Gue lihat di seberang jalan, dia udah berdiri menunggu gue, entah kenapa dia tidak masuk duluan dan menunggu gue didalam.
"Hei, ngapain panas-panasan diluar? Kan bisa didalam nunggunya. Lagi boke ya , jadi malu masuk duluan?, hehehe" gue menyapa dia dan mencoba mengajak dia bercanda."Apaan sih lu?" sambil menunjukkan wajah bete.
"Yaudah , ayo masuk, panas tau!!" gue mengajak dia masuk dan menggandeng tangannya.
Sejenak dia terhenti.
"Ayo, !!!" kata gue sambil menoleh kearahnya.
"Hmm hmmm" dia menjawab singkat sambil menganggukkan kepala.Sepertinya dia gugup. Ini pertama kalinya gue pegang tangan dia.
"Mau pesan apa?" tanya gue.
"Black coffee aja" jawabnya.
"Black coffee? Gak salah nih? Biasanya gak suka yang pahit gitu?" tanyaku penasaran, karena memang sebelumnya dia tak pernah suka dengan kopi."Iya serius" jawabnya singkat.
"Yaudah okeee," gue pun memesan 1 hot chocolate, dan 1 black coffee.Tak beberapa lama kemudian, waitresnya datang membawa pesanan kami.
"Lu mesan hot chocolate? " tanyanya penasaran.
"Enggak!" jawab gue singkat.
"Lah terus, kok dikasih ini?" sambil nunjuk 2 gelas dimeja kami.
"Gue cuma bilang, yang biasa mbak, gitu aja ke barista nya" sambil menekuk dagu gue 2 tangan dan menatap kearah dia.
" Pliss deh jangan natap mata gue mulu, terus jangan sok imut gitu. Terus ini buat gue aja coklatnya , lu kan alergi sama yang manis-manis" katanya sambil mengambil gelas berisi coklat panas.
"Lohh, gaboleh dong, lu kan tadi pesan black coffee nya, gue mau tau, kenapa tiba-tiba pesan black coffe" tanya gue sambil menarik gelas berisi hot chocholate yang berada didepannya."Nyebelin banget sih ni anak, ya gue mau tau rasanya gimanalah" katanya.
"Pahit rasanya, udahlah gue mau tau rasanya coklat ini" kata gue sambil meneguk hot chocolatenya."Yaampuun, kan gue udah bilang lu minum black coffeenya aja, kalau lu nanti malah kena alergi lagi gimana coba?" katanya dengan muka kesal.
"Kita kan sama-sama penasaran, pengen tau gimana rasanya, yaudah deh, tapi btw , coklatnya gak manis-manis amat yaa, lebih manisan lu deh lin" senyum dan melihat ke arahnya lagi.
Dia meneguk kopi hitamnya, lalu bilang:
"Kopi ini juga gak pahit-pahit amat, lebih pahit muka luuuuu!!!" buang muka.Tampak jelas dari tingkahnya, dia tidak suka. Tapi keras kepalanya tak ada obatnya.
"Cie cie, ada yang marah, hehehe,
Pahit kan? Untung ada gue loh, jadi sedikit ada manis-manisnyaaa, " gue mencoba menggodanya sambil gue memalingkan wajahnya lagi ke depan gue."Ihhh geer" jawabnya dengan nada gajelas karena tanganku masih dipipinya.
"Hehehe, yaudah, sekarang, cerita dulu wahai putri bawel yang manis, kenapa tiba-tiba aneh gitu, dan minta ketemu, padahal tiap hari ketemu!" menggoyang-goyangkan pipinya.
"Lepasin duluuu, maluu" katanya sambil melepaskan tanganku dari pipinya.
Dia diam sejenak, dengan muka yang terlihat murung, dan mata yang seperti menahan air mata, dia bicara:
"Ion, seandainya nih, seandainya, gue dan lu harus berpisah sekarang, Saat ini juga, lu bakal merasa sedih gak?" tanya nya sambil melihat kearah gelas kopinya.
"Enggaklah, weeew" jawabku singkat.
"Serius om-om genit!!" desaknya padaku.
" kenapa si lu lin? Lu gabakal pergi kan? Gak bakal ninggalin gue kan? "
Menatap matanya."kalaupun gue harus pergi, lu gabakal marah kan? Lu bakal tetap jadi sahabat gue kan?" sambil meneteskan air mata.
"Lin, pliss, ini pertama kalinya gue lihat lu jatuhin air mata, lu kenapa lin? Jangan buat gue penasaran gini dong" gue pegang erat tangannya."Sebenarnya, gue sama keluarga gue harus pindah ke kampung halaman gue ion, bokap sama nyokap gue bangkrut ditipu sama teman mereka, gue sebenarnya udah lama pengen bilang sama lu, sejak awal semester 2 kemarin , gue udah nyimpan-nyimpan masalah ini, gue gak mau lu mikirin ini juga, tapi kali ini, dihari ini, gue mau gak mau harus ngomong sama lu, karena hari ini adalah hari terakhir gue bisa ketemu sama lu ion, besok gue udah harus berangkat sama keluarga gue, maafin gue ion, plisss!!" dia terus berbicara sambil terisak-isak oleh tangisannya.
Tanpa terasa, air mata gue pun ikut jatuh, pertama kalinya gue merasakan sedih yang begitu dalam, pertama kalinya gue nangis karena seseorang, dan pertama kalinya gue gak ingin ditinggal oleh seseorang.
Pelan-pelan gue lepas tangannya, gue hapus air matanya, lalu bilang:
"Lu gak usah nangis lagi yaa, sampai kapanpun, dimanapun, dan gimanapun elu, lu satu-satunya sahabat terbaik gue, yang pernah dan akan selalu gue punya. Jangan sedih lagi ya putri bawel, harusnya gue yang minta maaf sama lu, selama ini, gue banyak ngerepotin lu, setiap keluh kesah gue cuma lu yang tau, lu yang ngerti perasaan gue, lu tau semua tentang gue.Tapi, gue sedikitpun gak tau apa-apa tentang ely, bahkan, saat lu punya masalah gini pun, gue malah asyik sendiri, gue ga pernah mau tau apa yang lu mau, gue gak pernah tanya apa masalah lu, gue gak pantas dapat semua perhatian lu lin, gue minta maaf!!" gue bicara terisak-isak sambil terus memegang pipinya, tapi tak berani melihat wajahnya. Pipi gue basah oleh air mata. Hati gue serasa sesak, rasanya ingin memutar waktu lagi.
Lalu tiba-tiba, tangannya mengelus pipi gue, dan menghapus air mata gue, dan bilang:"Hei om-om genit, gue merasa senang, bahagia punya sahabat seperti lu, lu tau? Setiap apa yang lu lakuin, rasanya bisa membuat gue senang. Lu salah kalau lu bilang gak tau apa-apa tentang gue. Malahan, lu yang tau gue lebih dari siapapun itu. Memang, lu gak pernah nanya apa yang gue mau, gapernah nanya apa masalah gue, tapi justru itu yang buat gue ngerasa bahagia, lu seakan tau apa yang gue butuh tanpa sepatah katapun, hati lu dan hati gue serasa udah menyatu. Makasih ya ion" dia masih terus mengelus pipi gue.
Gue bisa dengan jelas melihat senyum bahagianya, senyuman saat dia sudah merasa lega.Gue mencoba untuk tenang, lalu bilang:
" lin, gue boleh ngasih permintaan gak?""Apa ion?" balasnya singkat.
"Jangan pernah lupain gue, walau dimanapun lu berada ya! Dan maafin gue udah banyak ngerepotin elu, sampai-sampai lu malah dijauhin sama cowok lain karena lu terus sama gue" kata gue sambil memegang tangannya kembali.Tok.. Dia mengetok kepalaku dengan sendok black coffee nya.
"Jangan jadi bego gitu, gue gabutuh cowok, dan gue gabakal ngelupain lu, janji!" dia mengangkat jari kelingkingya.
Lalu gue jawab sambil mengangkat jari kelingking gue juga,
"Oke boss, janjinya dipegang"
Jari kami menyatu, sebagai tanda bahwa kami mengikat janji untuk selalu mengingat satu sama lain.
Waktu terus berputar serasa begitu cepat, tak ingin rasanya berpisah dengan dia. Namun apa daya, itu adalah hari terakhir gue melihat senyumannya, tangisannya dan semua candaannya.
Langit mendung , hujan pun turun, seakan semesta ikut bersedih gue dan dia berpisah.
Luka dan patah hati pertama yang gue alami. Setengah dari hati gue serasa hilang.......
KAMU SEDANG MEMBACA
Why??? (Is it love?)
Teen FictionTentang Cinta yang mengubah antara 2 orang yang tak pernah saling mengenal sebelumnya. Tentang Rasa yang Tak pernah ada sebelumnya. Tentang Hidup yang hilang dengan sendirinya.