"Apa benar-benar tidak ada yang tersisa?" kau bergumam tak percaya ketika petugas tempat penjualan tiket berkata kepadamu bahwa semua tiket yang disiapkan telah terjual habis. Kau melirik pintu masuk yang masih terbuka selama beberapa saat sebelum beralih lagi pada perempuan di hadapanmu. Kuku jarimu mengetuk meja kayu beberapa kali tanpa sadar. "Aku bersumpah sudah memesannya sejak satu minggu yang lalu."
Petugas menundukan kepalanya lalu memberikan senyuman tanda maaf. "Saya sungguh mengerti, okyaku-san." Ia menengok ke kiri dan kanan sebelum mengisyaratkanmu untuk mendekat dan berbisik di telingamu. "Para pejabat amanto tiba-tiba memesan seluruh kursi yang ada, sehingga beberapa reservasi terpaksa dibatalkan oleh pihak kami."
"Lalu kenapa tidak ada pemberitahuan?" kau menatapnya curiga.
Alis si petugas sedikit mengerut, namun senyuman tak lepas dari bibirnya. "Kami sudah mencoba untuk menghubungi anda dua hari yang lalu. Terdapat pesan dari pegawai kami yang menginformasikan mengenai hal ini dalam email."
"....."
Ah!
Gawat!
Telepon selulermu telah terpotong menjadi dua oleh Hijikata saat mendapatimu membuang mayones kesukaannya ke dalam toilet.
"Baiklah, terima kasih," kau tersenyum lemah pada petugas. Kau keluar gedung pertunjukan dan melangkah setengah hati menuju halte bus yang tak jauh dari sana.
"Kau terlihat seperti anak hilang."
Kau menoleh dan menemukan Okita Sougo berdiri di hadapanmu dengan kimono biasa. Hari ini Shinsengumi mendapat hari libur. Kondo menguntit Otae seperti biasanya sedangkan Hijikata lebih memilih ke restoran favoritnya. Kau sendiri sudah merencanakan akan menonton pertunjukan drama komedi bersama Sougo, namun keberuntungan sedang tidak berada dalam pihakmu.
"Sougo...., gomen." Kau menjelaskan apa yang terjadi sebelumnya pada Sougo, dan ia hanya menatapmu datar.
"Kita bisa melakukan sesuatu yang lain." Sougo mengamati pejalan kaki di sekitarnya. Ia menarik pergelangan tanganmu dan membawamu berjalan melewati kerumunan.
Beberapa saat kemudian, sudut alismu bergerak naik ketika Sougo tiba-tiba melepas genggamannya pada pergelangan tanganmu. "Apa yang terja----"
Tapi kau lekas terdiam saat jemarinya menyentuh telapak tanganmu. Lalu, Sougo dengan santai mengaitkan jemarinya dengan milikmu.
Wajahmu memanas bagaikan terbakar saat kau menatap genggaman tangan kalian. Jantungmu berdetak kencang dan napasmu seolah tertahan.
"Begini lebih baik," Sougo melirikmu dari balik pundaknya. "Kondo-san akan marah padaku jika kau hilang karena tenggelam di lautan manusia ini."
Kau mengangguk, agak kaget. Kau meremas tangannya peralahan. "Ka-kau benar." Sougo mengamati raut wajahmu beberapa saat kemudian kembali menatap ke depan dan mulai melangkah menyusuri ramainya Kota Edo bersamamu.
"Terima kasih, Sougo."
Sudut bibir Sougo tertarik ke atas dan kau tak menyadarinya.
Jantungmu semakin berdetak kencang dan telapak tanganmu mulai berkeringat --- atau kah itu Sougo? Atau mungkin kalian berdua? Kau tak bisa menjawabnya. Terasa hangat dan sensasi di perutmu semakin aneh.
Tangan kalian saling menggenggam seolah tak ingin lepas. Pergelangan tangan kalian bersentuhan. Kau menggingit bibir bawahmu, merasakan denyut nadi Sougo. Dengan cepat kau mengalihkan padanganmu ke sepanjang pertokoan di sampingmu, sambil terus berharap rona merah di pipimu akan pudar sebelum Sougo berhasil melihatnya.
Dalam hati, Sougo mengingat-ingat memori yang tersimpan di benaknya, bagaimana awalnya kalian bertemu hingga menjadi sepasang kekasih. Setelah beberapa bulan mempersiapkan segalanya, ia mengumpulkan keberaniannya mengajakmu kencan. Sougo mengamati pergerakan awan di langit. Kencan pertama dulu sangatlah mengesankan.
Sougo memperlambat kakinya menyamai langkah kakimu hingga kalian berjalan beriringan. "Aku punya ide."
"Oh?" kau bergumam, menyembunyikan rona pipimu dengan punggung tanganmu yang lain. Hal apa yang akan kalian lakukan hari ini? Rasa penasaran tak bisa kau singkirkan. Kau hanya terus berharap tidak mengacaukannya. "Ayo kita ke sana."
Kalian berjalan kurang lebih sepuluh menit menuju bagian tengah kota, dan akhirnya tiba di sebuah bioskop. Sougo membeli tiket film sedangkan kau menunggu sambil membeli popcorn dan minuman.
Sougo mengangguk lalu menggandengmu ke area tempat film diputar. Setelah menyodorkan tiket, ia membawamu melewati pintu menuju ruangan yang gelap. Tempat itu terlihat sudah cukup ramai.
"Bagaimana menurutmu?" Sougo menempatkan popcorn di antara kalian.
Kau meminum minuman di tanganmu sambil menatap Sougo, saat itu layar lebar sedang menampilkan iklan penumbuh rambut. "Yah, harus ku akui kau hebat dalam hal ini."
Kau bersumpah melihat Sougo tersenyum ke arahmu.
Film diputar namun kau masih memandang wajah Sougo. Dengan matanya yang masih menatap layar, Sougo mengunyah popcorn dan meneguk minumannya, ia menonton film itu tanpa berkedip. Matamu tak bisa berbohong, mereka menyukai sesuatu yang indah. Dan Sougo adalah salah satunya.
"Aneh ya? Bukankah filmnya ada di depan sana?"
Kau dengan cepat menoleh ke depan, menggingit bibir bawahmu dan berkedip beberapa kali. Kau tersadar bahwa film yang diputar bergenre komedi romantis yang baru-baru ini kau tonton trailernya. Adaptasi dari manga terpopuler, ungkap mereka.
Tidak memakan waktu lama bagimu untuk ikut hanyut dalam suasana film. Kau menghela napas, kau tersenyum, tertawa, dan hatimu terasa hangat. Hingga film selesai kau tersenyum seperti orang bodoh.
Kau terkejut mendapati Sougo menatapmu datar. "Ada apa?" tanyamu.
Sougo mengambil sebuah popcorn dan menempelkannya di bibirmu. Matamu membesar saat Sougo mendorong popcorn itu masuk ke dalam mulutmu dengan ibu jarinya. "Aku tak yakin apa kau menyukainya atau tidak. Hanya saja aku ingin menonton film ini sejak lama."
"Yeah." Kau mengunyah pelan makanan berbahan jagung itu di dalam mulutmu. Situasi ini membuat napasmu tertahan. Kau mati-matian mengendalikan detak jantungmu dengan membayangkan sesuatu yang lain sambil memejamkan mata beberapa saat.
Kau membuka mata, Sougo memandangmu dengan senyuman yang sangat tipis. "Cukup menyenangkan. Kita bisa melakukannya lagi lain waktu."
"Umm, tentu saja," kau berbisik. Dadamu terasa sesak namun di sisi lain juga terasa hangat saat melihat Sougo masih menatapmu. Pikiranmu berubah kosong saat kepala Sougo mendekat ke arahmu. Kau menutup matamu dan merasakan bibir Sougo menempel pada bibirmu.
Bibir Sougo terasa seperti soda dan popcorn, dan kau sangat menyukainya. Kau tak bisa mengungkapkan betapa bersyukurnya kau memiliki Sougo di sampingmu.
Kalian berjalan keluar bioskop sambil bergandengan tangan, menyusuri jalanan Edo di sore hari.
Omake :
"Ah..." Sougo berhenti di tengah keramaian, membuat kepalamu menabrak punggung kokohnya.
"Ada apa?" tanyamu khawatir.
Ia menyilangkan kedua tangannya di depan dada dan menyeringai. "Aku lupa membeli borgol di toko tadi."
"SOUGO?!!?!?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Gintama X Reader Oneshot
Fanfikce[Gintama x Reader Oneshot!] Karakter Gintama hanya milik Sorachi Hideaki-sensei.