Keenam

258 56 17
                                    

Jiyeon menghela nafas sesaat setelah Myungsoo membanting pintu sebelum ia meninggalkan rumah.

Hatinya terasa sesak. Terbesit dalam pikirannya untuk mengejar suaminya itu, namun ntah kenapa kakinya terasa sangat berat untuk digerakkan.

Matanya terasa mulai hangat dan pandangannya sedikit berbayang. Satu kedipan matanya menyebabkan air mata yang menggantung itu akhirnya menetes menelusuri pipinya hingga jatuh ke lantai.

Jiyeon sudah tak kuat menahan emosinya, ia menangis di meja makan itu.

Ntah berapa lama ia menangis, Yang jelas raut wajahnya sudah terlihat berantakan. Matanya terlihat merah dan bengkak. Sesekali ia sesenggukan. Jiyeon mondar-mandir di ruang tengah itu. Sesekali ia menatap jam dinding. Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Suaminya masih belum pulang juga.

Jiyeon berpikir suaminya itu pasti sudah sangat marah kepadanya. Ia sempat berpikir untuk keluar rumah menyusul suaminya yang ntah ada dimana sekarang. Namun, niatnya segera ia tepis sebab ia juga tak tega meninggalkan kedua anaknya yang sedang terlelap. Terlebih si bungsu sering terbangun pada tengah malam dan menangis tanpa ia tau apa sebabnya. Jiyeon tak mau menghubungi suaminya melalui telepon karena ia takut panggilannya akan ditolak.

Oleh sebab itu,  Jiyeon hanya mondar-mandir tak jelas menunggu suaminya pulang. Pikirannya dipenuhi pertanyaan apakah suaminya akan pulang? 

Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Jiyeon berkali-kali menguap menahan rasa kantuk. Ia masih ingin menunggu suaminya untuk pulang.

Myungsoo POV

Hati siapa yang tak sakit mendengar ucapan orang-orang bahwa istrinya terlihat bahagia bersama laki-laki lain? 

Dan orang-orang itu mengatakan bahwa istri kita terlihat sangat cocok dengan laki-laki lain.

Disaat aku mendengar bahwa istriku sedang bersama laki-laki lain. Tertawa bersama laki-laki lain. Sangat wajarkan jika aku cemburu?

"Myung. Meningan lo pulang gih. Selesaikan permasalahan lo dengan baik. "Ucap Dio yang duduk didepanku.

Aku kini ada disalah satu cafe yang dikelola oleh Dio. Cafe ini sudah tutup sejak satu jam yang lalu.

"pulang Myungsoo.  Kasian istri lo. "

"Males. Gue masih marah sama dia Yo. "

"Ck.  Lo jangan kayak anak kecil myungsoo. Anak lo udah dua. "

"Enggak Yo.  Gue mau disini aja. "

"Pulang aja Myung,  Jiyeon pasti nungguin lo. "

"Ada Jungkook kok. Tenang aja. Dia bisa minta Jungkook buat nemenin dia."

"Ck!  Lo jangan kayak anak kecil kayak gini Myungsoo!  Lo harus selesaikan permasalahan lo sama istri lo. Lo itu kepala keluarga.  Lo pemimpin. Tunjukin kepemimpinan lo. "

"Lo gak ngerti Yo. Gue selalu denger Jiyeon panggil mantan. Gue sakit tiap dia manggil orang itu mantan. Gue-"

"Yang dipanggil mantan itu Seungcheol doang. Yang lain enggak."

"Ya sama aja Yo!  Dia mantannya istri gua. Hubungan mereka dekat. Mereka bisa-"

"Balikan? "

Aku mengangguk sebagai jawaban.

"Myungsoo. Mantan itu bukan berarti musuh. Lo tau kan?  Sesama manusia bagusnya tetap saling jaga hubungan baik. Gue juga sama kok. "

"Tapi lo sama istri lo adem ayem aja Yo. Gue? "

"Kata siapa ? Gue sama Jinri juga sering ada permasalahan. Tapi gak kayak lo!  Lo harus selesaikan dengan baik Myung. Myung. Coba deh lo inget inget lagi. Jasa besar yang udah dia berikan buat lo."

"Apa? " tanyaku tak mengerti.

Kulihat Dio menghela nafas dan menggelengkan kepalanya.

"Dia udah berikan semuanya buat lo. "

"Maksud?  Apanya? "

....

Aku menghela napas panjang. Aku diam di mobilku. Kuremas stir mobilku. Sakit. Sungguh hati ini sangat sakit.

Apa yang Dio ucapkan kepadaku benar-benar sangat menusuk. Aku sadar, air mataku sudah jatuh. Sakiiit.

Aku harus pulang. Aku menjalankan mobilku menuju rumah. Aku ingin cepat cepat sampai ke rumahku.

"Tunggu aku istriku "

Jalanan pada tengah malam ini lebih sepi sehingga aku bisa melaju dengan cepat. Tak terasa aku sudah sampai didepan rumahku. Aku segera masuk rumah. Aku berlari menuju meja makan. Istriku tidak ada disana. Aku menuju kamarku.

"Jiyeon-a. "

Kamarku sepi. Lampu kamar yang redup membuat pandanganku sedikit terganggu.

Aku berjalan perlahan menuju ranjangku. Disana. Aku melihat istriku sedang terlelap dengan anakku yang ada dalam dekapannya. Aku duduk ditepi ranjang. Kutatap wajah polos anak lelakiku,  ada jejak air mata disana. Aku menghela nafas dalam. Anakku pasti terbangun lagi.

Setelah aku puas menatap wajah lugu jagoanku. Kusibakkan rambut halus yang menutupi wajah cantik istriku yang terlelap. Kulihat juga jejak air mata diwajahnya.

"Maaf. Aku minta maaf. Aku, ak-aku sungguh minta maaf. Aku sudah sangat kasar kepadamu. "

Hatiku sangat sakit. Aku mulai meneteskan air mataku.

"Coba lo liat wajah istri lo. Lo inget gimana perjuangan dia ngelahirin keturunan lo. Dia udah meregang nyawa buat lo Myungsoo!  Dia udah meninggalkan semuanya buat berbakti kepada lo. Semuanya dia berikan cuma buat lo!  Jangan karena masalah kecil lo menyampakkan istri lo. Dia udah sangat berjasa buat lo! "

Perkataan Dio begitu masuk kedalam hatiku. Aku teringat bagaimana istriku menangis kesakitan disaat akan melahirkan. Aku teringat bagaimana dia memegang tanganku kuat, memintaku untuk tidak meninggalkannya. Aku teringat bagaimana dia meng amanahi ku untuk mendahulukan keselamatan anak kami dibandingkan dengan keselamatan dirinya.

Dan aku. Aku sudah berjanji untuk tidak menyakitinya. Tapi apa yang sudah aku perbuat kepadanya??

Aku sungguh sudah sangat jahat kepadanya. Aku sangat kurang ajar kepadanya yang sudah memberikan nyawanya untukku.

Aku mengusap wajah polos istriku.  Istriku tersadar dari tidurnya.

Ia terbangun dan menatapku sendu. Matanya mulai basah.

"Maaf. " ucapnya terdengar parau.

Aku menggelengkan kepalaku. "Tidak aku yang-"

"Aku sudah salah kepadamu. Maaf. "

Ya Tuhan. Istriku menangis.

"Maaf. Aku-"

"Syut syut. Sudah sudah. Gapapa" aku membawa istriku kedalam pelukanku "aku yang salah. Aku minta maaf. "

Kurasakan istriku mengeratkan pelukannya. Kurasakan bahuku basah. Ia menangis dalam pelukanku. Kubelai rambut panjang istriku. "Sudah. Jangan nangis. "

Kulepas pelukanku. Kutatap wajah sendu istriku. "Sudah. Jangan nangis. Aku sakit lihat kamu nangis. " kukecup kening istriku dan kembali kubawa istriku kedalam pelukanku....

Aturan !!! Season 2 [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang