Part 3

1.7K 239 15
                                    

Jimin memasuki ruang klub kesenian yang sudah kosong diikuti Yoongi. Tampaknya seluruh anggota klub telah pulang sejak tadi.

Pemuda bersurai dark grey sibuk meneliti keseluruhan ruangan dan menatap kagum. Maklum kunjungannya yang pertama ke ruangan itu diliputi emosi, jadi ia tak bisa menikmati keindahan beberapa karya seni buatan para mahasiswa yang dipajang disana.

"Suga-ssi, silahkan duduk disana."

Jimin menunjuk sebuah kursi kayu yang berada beberapa meter di depannya. Yoongi menaruh tasnya begitu saja dan mendekat.

"Apa aku perlu membuka bajuku?"

Pertanyaan Yoongi membuat Jimin menggeleng cepat dengan semu merah yang menyeruak di pipi.

"Ti-tidak, tidak... Kau hanya perlu duduk diam disana"

Jimin cepat-cepat kembali duduk didepan kanvas miliknya dan mulai membuat sketsa Min Yoongi.

"Kau menggambarku begitu saja? Tanpa pose apapun?"

"Kau cukup diam saja, Suga-ssi"

Agaknya Jimin sedikit kesal karena konsentrasinya terganggu oleh pertanyaan Yoongi. Pemuda manis itu bahkan tak menyangka Yoongi bisa secerewet ini.

"Kau menyuruhku diam saja? Hey, aku bukan benda mati! Aku manusia! Aku tak bisa diam selama kau menggambar. Aku bahkan tak yakin berapa lama kau–"

Tiba-tiba Yoongi berhenti mengoceh, membuat Jimin mendongak menatap si surai dark grey dari balik kanvasnya.

Yoongi terlihat tertegun memandangi sebuah lukisan yang tergantung di tembok. Dua sosok pria dan wanita dalam balutan baju yunani kuno terlihat beradu punggung sambil membidikan panah masing-masing berlawanan arah.

Si pria terlihat memakai baju putih gading dengan rambut keemasan sewarna matahari terbit dengan senyum yang terkesan jahil di wajahnya. Sedangkan si wanita berambut perak dijalin kesamping dengan tatapan tajam namun dengan senyum angkuh tipis yang dapat dilihat Yoongi dengan jelas.

"Apa itu lukisan Apollo dan Artemis?"

Jimin mengikuti arah pandang Yoongi dan melihat lukisan dua dewa dan dewi kembar Yunani itu. Jimin sedikit banyak tahu jika lukisan itu merupakan sumbangan sang pemilik yayasan kampusnya. Namun herannya, tak ada nama sang pelukis tertera disana, dan Jimin yakin sang pelukis baru menguasai teknik-teknik dasar. Namun dengan goresan kuas yang halus, si pelukis mampu menyamarkan keterbatasan tekniknya.

"Ya, itu adalah Apollo dan Artemis. Aku dengar pemilik yayasan yang menyumbangkannya untuk kampus ini. Tapi aku tak tahu siapa yang melukisnya. Tak ada nama yang dicantumkan disana."

Yoongi menatap tajam lukisan itu. Pemuda itu mengepalkan tangannya dalam usahanya untuk menahan berbagai emosi yang sekarang mulai berkecamuk di dadanya.

Jimin tampaknya menyadari keterdiaman Yoongi. Pemuda bersurai hitam itu mengamati ekspresi Yoongi yang terasa dingin. Pandangan pemuda itu lebih tepatnya jatuh pada sosok Dewi Artemis.

"Ada apa?"

Jimin bertanya karena semakin lama ekspresi Yoongi terlihat tegang. Yoongi mengalihkan pandangannya dari lukisan itu dan menatap Jimin.

"Aku tidak apa-apa..."

Yoongi melempar senyum tipis sendu dan menatap pemandangan di luar jendela, berusaha tak menggubris sorot khawatir yang kentara dari tatapan Jimin barusan.

***

**

*

Yoongi nyaris tersandung ketika melangkahkan kakinya ke atap gedung sekolahnya. Teriakan-teriakan nyaring dibawah tak ia tangkap jelas di pendengarannya. Fokusnya sekarang hanya menatap seorang gadis dengan rambut pendek hitam yang kini berdiri di tembok pembatas atap. Gadis itu menatap sendu Yoongi sambil membelakangi udara kosong dibelakangnya.

Pieces of You [Yoonmin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang