1. Teman Sebangku

79 2 2
                                    

Ini cerita pertamaku bergenre fantasi, belum seberapa bagus tapi semoga kalian suka. selamat membaca...

*****

Matahari masih belum menunjukkan dirinya, hawa dingin masih terasa jelas. Khas malam hari. Hawa dingin itu seperti alarm alamiku. Aku terbangun dari tidurku. Melirik sekilas ke arah jam yang ada di nakas, pukul tiga pagi. Tetap seperti biasanya.

Masih terlalu awal bukan memulai hari di jam segini? Mungkin bagi anak tujuh belas tahun seusiaku, ini masih terlalu awal. Bahkan di akhir pekan mereka akan memilih bangun lebih siang. Tapi aku bisa seperti itu. Tidak untukku yang tinggal sendirian dan perlu mempersiapan segalanya sendiri. Ini adalah rutinitasku setiap hari. Benar SETIAP HARI.

Biar aku ceritakan sedikit tentang diriku supaya kalian tahu mengapa bangun jam tiga pagi menjadi rutinitasku saat ini. Ibuku adalah penjual kue basah dan gorengan yang sering ia titipkan di warung. Sedang ayah tiriku dia bekerja sebagai sopir taksi. Aku juga memiliki seorang adik tiri. Usianya lima tahun lebih muda dariku. Dan aku sangat menyayanginya. Kami hidup bahagia dalam kesederhanaan.

Tapi sayang kebahagiaan itu tidak lama berlangsung. Ketika aku mendapatkan tamu bulananku untuk pertama kalinya, tubuhku mengalami perubahan. Beberapa bagian tubuhku berubah mengikuti ayah kandungku. Kulitku di beberapa bagian berubah menjadi biru, rambut hitamku berubah jadi coklat dan mata hitamku yang menjadi kehijauan.

Setelah aku ingat, itu semua adalah apa yang ada di tubuh ayahku. Seluruh kulit berwarna biru, rambut coklat dan mata hijau. Itu adalah ingatan terakhirku sebelum ayahku meninggalkan diriku dan ibu ketika aku berusia empat tahun. Hanya selembar fotonya serta kalung yang menjadi hadiah ulang tahunku darinya lah yang membuatku sadar bahwa ayah pernah hadir dalam hidupku.

Sejak mengalami perubahan itu, banyak orang yang menjauhiku. Termasuk adik tiriku. Tapi aku bersyukur ibuku masih mau menerimaku bahkan ayah tiriku yang tidak memiliki hubungan darah denganku juga masih tetap menyayangiku. Terbukti dengan dia yang masih membelaku ketika keluarganya menghinaku.

Sekali lagi, tidak ada yang namanya hidup bahagia. Ketika aku duduk di kelas IX SMP, mereka mengalami kecelakaan. Mobil yang ayah tiriku kendarai saat mengantar ibu ke pasar mengalami kecelakaan. Dan keduanya meninggal di tempat. Sejak saat itu aku merasa bahwa hidupku hancur. Setelah ini pasti tidak ada yang mau berdekatan dengan anak aneh seperti diriku.

Dan yang lebih menyakitkan dari hal itu, adik tiriku dia lebih memilih tinggal bersama adik dari ayah tiriku. Membuat aku benar-benar harus hidup sendiri. Dan sejak saat itu aku memutuskan untuk melanjutkan usaha kecil ibuku. Berjualan kue basah dan gorengan.

Itu lah sebabnya aku bangun pagi setiap hari. Aku harus membuat kue dan gorengan untuk dititipkan di warung-warung sekitaran rumahku agar aku bisa menyambung hidup. Beruntung beberapa pemilik warung mau menerima dan menjualkan daganganku. Entah itu karena rasa iba atau karena mereka sudah menerimaku aku tidak tahu. Yang jelas, aku patut mensyukurinya.

Tidak hanya itu saja yang patut aku syukuri. Rumah yang aku tinggali merupakan kepemilikan ibuku. Jadi, aku tidak perlu memikirkan tentang tempat tinggal. Sedangkan untuk biaya sekolah, aku bersukur bisa mendapatkan beasiswa penuh, jadi aku tidak khawatir dengan pendidikanku.

*****

Jam menunjukkan pukul enam pagi ketika aku selesai dengan segala aktifitasku di dapur. Setelah mandi dan memastikan bahwa dagangan yang aku jual siap semua aku berangkat untuk menaruh dagangan ini dan menuju ke sekolah.

Sekolahku hanya berjarak lima ratus meter dari perkampungan yang aku tinggali. Aku mengayuh sepedaku menuju ke sekolah ketika selesai menaruh dagangan terakhirku. Tepat ketika berada di gerbang sekolah, aku melihat dia. Gadis yang memakai seragam putih biru yang pernah berada di rahim yang sama denganku, adik tiriku.

Guardian Of Texon [ Slow Update ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang