"Ba-chan, seperti biasa."
"Siap."
Hijikata duduk di salah satu kursi restoran. Katana yang biasa berada di pinggangnya kini ia sandarkan di bawah meja. Sore ini Hijikata mampir ke restoran favoritnya. Restoran kayu dengan aksen kuno yang kental. Satu-satunya retoran yang ia datangi saat pertama kali bersumpah pada Kondo untuk selalu berada di sampingnya dan melindungi kedamaian Edo hingga sekarang. Awalnya ia sering mencoba restoran lain namun hanya restoran ini yang ada di hatinya.
Bukan karena makanan restoran ini yang super enak ataupun super murah. Kedengarannya aneh memang. Namun hanya restoran ini yang menyediakan menu makanan favorit pelanggannya tanpa berkomentar apapun. Mengapa restoran lain tidak pernah belajar dari restoran ini? Pelanggan senang, penjual dapat uang. Bukankah itu yang terpenting?
Sudah menjadi kebiasaan bagi Hijikata untuk mengkonsumsi mayones. Bukan hanya sekedar penambah rasa makanan, mayones adalah makanan surga baginya. Namun itu tak berlaku bagi orang lain. Hijikata tak habis pikir mengapa semua orang membenci mayones? Adakah yang salah dengan otak mereka? Ambil contoh anak buahnya di Shinsengumi yang suka main role-play jadi Detektif Cinan. Setiap jam kerja ia menolak menelan makanan apapun kecuali anpan. Jadi apa salahnya makan 17.398 botol mayones?
Memikirkan alasan dibalik kebencian orang terhadap mayones membuat Hijikata tambah tak sabar menunggu Hijikata Spesialnya. Ia menutup mata dan mengetuk-ngetukkan jarinya di atas meja. Tak lama Ba-chan pemilik restoran meletakkan mangkuk pesanannya. Seperti biasa ia akan mencium aroma sedap mayones sebanyak mungkin hingga merasuk ke tubuhnya sambil tetap memejamkan mata.
Yosh. Mayones sayang~
Datanglah pada ayah, Nak.Namun aroma yang masuk ke hidung Hijikata tak seperti yang ia harapkan. Sebaliknya ia merasakan aroma busuk dan aroma kematian menguar di sana. Firasat Hijikata semakin menjadi-jadi. Ia membuka paksa kedua matanya hingga menemukan shinigami coklat terbang tepat di depan matanya.
Semangkuk Uji Gintoki tersaji di meja. Hijikata mengernyitkan kedua alisnya. Keningnya berkedut kesal. Tangannya mengepal bersiap akan menonjok seseorang berwajah datar sok tak berdosa yang siap dijadikan korban di ujung sana.
"Tch Ba-chan, siapa yang memesan makanan kucing ini? Jangan-jangan kau mengira kalau tubuh kami masih tertukar?"
"Yare yare, kenapa gue harus liat makanan anjing ini lagi. Gue jadi pengen muntah. Padahal horoskop gue tadi ada di peringkat pertama. Apa ini gara-gara gue masukin upil di tehnya Pattsuan tadi ya?"
Hijikata memijat keningnya saat mendapati Gintoki duduk di kursi yang tak jauh darinya, hanya terpisah satu kursi diantara keduanya. Samurai berambut perak itu mengibaskan tangan kanannya di depan hidung dan memasang wajah menjengkelkan.
Ini pasti gara-gara gue beliin obat perontok bulu pantat buat Kondo-san tadi. Kena musibah kan gue? Tau gitu gue ancam saja si Yamazaki tadi. NO ANPAN! MAYONAISE FOR THE REST OF HIS LIFE!
"Oii ngapain lu di sini?"
Hijikata bisa memprediksi akan ada peristiwa tidak penting yang akan menyita waktunya yang berharga di sini. Lebih baik ia menghabiskan waktunya bermain otoge sebagai Toshi daripada bertemu si makhluk alay penyuka manisan.
Gintoki menyedekapkan kedua tangannya di depan dada dengan wajah meremehkan. "Kenapa? Lu nggak liat ini restoran? Udah jelas kan kenapa orang-orang datang ke sini. Dan lagi polisi zaman sekarang emang menyedihkan. Para bawahan sekarang lagi patroli menjaga kedamaian masyarakat. Lalu apa yang dilakukan atasannya? Dasar pencuri pajak masyarakat! Lu nggak guna sama sekali! Kerja sana konoyarou!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Gintama X Reader Oneshot
Fanfiction[Gintama x Reader Oneshot!] Karakter Gintama hanya milik Sorachi Hideaki-sensei.