DIA

185 7 4
                                    

Cinta,
Sejak gue lahir kedunia ini sampai sekarang, Cinta yang gue rasakan dan yang gue kenal, cuma cinta dari nyokap gue. Gue merasa cuma nyokap yang benar-benar sayang sama gue.
Gue gak pernah bisa percaya orang lain begitu saja, gue cuma percaya sama nyokap.
Bokap kemana? Entahlah, batang hidungnya tak pernah terlihat sejak gue lahir. Makanya gue gak pengen kayak dia, lelaki tak bertanggunggung jawab akan cinta, pergi begitu saja meninggalkan wanita dan buah hatinya, dasar pecundang.
Buat gue , setiap hari bahkan setiap saat, cuma pengen kasih kebahagiaan buat nyokap gue. Beliau yang sudah melahirkan, merawat, membesarkan, mengajar, menghawatikan gue disetiap saat, bahkan beliau lebih mementingkan hidup gue lebih dari apapun itu, dan gue gak mau itu sia-sia begitu saja.

Gue menghabiskan waktu gue cuma untuk belajar disekolah, dan menghabiskan waktu senggang bareng nyokap dirumah, sesekali kami berlibur ke luar kota.
Kehidupan gue dirumah sangat menyenangkan menurut gue  berbanding terbalik dengan kehidupan gue diluar rumah. Gue gak punya banyak teman, sejak kecil cuma satu orang yang selalu jadi teman gue, bahkan sampai sekarang, Celine.

Entahlah apa yang membuat dia betah dan tetap mau jadi teman gue.Secara, gue gak pintar dalam bergaul, ngomong cuma seadanya, gak pernah melakukan atau ngasih hal-hal istimewa buat dia.
Meskipun begitu, dia selalu ada buat gue, dia yang selalu perhatiin gue dikelas, dan dia juga yang khawatirin gue saat ada masalah gue dengan anak-anak resek di kelas, kadang, dia lebih bawel dan cerewet dari nyokap gue.

"Ion, lu napa diam aja sih digangguin sama anak-anak gajelas itu?" tegur dia sambil mendekat ke meja gue, lalu duduk disamping gue.
"Biarin ajalah lin, ribet ngurus orang-orang gitu, entar juga mati sendiri" kata gue dengan santainya.
"Kebiasaan kan lu, dibilangin malah ngeyel gitu" sambil mengerutkan dahinya.
"Yaudah yaudah, besok-besok kalau mereka buat ulah lagi, gue bakal bilang supaya mereka ganggu lu aja, abis itu, lu deh yang ngasih pelajaran ke mereka, cocok kan? " jawabku menimpali.
"Tau aahh, gelap" katanya , memalingkan muka.

Ctekk, lampu kelas seketika menyala.

"Lu ngapain nyalain lampu siang-siang gini? Mata lu udah buram ya?" kata dia sewot.

"Lah, tadi katanya gelap, dinyalain lampu malah sewot, maunya apaa sihhh girl?" kataku mengejek.

"Bisa gak kalau manggilnya gak pake girl,? Lagian lu gak peka amat yaaa, kan maksudnya gak gitu ihh" kata dia makin sewot.

Gw mengeluarkan hp dari tas yang berada dalam laci, lalu,
Ctek, seketika itu flash hp gue menyala, gue arahkan ke dia, lalu gue panggil.
"Lin, lihat kebelakang deh" katak , masih mengarahkan flash ke dia.
Dia melihat, dan..

"Ihhhhhh, apaaan sihh ion, silau begooo" dia bangkit dari tempat duduk lalu pergi, mungkin dia kesal.

"Lin, mau kemana? Gue bercanda? Jangan ngambek dong!! Gue ikut ya??"Teriak gue ke dia.

"Gue kebelet, mau ke toilet bego!!! Mau ikut ke toilet lu?" dia menimpali.

"Boleh ya, tapi harus bareng"

"Ogah, dasar om-om genit, beraninya sama gue doang, tau ah, udah kebelet banget ini" dia berlari meninggalkan ruangan kelas.

Celine, si cewek cerewet yang selalu peduli sama gue, yang nemenin gue saat nyokap gak ada.
Mungkin karena cuma dia teman gue satu-satunya, atau mungkin karena dia kasihan sama gue karena gak punya teman, apapun alasannya, gue cukup senang punya 2 wanita itu, celine dan nyokap gue.

Hingga akhirnya pada suatu hari, liburan akhir semester 2 kelas XI, dia berubah dari celine yang gue kenal, celine yang selalu ceria , tertawa, suka bercanda, tiba-tiba menjadi orang yang sangat dingin.

"Halo lin, kenapa? Tumben nelpon" tanyaku melalui sambungan telepon

"Ion, ada yang mau gue bicarain sebentar sama lu, boleh ketemu bentar gak? Atau gue boleh kerumah lu aja?" tanyanya.

"Yaudah, kita ke cafe seberang aja, tiap hari kita ngobrol dirumah terus" jawabku sambil bergegas.

"Oke gue tunggu ya" jawabnya singkat  benar benar beda dengan celine selama ini.

"Lu kenapa lin? Kok beda gitu? Halo, halo, halo lin!" ternyata dia sudah memutus sambungan telponnya.
Aku pun bergegas keluar, aku merasa khawatir  dan takut dia kenapa-kenapa, aku tak pernah sekhawatir ini sebelumnya...

(scroll ke bawah untuk part 2 nya gaes)

Why??? (Is it love?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang