Sunyi. Itu yang pertama kali ku rasakan saat berada di tempat ini. Aku tidak ingat pasti kapan dan bagaimana aku bisa berada disini. Sebenarnya tempat apa ini, Lorong panjang seperti tidak ada ujungnya, sudah berapa lama aku menyusuri lorong ini aku masih saja tidak menemukan jalan keluar atau pun tanda-tanda kehidupan di tempat ini. Yang ku lihat hanyalah lorong panjang yang cukup lebar di kellilingi oleh banyak pintu yang tertutup. Aku tidak berani untuk membuka pintu – pintu itu, aku yakin itu bukanlah pintu keluar yang ku cari. Aku masih terus menyusuri lorong ini melihat dengan detail setiap sudut lorong ini, entah mengapa aku memiliki keyakinan bahwa aku akan keluar dari tempat ini sebentar lagi, yang perlu kulakukan hanyalah terus menyusuri lorong ini.
"Asha..sha...sha..." Suara itu menggemma di dalam kepala ku
"Ashaaa..sha...sha..." Kali ini suara itu menggemma lebih keras di kepala ku.
Benar saja perasaan ku, aku akan keluar dari tempat ini sebentar lagi, aku terus berlari seolah – olah mengejar sumber suara itu, semakin aku berlari semakin jelas suara itu kudengar. Cahaya! Akhirnya aku benar-benar keluar dari tempat ini.
"Ashaaaa!! ini sudah jam berapa kamu belum bangun juga, mau bolos lagi hari ini? Kemarin kamu bolos, dua hari yang lalu kamu bolos, lalu setiap hari kamu telat. Kamu ini kenapa sih akhir – akhir ini sering bangun kesiangan"
Cahaya. Lampu. Adalah hal yang pertama kali ku lihat saat membuka mata. Dan yang pertama kali ku dengar pagi ini adalah suara menggemma di dalam mimpi ku yang tidak lain tidak bukan adalah suara Ibu ku yang di sertai ocehan panjang setelahnya.
Aku beranjak dari tempat tidur dan melihat ke arah jam dinding yang tergantung pas di atas pintu kamar ku, pukul 06.57 aku hanya memiliki waktu sekitar 12 menit untuk bersiap – siap pergi ke sekolah. Sial! Sepertinya hari ini aku akan terlambat lagi. Sebenarnya aku juga heran kenapa belakangan ini aku sering sekali bangun kesiangan. Bahkan akhir – akhir ini mimpi – mimpi ku terasa begitu lama dan nyata. Aku merasa seperti akan terjadi suatu hal yang sangat besar dalam hidup ku. Entah kapan tapi ku pikir itu tidak akan lama, mungkin sebentar lagi.
.....
"Teng...teng...teng...teng..." Lonceng berbunyi sebanyak empat kali, itu penanda bahwa segala aktivitas di tempat ini sudah berakhir dan waktunya pulang. Akhirnya! Aku berteriak di dalam hati ku. Aku merapikan semua barang-barang ku dan memasukkannya ke dalam tas dan berjalan pergi meninggalkan ruangan kelas dengan tersenyum senang. Sebenarnya aku hampir saja membolos lagi, tetapi setelah perdebatan yang cukup panjang dengan Ibuku akhirnya aku memutuskan untuk datang ke sekolah walaupun sudah terlambat. Yah, bukankah lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali. Sesampainya aku disekolah, tentu saja hukuman yang sangat menyenangkan "tidak dalam arti sebenarnya" sudah menungguku. Aku hanya harus menerima hukuman itu dengan senang hati, karena aku tahu itu adalah kesalahanku. Maka dari itu aku bertekad untuk tidak datang terlambat lagi. Mudahan saja aku bisa melakukkannya.
Saat ini aku sudah berada di dalam kendaraan beroda empat yang dikendarai oleh kakakku menuju ke rumah ku tentu saja. Aku bisa mendengar kakak beberapa kali bicara padaku, tapi entah mengapa aku tidak berniat untuk meresponnya aku hanya melihat keluar melalui kaca mobil. Sebenarnya aku tidak benar-benar melihat keluar. "melamun" lebih tepatnya aku hanya memikirkan kenapa akhir-akhir ini aku sering bermimpi aneh, Yah, sebenarnya semua mimpi itu aneh tapi yang ku alami lebih aneh dari biasanya. Aku seolah – olah mengalami D'javu. Sudah berapa kali aku mengalaminya. Mimpi – mimpi itu.
"Asha nanti malam temani aku ke rumah sakit ya"
"Ashaaa"
"Ya ampun Ashaa kamu ini dari tadi di ajakin bicara malah diam aja, kamu kenapa sih melamun aja dari kemarin"
"Ashaa!" Aku mendengar kakaku setengah berteriak. Saat itu aku tersadar dari lamunanku dan melihatnnya, dia terlihat sangat kesal.
"Apaan sih" aku bicara seolah-olah tidak bersalah
"Nanti.. Malam.. Temani.. Akuu.. Ke.. Rumah sakit. Dengar ga?" dia menyebutkan kata-kata itu satu persatu seolah-seolah ia sedang berbicara dengan seorang anak kecil.
"Iya aku dengar, nanti malam kan?"
"Iya nanti malam" dia menjawabnya dengan ketus.
Sepertinya ini akan menjadi perjalanan yang cukup panjang untuk sampai ke rumah.
.....
Aku berjalan mengikuti langkah kaki kakakku. Sedikit sulit menyamakan langkah kaki kami. Dia yang setengah berlari dan aku yang hanya berjalan dengan malas. Kami sudah sampai di rumah sakit lebih tepat parkiran rumah sakit. Jadi kami masih harus berjalan menuju pintu utamanya yang cukup jauh. Dikarenakan parkiran dan gedung rumah sakitnya terpisah.
Luas. Itu yang pertama kali ku lihat dari lobi gedung ini mungkin sekitar satu lapangan bola, banyak sekali orang berlalu lalang di tempat ini. Jujur saja selama tujuh belas tahun aku hidup di kota ini baru pertama kali aku menginjakkan kaki di rumah sakit ini. Bangunan sudah sangat modern dengan model minimalis. Tidak ada yang aneh saat aku pertama kali memasuki gedung ini. Lalu aku dan kakakku mulai mencari ruangan tempat dimana temannya di rawat.
Aku terdiam sejenak mencoba mencerna apa yang aku lihat. Tidak! Aku tidak pernah ke tempat ini sebelumnya. Tempat ini. Lorong panjang ini. Semuanya sama persis seperti mimpi ku tadi malam. Apa – apaan ini. Bukankah kita hanya bisa memimpikan tempat – tempat yang pernah kita lihat saja. Tapi apa ini aku bahkan sama sekali tidak pernah menginjakkan kaki di tempat ini. Ini benar – benar mengerikkan. Sebenarnya harus berapa kali lagi aku mengalami hal ini. D'javu. ini benar – benar D'javu yang sekian kalinya untukku.