Perkenalan

170 12 0
                                    

"Axelia Aurel Wijaya"

Dia merelakan waktu yang tak sebentar untuk tetap sendiri, ia setia pada satu hati, menunggu yang tak pasti, dan menolak hati lain yang datang padanya.

Dia keras kepala, dia tetap bertahan walau ia tau orang yang dicintainya tidak mengetahui perasaannya,

Satu tahun lebih ia memendam perasaannya sendiri, berharap orang yang ia cintai juga mencintainya,

Semoga saja ia tidak sedang membuang waktunya...

       ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Sayang bangun dong ini udah jam berapa nanti kamu telat lohh" ucap Amel seraya membangunkan ku.

" Iya mah 5 menit lagi aku bangun ko"

" Ini udah jam berapa sayang, mama mau kamu bangun, mandi, terus sarapan dan berangkat kesekolah. Mama gamau kamu terlambat di hari pertama kamu sekolah. Ayo sekarang bangun sayang" ucap Amel sambil mengguncang-guncangkan tubuh ku yang enggan bangun juga.

"Iya iya mah, mamah ceweret deh pagi-pagi gini" celoteh Ku yang kesal karna pagi-pagi mama sudah cerewet.

" yaudah sana buruan kamu mandi abis itu kita sarapan, mama tunggu di meja makan" balas Amel seraya meninggalkan kamar Ku.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
06.30 WIB

Selepas mandi dan sarapan Aku pun bergegas berangkat dan tak lupa  berpamitan kepada orang tua ku.

" mah aku berangkat yaa " pamit ku sambil menuju garasi untuk mengambil sepeda motor.

06.45 WIB

Setelah mengendarai vespa matic selama 15 menit akhirnya Aku sampai di SMA BONITA 70, untungnya aku tidak terlambat karna jalanan hari ini cukup renggang mungkin karna beberapa dari penduduk jakarta masih dalam perjalanan pulang setelah libur pergantian tahun ajaran baru .

"Pagi Pak Dadang!!" Sapa Ku pada laki - laki gendut berumur 40an yang sedang berdiri di samping gerbang

"Pagi juga neng Axel!" Balas laki-laki gendut itu yang merupakan security SMA BONITA 70

Selepas menyapa security sekolahku, aku mamacu motor ku menuju parkiran dibelakang sekolah. Kemudian aku parkirkan motor ku berderetan dengan motor - motor siswa lainnya. Saat hendak meninggalkan parkiran, seseorang memanggil ku dan membuat Ku mau tidak mau menoleh ke sumber suara.

" Axel !!"

"Kenapa ?" Tanya Ku kepada seseorang yang memangilku. Dan ternyata orang itu adalah Martin, salah satu dari sahabat laki-laki ku.

"Tungguin gua kita ke kelas bareng hehe" balasnya dengan cengiran yang menyebalkan.

"Yaudh buruan ga pake dandan" pasalnya Martin ini  ribet banget kalo habis naik motor trus rambutnya berantakan dia suka nata rambutnya dulu pake sisir sama pomed dan itu ngabisin waktu yang ga sebentar karna kalo belum sesuai sama yang dia mau ya belum lepas deh dia dari kaca spion motornya.

"Oke!!!" Jawabnya singkat.

Setelah menunggunya kurang lebih 5 menit, akhirnya kita berdua jalan beriringan menuju koridor sekolah yang membawa kita ke kelas masing-masing. Ya kita berbeda kelas, dimana aku kelas 11 IPS 3 sedangkan Martin 11 IPS 1.

Setelah meletakan tas di meja kelas aku pun langsung berhambur keluar kelas, karna ingin ke toilet untuk merapihkan pakaianku.

Selepas dari toilet aku kembali lagi ke kelas. Namun sebelum masuk ke kelas tiba-tiba aja guru piket memanggil ku , lantas aku menengok dan menghampiri guru piket tsb.

"Axelia" panggil guru piket bernama pak Mamat

"Iya kenapa pak? " tanya ku pada Pak Mamat

"Bapak mau minta tolong, tolong kamu panggilin Zevin Alvaro 12 IPS 3. Suruh dia datang temui bapak di meja piket, sekarang. Terimakasih Axel." Perintah pak Mamat .

"Oke siap bapak." Jawab Ku pada pak Mamat

Setelah itu akupun langsung menuju ruang kelas 12 IPS 3 untuk memanggil seseorang yang dikatakan Pak Mamat tadi.

"hmm permisi kak, kak aku mau cari kak Zevin Alvaro ada gak ya kak?" Tanya ku pada salah seorang siswa yg sedang duduk di depan ruang kelas 12 IPS 3. Yang ku ketahui bahwa dia adalah Bima Nugraha kakak kelas paling ganteng, keren dan tajir, sayangnya dia cuek dan dingin sedingin es di kutub .

"Gatau gue, coba tanya yang lain aja sana" ucapnya ketus kepada ku.

Seketika aku terkejut dengan jawabannya. Lantas aku pun pergi meninggalkannya dengan perasaan sebal.

"Yee.. bisa biasa aja ga sih tuh orang jawabnya, ngeselin banget" umpat ku dalam hati.

Setelah itu akupun pergi dengan perasaan kesal karna bertanya padanya. Tak lama kemudian aku menemukan kakak kelas yang ku cari. Lantas saja akupun menyampaikan tujuan ku yaitu memberitahunya bahwa ia di tunggu pak mamat di meja piket. Setelah itu akupun kembali ke kelas ku.

              ~~~~~~~~~~~~~~~

Bel istirahat berbunyi, setelah 4 jam pelajaran aku lewati. Begitu lelah dan lapar yang aku rasakan karna pelajaran tadi cukup banyak menguras isi otak ku.

"Xel, kantin kuy buruan. Keburu penuh nanti yang ada kita gadapet meja." Ucap Belica teman sebangku ku.

"Kuy lah gua jga udh laper nih"

Dan benar saja, setibanya dikantin aku dan belica bingung hendak duduk di kursi yang mana. Karna semua kursi dan meja yang tersedia dikantin sudah penuh. Maklum saja ini hari pertama sekolah setelah libur panjang. Alhasil banyak dari mereka yang mugkin kangen isi kantin dan ngebuat mereka jadi berlomba-lomba pergi ke kantin.

Selepas dari kantin, yang sepertinya masih ada 10 menit lagi sebelum istirahat berakhir.
Aku dan Belica menghabiskan waktu untuk bediri di balkon depan pintu kelas kami. Aku suka melakukan hal ini, bukan karna ingin tebar pesona atau cari perhatian bukan, hanya saja aku melakukan ini untuk menghirup udara segar alami, bukan udara dari ac yang berada di dalam kelas. Selain cari udara aku melakukan ini hanya seperti kebiasaan ku saja, setiap kali belum waktunya masuk pelajaran atau bahkan saat tidak ada guru yang mengajar. Aku merasa nyaman disaat memandang dan menghirup udara, aku terbebas melihat serta membayangkan apapun. Seperti sebuah kebahagiaan tersendiri bagi ku.

Seperti saat ini, aku berdiri menatap arah lapangan basket, menatap para siswa laki-laki yang asik memantulkan serta mengoper bola kepada kawannya. Tanpa disadari pun aku melamun. Membayangkan laki-laki ku yang sedang bermain basket pula bersama kawannya disekolah mereka. Melihat senyum dan tawanya di setiap lemparan bola yang ia beri atau dapatkan. Membayangkan betapa bisa bahagianya ia tanpa aku di dekatnya. Kemudian menyadarkan aku betapa sakitnya aku mengingat ia yang hilang begitu saja, hingga air mata ini nyaris saja jatuh. Melihat wajah ku yang mendadak sedih Belica memukul bahu ku pelan, seraya menyadarkan ku dari lamunan ku tadi.

"Xel, are you okay?" Belica

"Eh,, em.. iya, iya gua gapapa ko Bel"

AxeliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang