TMM | 1. Pelayan 🔫

52 4 8
                                    

DUA pria muda memasuki sebuah kafe dengan langkah tenang. Kafe yang tadinya sedikit gaduh menjadi hening melihat dua sosok tampan yang kali ini sedang duduk di meja dekat jendela. Beberapa wanita pengunjung kafe tersebut sampai meremas pakaian miliknya melihat ketampanan kedua pria tersebut. Pria yang memakai jaket kulit hitam menatap tajam kearah semua pengunjung seolah memerintahkan mereka untuk kembali fokus dengan pekerjaannya.

Tak lama seorang pelayan menghampiri pria berjaket hitam dan coklat itu dengan senyuman manisnya. Beberapa detik pria berjaket coklat sempat terkesima dengan kecantikan pelayan ini.

"Ada yang ingin dipesan, mas?"

Sembari menetralkan raut wajahnya pria berjaket coklat ini mengangguk. "Seperti biasa."

Dua kata yang berhasil membuat pelayan itu mengerutkan kening. "Maaf mas, pesanan yang 'seperti biasa' itu yang seperti apa yah?"

Kali ini giliran pria berjaket coklat itu yang mengerutkan kening. "Masa kau tidak tahu? Berapa lama kau bekerja disini sampai-sampai tak tahu apa pesanan biasa kami?"

Jujur, nada suara pria berjaket coklat ini sangat menyebalkan. Tetapi, demi profesionalitas pelayan ini menjawab. "Maaf mas, tetapi saya pelayan baru disini dan saya juga baru melihat mas disini jadi wajar saya tidak tahu apa pesanan biasa mas-nya."

"Gak usah bohong kau, saya tahu semua pekerja di kafe ini pasti tahu saya karena mereka sudah bekerja lebih dari 5 tahun."

Dengan sabar pelayan ini menjelaskan kepada pria berjaket coklat menyebalkan ini. "Harus saya bilang berapa kali kalau saya baru disini."

"Gak mungkin. Saya tahu Tante Kara gak mungkin nerima pekerja baru." Pria berjaket coklat ini masih bersikeras mengotot bahwa pelayan tersebut adalah pekerja lama.

"Saya gak bohong, Mas. Ibu Kara sendiri yang mempekerjakan saya di Cafe ini"

"Saya gak percaya."

"Kalo mas gak percaya ya sudah."

Merasa keadaan semakin ricuh, pria berjaket hitam yang sedari tadi diam akhirnya bertindak.

"Udahlah Marv, tak usah berdebat." Ucap pria berjaket hitam itu melerai pelayan dan temannya. "Lagian kenapa kalau si Manis ini baru bekerja di Ran's Cafe sih?"

Mendengar ucapan sahabatnya sontak pria yang di panggil Marv itu menoleh. "Gak bisa gitu dong Zav, kita kan tahu kalau tante Kara gak mungkin nerima orang baru."

"Sudah lah." Lalu pria yang dipanggil Zav itu menarik sahabatnya agar menjauh dari pelayan itu.

"Sorry, manis. Temen gue emang rada sableng makanya ngedebatin masalah sepele kek gini." Ujar Zav seraya tersenyum manis.

Dengan senyuman manis pelayan itu menjawab, "Gapapa kok, mas."

Lalu Zav mengedarkan seluruh pandangannya kearah pengunjung yang sedari tadi menonton. "Apa lo liat-liat? Mau gue bantai?" mendengar ucapan Zav semua pengunjung itu mengalihkan pandangannya.

Mendengar suara keributan seorang wanita berhijab menghampiri dua pria dan satu pelayannya.

"Ada apa ini?"

"Ini tante, si Marv masa debat ama si manis ini gara-gara dia baru kerja disini." Ujar Zav.

Lalu pria berhijab itu menjewer telinga Marv.

"Aw ... Aw ... Aw ... Sakit, tante." Ringis Marv yang merasakan panas menjalar telinganya.

"Kamu ini buat rusuh aja. Dasar anak nakal." Jeweran yang diterima Marv semakin keras.

The Mysterious Masked (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang