2 : Love is an action

712 62 3
                                    


Monday, 16.09.09

Taehyung

Aku masih ingat Jin hyung berkata pada malam hari saat kami belum debut, "Cinta adalah perbuatan. Kata-kata dan tulisan hanyalah omong kosong."

Jalanan di bawah sana yang aku pandang melalui jendela kaca besar dorm kami tampak ramai-lancar pada senin pagi ini. Kelebat Bayangan di belakangku membuat aku menoleh ke belakang. Dan kudapati bulu kudukku berdiri saat tak mendapati siapa pun. Tapi, saat aku menghela napas, mencoba tak menggubris, dan kembali memandang jalanan yang sebenarnya jauh dari kata menarik, seseorang tiba-tiba menepuk kedua bahuku kencang, kencang sekali, sehingga kini kudapati diriku seolah disetrum listrik dari petir yang tiba-tiba muncul sekitar dua meter jauhnya dari kepalaku.

Kudapati wajah maknae yang tersenyum, tanpa dosa➖yang selalu membuatku tega menamparnya di bagian mana pun➖saat berbalik, dan setelahnya aku sungguh menampar bokongnya. Si polos itu cukup mengalami perubahan drastis dari tahun ke tahun. Jeon Jungkook yang dulu : 1. Lugu; 2. Pemalu; 3. Sangat; patuh pada yang lebih tua; 4. Pendek; dan 5. Kurus. Sedangkan yang sekarang tubuhnya jadi tinggi, tapi aku juga masih bertumbuh tinggi, sehingga aku masih lebih tinggi dari dia. Lalu bongsor, terlampau bongsor untuk usianya. Ah, jangan lupa, dia jadi sedikit usil, walau aku tak bisa mengelak jika orang lain, terutama para member, mengatakan akulah dalang dari semua dampak negatif perubahan maknae.

Aku hanya memasang tampang sebal mendengar rintihan buatan itu, karena dengan sangat yakin aku menyatakan bahwa ia sedikit pun tak pernah peka terhadap pukulan atau pun tamparan dari seorang Kim Taehyung yang tubuhnya jauh lebih ciut, dan kalau boleh diibaratkan seperti bungkusan chiki yang sudah habis dengan batu granit besar yang tak mudah hancur. Nah, jika boleh disangkutkan dengan Seokjin hyung,
maka dia adalah seorang pengerajin malas yang lebih buruknya lagi punya sifat plin-plan. Sang pengerajin tersebut tak mau bersusah-payah dalam usahanya, maupun hidupnya, jadi ia hanya duduk santai dengan kaki kiri disimpan di atas kaki lainnya di kursi toko yang selalu sepi, meraih chiki, yang merupakan cemilan favoritnya, dan mulai melahapnya. Waktu berjalan lambat baginya, sehingga ia beralih pada pekerjaan yang selalu tertunda kala bosan dan meninggalkan bungkusan yang chiki, yang dibuangnya sembarangan, terbaring lemah sendirian di lantai yang berdebu. Seokjin hyung berada disisiku, karena suatu sebab, dan di saat ia bosan beralih pada Jungkook, membuangku begitu saja.

Kenapa jadi ngomongin Si Tukang Makan itu?

"V hyung, apa yang kau pikirkan?" Jungkook bertanya setelah duduk di tempat kosong sampingku.

Aku tetap memandang jalanan yang jauh lebih menarik daripada wajah Jungkook. "Merencanakan pembalasan dendam pada seseorang di masa depan."

Aku tahu ia tengah menatapku sinis, tapi sejurus kemudian ia mendekatkan wajahnya. "Apa hyung menyindirku?"

"Menurutmu?"

"Ya.. Menurutku itu aku."

"Jadi.."

Jungkook menghela napas. "Aku minta maaf," katanya. Membuatku menoleh dengan heran padanya. Aku 'kan sedang bercanda, maksud.. Apa dia benar-benar menganggapnya sungguhan?

"Tadi pagi tepatnya. Saat hyung masih terlelap aku menyelinap ke kamarmu, membuka lemari pakaian, dan akhirnya mencoret-coret kaos putih itu dengan spidol warna warni di meja tempat buku-buku memasak yang tak pernah hyung baca tertumpuk rapih." ia kembali mendesah penuh penyesalan.

Mataku terbelalak. Segera aku menatap intensif Jungkook, tepat ke mata coklatnya. "K-kaos yang mana? Hah?" aku sudah mengulangi pertanyaan sederhana tapi mungkin sangat berat untuknya lima kali saat ia menunduk dan mendesah lagi. Dan karena itu aku tahu apa maksud penyesalan mendalamnya itu. "Kook-ah, Jangan bilang-"

Phase (단계) [Taehyung - Lisa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang