01 ~ Afra Adera

86 3 0
                                    


Happy Reading!


Dentingan sendok mulai bersahut-sahutan. Seorang gadis berseragam putih abu-abu dengan tubuh yang terbalut cardigan merah maroon itu menuruni tangga dengan sangat tenang. Bisa dilihat dengan jelas jika ia menyunggingkan seulas senyum yang jarang ia perlihatkan.

"Pagi." Gadis itu menyapa hangat sepasang paruh baya didepannya.

"Sayang, kamu cantik kaya mama." Rani menghampiri anaknya itu sambil merapikan rambut anaknya penuh kasih sayang.

"Dan kamu manis kaya papa." Afdhal masih terduduk di depan meja saji.

Kecantikan Afra memang tidak bisa diragukan lagi, benar-benar mirip dengan ibunya. Sedangkan dua lesung pipi milik Afra menurun dari papanya, Afdhal. Apalagi matanya yang belok, bibirnya yang tipis, rambutnya yang kecoklatan dengan kulit putihnya menjadi nilai plus tersendiri untuk gadis itu. Tidak ada yang bisa berpaling jika sudah berhadapan langsung dengan Afra.

Afra terkekeh mendengar ucapan kedua orang tuanya itu. "Papa, mama. Pagi-pagi udah mulai aja."

Tangan Rani lalu beralih pada putri semata wayangnya, "sayang, kamu yakin mau pindah sekolah?"

"Iya ma, aku yakin. Aku kan juga butuh temen ma. Nggak enak selalu dirumah sendirian, seumur hidup temen ku itu cuma mbok Rami, pak tomo. Jadi mama ngertiin aku ya?"

"Bukan gitu sayang, tapi mama..." Afra melihat gurat khawatir dari mata mamanya, jelas sekali Afra jadi tidak enak sendiri.

"Mama nggak usah Khawatir, mama percaya kan sama Rara. Rara bisa jaga diri kok."

"Mama percaya sama Rara."

*****

Mobil hitam itu berhenti di depan bangunan elit bertuliskan SMA N JAYAKARTA. Tak butuh waktu lama, gadis dengan balutan cardigan merah maroon itu kini berdiri menatap tulisan itu, siapa lagi jika bukan Afra.

Baru saja Afra akan melangkah, namun Rani tiba-tiba menahan tangannya. Iya, mamanya memang sengaja ikut mengantar Afra. Sifatnya masih sama seperti dulu, over protektif. Tapi jangan salah, karena Afra lebih suka diperlakukan seperti ini dari pada tidak ada interaksi sama sekali. Biar orang lain menganggapnya Anak Mami, toh emang bener anak Mama-Papa kan? Anak siapa lagi emang?

"Rara, jangan sampe kamu kecapekan, kalo udah waktunya istirahat bekal kamu harus di makan sampe habis, jangan jajan sembarangan. Oke."

"Iya ma, Rara tau. Udah 78 kali mama bilang seperti itu. Jadi Rara udah boleh masuk sekarang?" Rani mengangguk mantap melihat punggung putrinya semakin menjauh.

*****

Sudah seperempat jam Afra berjalan tapi tak kunjung menemukan ruang tata usaha. Sekarang sudah jam 7 kurang lima menit, itu artinya lima menit lagi bel akan berbunyi.

Afra masih berjalan, beberapa kali menengok papan bertuliskan nama ruangan yang menggantung di atas pintu. Tiba-tiba langkahnya terhenti, merasakan sesuatu pada jidatnya, sakit. Afra mengaduh kesakitan. Perlahan ia menatap kedepan, bersamaan dengan itu seorang cowok juga berbalik badan hingga jarak keduanya sangat dekat. Afra terkesiap, menatap wajah cowok di depannya. Penampilannya bisa dibilang Urakan, baju dikeluarkan tidak memakai dasi. Namun, bisa diakui dia ganteng, hidung mancung, dan jangan lupakan matanya yang kecoklatan dengan alis tebal menambah Afra ingin menatapnya lebih lama. Jujur, selama ini dia belum pernah bertatap langsung dengan seorang cowok apalagi dengan jarak yang sangat dekat seperti ini. Apalagi dengan cogan, boro-boro.

With AfraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang