Regret | taekook ✓

Chapter 3 : New Evidence

Hari ini Tim Say Break Up dan Jungkook sudah berdiri tepat di depan rumah Bae Irene.

Bagaimana cara mereka mengetahui kediaman Irene?

Mudah saja. Jungkook mengenal banyak senior di sekolahnya yang notabene adalah teman-teman Irene. Tinggal bertanya dan woops, beres.

"Belum ada tanda-tanda Bae Irene akan keluar dari rumahnya." Ujar Seulgi. Terdengar nada mengeluh dari ucapannya.

Jongin terus melihat kearah rumah Irene dengan kaca mobil membatasi di tengahnya. "Tunggu saja."

Jungkook menghembuskan napasnya lalu mengecek ponselnya; membuka beberapa akun media sosialnya tanpa ada tujuan pasti.

Tidak ada pesan darinya. Miris.

BRUM

Seulgi menegakkan badannya yang semula bersandar pada punggung kursi dengan malas. Bunyi mesin motor Ninja 250 yang cukup nyaring berhasil memancing perhatian penuh dari Tim Say Break Up dan Jungkook sendiri.

Seorang pria dengan surai hitam doff membuka helmnya, seakan membiarkan terik sang mentari menjemur rambutnya begitu saja.

Jungkook yakin pria itu bukan Taehyung; kekasih Irene. Dan Jungkook juga yakin pria itulah orang ketiga dari hubungan sahabatnya dan pacar sialannya.

"Itu pria kemarin!" Seru Jungkook menggebu-gebu. Tangannya terkepal kuat hingga memutih sampai ke kukunya.

Jongin mengangkat walkie talkie kesayangannya, "Terus awasi mereka, Yeol-ah." Terdengar sahutan 'Baik' dari ujung sana.

Melalui kaca mobil yang bening tanpa noda, mereka; Jungkook, Jongin dan Seulgi dapat melihat pintu rumah Irene yang terbuka mempersilahkan pemiliknya keluar menemui Pria asing dengan motor besarnya.

Irene lagi-lagi mengecup pipi pria asing itu dan naik ke motor besar tersebut. Pria asing tadi tersenyum senang dan segera mengenakan helm dengan motif api merah menyala di kepalanya.

Pria asing tersebut mulai menyalakan mesin motornya dan mereka meleset pergi di dampingi suara nyaring khas motor balap.

Tim Say Break Up dan Jungkook segera mengikuti kemana target mereka pergi. Jungkook tak henti-henti melayangkan sumpah serapah untuk wanita sialan itu; Irene.

Tak lama kemudian Irene dan pria asing tersebut sudah sampai di sebuah caffe dengan nuansa vintage khas anak muda.

Jongin segera memerintah timnya untuk masuk sembari membawa sebuah kamera yang terhubung dengan Ipad yang berada di mobil.

Irene dan pria asing tersebut menautkan kedua tangan mereka dengan apik seraya berjalan pelan ke salah satu meja di sudut ruangan lalu duduk berhadapan. Si Tak Dikenal mengangkat tangan kanannya; memberi kode pelayan untuk datang ke meja mereka.

"Saya pesan sphagetti bolognese dan ice chocolate." Bogum melirik Irene, "Kau, sayang?"

Irene memangku wajahnya dengan tangan kanannya, "Fettuccine carbonara dan strawberry milkshake!" Jongin mengangguk.

"Ah! Aku ingin cheesecake juga!"

Mari doakan dompet pria asing tersebut.

Pelayan tadi mencatat pesanan mereka lalu mengangguk dan meleset pergi.

"Bogum sayang~" Irene memelas.

Bogum menatap Irene dengan penuh arti, "Ya, honey?"

"Sahabat kekasihku, Jeon Jungkook namanya, sepertinya mengetahui hubungan kita,"

Untuk sesaat Bogumㅡ pria asing tadi, terdiam sejenak dengan pandangan kosong. Namun sedetik kemudian dia kembali tersadar,

"Pokoknya kau harus tetap bersama Kim Taehyung itu untuk memeras uangnya,"

"What theㅡ!"

Jungkook menggigit bibir bawahnya menahan amarah yang sudah menggebu-gebu.

Seulgi menggelengkan kepalanya tak percaya. "Kim Taehyung hanya ATM bagi wanita ini?" gumam Seulgi.

Jongin menghela napas, "Kita harus beritahu Taehyung, harus."

"Ya benar! Apa-apaan wanita ini!" Seru Jungkook.

"Pasti, sayang." Irene mengcup ujung bibir Bogum.

"Kita sudahi investigasi hari ini. Kook-ssi, kami akan segera membuat rencana untuk meluruskan semua ini, tenang saja." Jongin menepuk bahu Jungkook, berusaha memberikan yang lebih muda kekuatan dan kesabaran.

Seulgi mengangguk setuju, "Sekarang kami akan mengantarmu pulang."

To be continued...