekitaran komplek rumahnya.

Lietie sudah siap dengan celana training dan kaos serta sepatu berlambangkan dua garis itu.

Seperti biasa walaupun hari weekend rumahnya tetap sepi, mamah dan papahnya sedang bekerja, untuk mengisi kegabutan pagi hari, Lietie lebih memilih untuk berolahraga.

Lietie keluar dari rumahnya dan berlari-lari kecil disekitar blok rumahnya. Lietie melihat banyak orang-orang yang tengah lari pagi sama dengannya, terutama pasangan muda-mudi.

Kok gue berasa jomblo ya. Pikir Lietie.

Lietie memutuskan untuk berlari juga ke blok sebelah, itung-itung sambil ia melihat orang-orang pacaran di pagi hari. Lietie lalu mengambil ponselnya dan memasang earphone ditelinganya, ia memainkan ponselnya untuk mencari lagu kesukaannya didaftar playlist sambil berlari.

Sambil berlari, Lietie terus menscroll playlistnya sampai ia menemukan lagu milik Sam Smith yang berjudul Too Good At Goodbyes. Saat ia ingin menekan tombol play, tiba-tiba ada yang menabraknya dari samping dengan kencang dan membuat ponselnya terjatuh serta isi ponselnya berantakan dan layar LCDnya pecah begitupun earphonenya yang terlepas dari telinga Lietie.

Lietie shock, "Yah hape gue, astaga"

"Maaf-maaf gak sengaja" terdengar suara berat seorang cowok.

Sambil memunguti isi ponselnya. Lietie menggerutu, "Enak aja bilang maaf" lalu mendongak "Kalo rusak gan--"

Lietie terkejut setelah tau siapa yang menabraknya.

"Lo anak Cendikia, kan?" tanyanya

"I-ya" jawab Lietie dengan gugup.

Cowok itu tersenyum, "Gue juga anak Cendikia, XII-Bahasa1, Narayan" ucap Nara sambil mengulurkan tangannya. Lalu melanjutkan, "Kalo ponsel lo kenapa-napa, bilang sama gue"

"Iya"

"Gak usah sungkan, bilang aja. Nanti kalau rusak pasti gue ganti"

"Iyaudah kalo gitu" lalu Lietie berbalik hendak pergi.

Baru selangkah Lietie berjalan, Nara kembali memanggil.

"Tunggu!"

Lietie menoleh, "Iya?"

"Nama lo?"

"Alietie" setelah mengucapkan itu, Lietie berbalik kemudian berlari menuju kerumahnya.

Sambil ia berlari menuju rumahnya, ia mengingat kejadian saat Nara memperkenalkan diri, dan itu membuat pipi Lietie blushing.

Matanya teduh, adem, bikin nyaman. Batin Lietie.

***

Sesampainya dirumah Lietie langsung masuk kekamarnya dan menaruh ponselnya yang sudah tak terbentuk di atas kasur.

"Ahelah pake ancur segala nih hape" gumamnya.

Lietie teringat perkataan Nara, kalau nanti ponselnya rusak jangan sungkan untuk membertahu Nara, karena Nara akan menggantinya. Tapi, bagaimana Lietie memberitahu Nara?

Lietie merasa tidak enak jika ia memberi tahu Nara, karena ponselnya jatuh bukan sepenuhnya atas kesalahan Nara, tapi ini kesalahan Lietie juga. Karena ia berlari sambil memainkan ponsel.

"Gue juga sih yang ceroboh!"

Lietie bisa saja membeli ponsel baru tanpa memberi tahu Nara, dengan ia meminta kepada mamahnya juga pasti akan dibelikan.

Tapi Lietie tidak akan pernah meminta barang apapun ke mamahnya. Karena ia sudah kemakan gengsi atas ucapannya sendiri.

Dulu saat Lietie pernah kesal sama mamahnya karena mamahnya selalu sibuk bekerja untuk mencari uang. Lalu Lietie berbicara ke mamahnya.

Flashback on.

"Mama selalu sibuk cari uang, aku gak pernah diperhatiin sama mamah"

"Tapi mama cari uang buat kamu, geulis"
Ucap mamahnya.

Karena marah refleks Lietie membalas ucapan mamahnya, "Lietie gak butuh uang mamah, dan Lietie gak akan pernah pakai uang mamah untuk membeli apapun, karena yang Lietie butuhkan bukan uang atau barang, melainkan perhatian dan kasih sayang dari mamah!" ucap Lietie lalu pergi ke kamarnya.

Flashback Off.

Memang selama ini Lietie tidak pernah memakai uang mamanya. Ia dirumah hanya numpang tidur dan numpang makan saja. Tidak lebih.

Makan sehari-hari pun hanya mie instan saja.

Selama ini juga, biaya hidup Lietie ditanggung ayahnya yang tinggal di Gorontalo bersama keluarga baru nya.

Hubungan ayah dan mamahnya Lietie-pun sudah kandas saat tiga tahun lalu, hal itulah yang membuat mamahnya Lietie tiga tahun belakangan ini harua bekerja keras. Sedangnya ayahnya memilih menetap di Gorontalo dan bersama istri barunya.

Tabungan di celengan bentuk kartun Minion Lietie pun belum cukup untuk membeli ponsel.

Nyatanya ponsel memang sangat dibutuhkan Lietie untuk berkomunikasi dengan teman-teman atau dalam mencari wawasan baru.

"Duh pusing gue! Nanti ah gue pikirin lagi" ucap Lietie bingung.

***

Retjeh sangaddddd .......
Gimana berkesan ga perkenalannya? Gak ya?

Yaudah yg penting kenalan. Hehehe;)



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 30, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Can't Help Falling In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang