Aku tidak paham sama sekali tentang tanda-tanda laki-laki yang berselingkuh. Kedua orangtua ku tidak pernah melihat mereka bertengkar,apalagi berselingkuh. Bagiku, kata-kata itu haram hukumnya kalau samapi terjadi.
Haruskah aku bertanya pada Tama siapakah Fara? Aku yakin Tama akan mengatakan bahwa itu temannya. Aku tidak punya bukti apa-apa untuk menuduhnya.
Ketika Tama mandi, aku membongkar ponselnya. Tapi sungguh sial, dia memakai kata sandi. Sebelumnya,ponselnya tidak pernah di private begitu rupa. Dulu, tidak ada rahasia di antara kami. Dengan begitu menambah rasa curigaku padanya.
############
" Tam, aku merindukanmu. " aku memeluk tubuhnya dari belakang. Ku endus-endus parfum khasnya yang sangat aku sukai. Dia berbalik dan menyentuh bibirku dengan bibirnya. Hangat dan lembut.
Ciuman yang sekilas. Dia tidak melanjutkan ciumannya, walaupun aku mendamba. Dengan segera dia menggeser badannya, menaiki tubuhku. Aku memekik nyeri ketika dia mulai memasukiku. Bukan kenikmatan yang aku dapatkan melainkan rasa sakit. Badanku sakit, hatiku nyeri.
Tak terasa air mataku jatuh perlahan. Aku seperti diperkosa oleh suamiku sendiri. Tidak pernah aku sehina ini, aku merasa seperti pelacur yang hanya di pakai jika perlu saja.
Biasanya, sebelum bercinta, ada kegiatan-kegiatan kecil yang kami lakukan. Seperti memasak bersama dan membawanya ke halaman belakang kami yang luas. Kami berbicara apa saja dan sesekali bercanda, berciuman sampai kehabisan nafas, melakukan foreplay penuh gairah dan bercinta sampai lelah.Tama seperti berubah, tapi dia memang sudah berubah.
" Siapa dia Tam?" tanyaku sambil duduk di atas ranjang, mengancing satu persatu kancing dasterku. Tama belum tidur, masih asyik drngan handphone sialannya yang sudah memakai kata sandi.
" Dia siapa? "
"Fara! Siapa dia Tam? Jangan bilang kalau dia hanya sekedar teman kantormu." ucapku datar, berusaha menahan meredam emosi. Aku tidak mau gegabah dan mengacaukan semuanya.
" Iya teman kantor. Gak lebih,sayang." ujarnya sambil memelukku.
" Aku ingin kamu jujur Tam, katakan apa yang harus aku lakukan supaya kita bisa seperti dulu lagi. Berat rasanya menjalani hari-hari seperti ini. Aku sengaja resign supaya punya waktu sepenuhnya buat kamu dan Nisya. "
" Maafkan aku Ran, aku yang salah, aku sering lembur dan sering dinas ke luar kota, semua ini aku lakukan buat kamu dan Nisya. Percaya padaku, aku cinta kamu dan juga Nisya. "
Selain waktunya yang sedikit, Tama juga jarang pulang. Sesekali aku ingin tidak percaya kalau alasannya tidak pulang karena tugas luar kota. Perubahan hubungan kami membuatku jadi paranoid. Berbagai pikiran negatif yang muncul membuatku lelah. Penjelasan Tama tadi tidak juga membuatku merasa baik.
######
Mungkin dengan mengikuti beberapa kegiatan yang ada di komplek perumahan kami, membuatku sedikit terhibur. Tak ada salahnya mengikuti arisan ibu-ibu di komplekku. Bermula dari mbak Diah, tetangga rumahku mengajakku ikut dalam arisan yang dia kelola. Tentu saja aku senang karena bisa menambah teman dan pergaulan bersama ibu-ibu komplek.
Ketika pada suatu hari, seorang anggota arisan, mbak Fina, terserang stroke secara tiba-tiba. Mbak Fina sudah lama menderita hypertensi . Kebetulan aku yang membawa mobil langsung membawanya ke Rumah sakit bersama Tania dan mbak Diah. Suami mbak Fina masih di kantor, yang kebetulan sekantor sama Tama tapi beda Divisi.
Sebenarnya mbak Fina bukanlah seorang yang di katakan tua, dia bahkan sangat muda, mungkin dua atau tiga tahun di atasku. Penyakit hypertensi tidak memandang usia. Salah satu yang melatarbelakanginya adalah gaya hidup dan faktor makanan.
Setelah mbak Fina mendapatkan penanganan, aku menelpon mas Adam, suaminya. Mengatakan supaya jangan khawatir karena keadaan mbak Fina sudah mulai membaik.
Sambil menunggu suami mbak Fina, kuputuskan membeli minuman untukku dan mbak Diah. Tiara sudah pulang duluan, tidak bisa lama karena dia mempunyai bayi yang baru berusia 3 bulan. Mbak Diah tetap menunggui mbak Fina, sementara aku ke kantin Rs.
Sapaan beberapa pegawai Rumah Sakit ini yang mengenal aku kubalas dengan senyuman. Sebagian besar mungkin sudah tahu kalau aku sudah tidak bekerja lagi di sini.
" Eh, mbak Rani... Apa kabar? Saya baru tau kalau mbak Rani sudah tidak bekerja lagi di sini. Ada apa mbak kemari? Apa ada yang sakit? " Bu Siti, pengelola kantin Rumah sakit menanyakn pertanyaan beruntun.
" Iya buk... Tetangga saya terkena stroke, saya lagi menunggu keluarganya datang. "
Setelah mengambil beberapa makanan ringan dan juga minuman kaleng bergegas aku meninggalkan kantin dan kembali ke ruang rawatan mbak Fina.
" Rani.. " aku menoleh ke arah suara. Sejenak aku merasa bodoh karena mas Krisna berdiri tepat di depanku.
" Kamu seperti kurang fokus Ran... Untung saja tidak nabrak mas. Ada gerangan apa kamu di sini? "
" Tetangga saya kena stroke mas, saya sedang menunggu suaminya kemari. "
" Oo ya sudah, mas tinggal ya, mau visite ke ruang rawat. " aku mengangguk. Mas Krisna berlalu dan aku meneruskan langkah ke ruang rawatan mbak Fina.
" Rani... Boleh mas minta nomor handphone kamu? " panggilan mas Krisna menghentikan langkahku.
" Iya mas, boleh."
Setelah bertukar nomor handphone kamipun meneruskan lagkah ke tujuan masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAHARANI
RomanceKehidupan indah pernikahan yang di harapkan ternyata tidak selamanya terjadi. Banyak kerikil tajam yang membuatnya menjadi goyah. Ketika Maharani di hadapkan pada berbagai pilihan,yang mengharuskan dia untuk memilih. Bisakah kehadiran anak dalam rum...