Sebenernya sudah lama sekali pengen nulis ini.
Nulis tentang idola 'baru' bulutangkis Indonesia.Nggak bisa dipungkiri, tahun 2016 lalu, sejak dia juara juara India open terus juara China open, mulai saat itu perlahan-lahan aku mulai mikir kalau Kevin/Ko Sinyo bakalan jadi gantinya ko Hendra/babah Ahsan -walaupun sebenarnya mereka tak tergantikan-.
Disaat galau-galaunya ko Hendra dan babah Ahsan akan dipisah, muncullah mereka berdua, seakan-akan bicara ke seluruh masyarakat Indonesia kalau sektor men's double gak akan pernah mati. Terlepas dari performa ka Angga/ka Ricky yang pas itu juga lagi bagus.
Lihat cara mainnya kevin di lapangan, lihat garangnya dia pas mukul shuttle, gak tau kenapa aku yakin, dia bakalan jadi pemain yang ditakuti lawan.
Dia mulai masuk klub PB Djarum tahun 2007, sebenarnya di tahun 2006, dia punya kesempatan masuk PB Djarum, namun sayangnya dia gagal.
Awalnya dia juga nggak main di sektor ganda putra, tapi tunggal putra, dan lagi-lagi dia gagal. Permainannya tidak berkembang di sektor tunggal putra.
Kevin juga pernah bermain di sektor ganda campuran, dia sukses mendapat medali perak di kejuaraan dunia junior, saat itu Kevin yang berpasangan dengan Mashita harus mengakui keunggulan Chen Qingchen/Huang Kaixiang dengan rubber game dan skor yang ketat.
Di Indonesia open 2015, dia juga sempat berpasangan dengan ka Greysia dan berhasil mengalahkan pasangan ganda campuran yang paling hitz kala itu, Zhang Nan/Zhao Yunlei. Drama banting raket juga sempat dilakukan Zhang Nan waktu itu, saking marahnya dia lihat gimana cara mainnya si Kevin.
Waktu superseries final di Dubai 2016, Kevin/Ko Sinyo juga masih gagal menembus fase grup. Dengan hasil hanya mengantongi 1 kemenangan -melawan teman sendiri pula- dari 3 pertandingan, belum cukup untuk membawa mereka untuk menuju babak selanjutnya.
Tahun 2017 pun datang, All England menjadi tournamen superseries pembuka. Saat itu, Indonesia menargetkan pasangan ganda campuran Bang Jordan/Cici Debby yang notabene adalah Juara All England tahun 2016 untuk mempertahankan gelar. Tapi sayangnya target itu gagal dicapai.
Tapi, saat itu Kevin dan Ko Sinyo berhasil menunjukan taji mereka. Mereka berhasil merengkuh gelar All England pertama mereka.
Perjuangan juga buat nonton pertandingan itu, karena perbedaan waktu antara daratan eropa dan asia yang terlampau jauh, jadinya harus begadang buat nonton turnamen itu.
Masih ingat dimana waktu semifinal, Kevin dan Ko Sinyo harus melawan om om dari denmark Mads/Mads. Saat itu pertandingan disiarkan secara langsung di tv nasional di tengah malam, kebetulan sekali saat itu aku masih menjadi mahasiswa praktikan di rumah sakit milik pemerintah provinsi Jawa Timur di kota Madiun dan harus dinas malam.
Akhirnya dengan keadaan tidak tahu malu sama mbak-mas nya perawat senior, aku tetep nonton tv di ruangan perawat. Untungnya mbak-mas nya baik, jadinya aku nonton juga sama di temenin mereka.
Tiap kali ada pasien minta tolong sesuatu, aku jalani dengan setengah hati, dosa sih, tapi ya mau gimana lagi, masih seru-serunya.
Lagi pula, siapa sih yang jantungnya gak mau copot pas lihat match itu? Mata aja ga sempet lihat shuttle, saking cepetnya kalau main.
Nah, dari situ, aku lihat gimana gesitnya kevin, gimana cepetnya dia mukul shuttle, gimana ganasnya dia main di depan net, gimana srobotan dia, gimana mantapnya dia mukul bola tanggung, gimana jumping smashnya dan gimana kerennya kombinasi Kevin dan Ko Sinyo yang saling melengkapi.
Akhirnya melajulah mereka ke final All England pertama mereka dengan mengalahkan pasangan denmark rubber game. Sungguh itulah pertandingan yang jika ditonton oleh pasien pasien dengan gangguan jantung bisa langsung mengubah gambaran elektro cardiografi menjadi ventrikel takikardi dan berlanjut menjadi asistol.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kevin Sanjaya
Non-FictionJust my opinion about Kevin Sanjaya, world number one mens double badminton player from Indonesia~ Cover by: @kimijuliaaa