4. Teman, Baik Atau Jahat?

24 4 0
                                    

Teman? Bukankah setiap orang berhak memilikinya?

Aku melangkah menuju kelas pagi ini. Seperti biasa, langkah biasa bagiku tak seperti perempuan lain yang melangkah dengan anggun ditambah dengan senyum merekah di wajahnya. Sebaliknya aku sangat cuek dan tak begitu memperhatikan langkahku apalagi sekelilingku. Prinsipku jalan ya jalan nggak usah main tebar pesona.

Aku masih terpikir tentang mimpiku semalam. Terutama tentang Rey.
Oke akan ku ceritakan sedikit.
Rey. Reynico adalah seorang laki-laki yang lebih tua dariku. Ia adalah laki-laki pertama yang menjadi teman bahkan sahabatku, sebelum aku pindah rumah dulu. Lebih tepatnya sebelum aku duduk di bangku sd. Aku masih ingat potongan-potongan memori itu. Meski hanya sedikit yang masih tergambar.

Rey aku suka dia. ia selalu menemaniku saat aku kesepian  ia bahkan rela menemaniku bermain saat aku bosan.
Tapi sebenarnya
Err....
.
.
.
Dia hanya
.
.
Teman
Imajinasiku.
.
.
.
Pernah dengar?
Hanya aku yang bisa melihatnya dengan kata lain akulah yang menciptakannya dalam bayanganku.
.
Ya hanya bayangan.
Di usiaku sekarang aku bahkan lupa wajahnya dulu. Tapi dia selalu ada ketika aku memanggilnya.

Meski ibuku terkadang memarahiku ketika aku asik bermain dengannya. Dulu hanya tetanggaku, seorang nenek yang menjagaku ketika ibu dan ayahku bekerja. Hanya dia yang percaya adanya Rey. Temanku. Bahkan ia terkadang juga berbicara pada Rey. Tapi mungkin nenek itu hanya berpura-pura agar aku senang.

Sampai akhirnya suatu malam Rey benar-benar menghilang. Saat itu ibuku pergi sampai malam, lembur kerja. Karena tempat kerja ibu cukup dekat Rey Menemaniku mencari ibu.

Disana malam begitu gelap. Karena memang dulu disana hanya ada beberapa rumah. Desa itu berada di dekat hutan yang lebat.  Pepohonan yang menjulang tinggi pun masih menghiasi sisi jalan nya.
.
.
Kurang satu belokan lagi.
.
Dan
.
Saat itulah Rey menghilang. Aku sempat mencarinya. Karena takut aku berlari dan sampai di depan gerbang kantor ibu. Aku menangis disana takut sekali. Sejak itulah aku mengganggap Rey adalah laki-laki jahat.

Aku terus menangis dan memanggil ibu. Hingga seorang satpam menghampiriku. Kemudian ibuku datang dan membawaku pulang. Sejak itu pula ibu selalu pulang tepat waktu untukku.

.

Dan setelah kejadian itu. Rey tidak pernah hadir menemaniku lagi. Aku sempat menangis minta diantar ke rumah Rey.

Hingga seminggu setelahnya. Aku resmi meninggalkan rumah tua itu. Pindah ke daerah yang cukup padat dan ramai. Mengikuti tugas kerja ayah.

Rumahku sekarang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 25, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BelieveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang