Yuuki-san

90 11 13
                                    

Yuuki duduk didepan rumahnya. Ia bersandar pada pintu kertas dan melipat kakinya.  Ia menatap kosong kearah halaman rumah sambil bergumam sendiri.

"kyo wa naze son'nani shizukana noKenapa hari ini begitu sunyi? Olahraga aja ah" gumamnya sambil merentangkan tangan. Yuuki berdiri, membetulkan celana pendeknya yang berwarna biru tua. Ia turun dan memakai sepatu nya.  Kemudian ia berlari keluar rumah.  Digesernya pagar itu dengan keras hingga membanting tembok pagar dan menghasilkan bunyi yang cukup keras. Ia tak peduli dan dan malah terus berlari. 

Langkahnya semakin lama semakin pelan. Nafasnya tersengal-sengal. Keringat bercucuran membasahi kaos lengan pendek yang berwarna kuning cerah itu.  Ia menyeka keringat disekitar lehernya.  Terlihat garis merah yang melingkari leher itu ketika ia menyibak bajunya. 

Ia berjalan perlahan melewati Jembatan Fujinoki. Langkahnya terhenti sebentar. Ia memperhatikan sungai kecil yang berada tepat dibawah jembatan itu.  Air nya lumayan deras.  Disekitarnya tumbuh lebat rumput-rumput ilalang.  Tak jauh dari jembatan itu terdapat pemukiman penduduk.  Ia melanjutkan perjalanannya.

"hoaa.... Tsukareta~" ia menghela nafasnya.  Merentangkan tangan lagi Dan tiduran diteras rumahnya. Matanya terpejam.  Nafasnya sudah teratur kembali.

"konnichiwa Yuuki-san~"sapa seseorang. Yuuki membuka matanya.  Kepalanya mendongak dan melihat seorang anak perempuan berdiri didepan pagarnya.  Yuuki bangkit dan berjalan ke arah perempuan tersebut.

"hajimemashite.. Watashi wa Ayumi desu. Douzo yoroshiku onegai shimasu~"Ayumi membungkukkan badan memberi hormat.  Yuuki balas membungkukkan badan. 

"saya baru pindah dari Tokyo. Ini ada beberapa kue Mochi untukmu.
Mulai sekarang aku akan menjadi tetangga mu.  Kuharap kita bisa menjadi tetangga yang baik. Mohon bantuannya ya~"
"hai.. Arigatou~"balas Yuuki. Ia menatap tajam gadis itu.
" Terlihat manis, mungkin dia bisa menjadi salah satu korbanku. Tapi tidak malam ini. "gumamnya.

Malam pun menjelang. Yuuki menyiapkan alat-alat ritual. Ada Guci yang digunakan untuk menampung air rebusan ramuan yang ia buat. Ada centong yang terbuat dari kayu yang digunakan untuk membasuh badannya menggunakan air ramuan itu.  Malam mulai larut.  Yuuki merebahkan badannya diatas tatami.

Yuuki membasuh badannya menggunakan air tersebut. Sambil menyebutkan mantra-mantra yang dihafalnya. Ia lalu merebahkan badannya.  Matanya terpejam. Perlahan tapi pasti, lehernya mulai terlepas.  Panas dan perih menjalar disekitar lehernya. Ia membuka matanya. Lehernya mulai melayang.

Darah menetes dari lehernya. Kepalanya melayang-layang menggapai pintu kertas.
Srek.. Srek... Ia menggigit bagian pengangan pintu kertas, lalu menggesernya.

Malam yang gelap dan hanya terdengar suara lolongan anjing. Nukekubi melayang dan bersembunyi disemak-semak Jembatan Fujinoki. Matanya memperhatikan rumah penduduk. Dibeberapa rumah, sepertinya penghuni rumah itu sudah terlelap. 

Wushh.... Angin bertiup kencang sekali. Nukekubi mengintip dari celah pintu kertas. Terlihat seorang gadis yang sedang terlelap. Nukekubi masuk perlahan,  rambutnya yang tertiup angin ikut beterbangan.  Cahaya dari lampu lampion kuning memperlihatkan bayangannya. Gadis itu terus diperhatikannya. 

Nukekubi menjerit hingga membuat gadis itu terjaga karna kaget.  Nukekubi menggigiti leher gadis itu. Darah mulai bercucuran membasahi selimut yang ia pakai.  Gadis itu terus berteriak memecah kesunyian malam.  Penduduk sekitarnya menjadi heboh.  Nukekubi terus menghisap darah gadis itu.  Gadis itu tergeletak lemas dan pucat pasi.  Badannya berlumuran darah.

Tetangganya berdatang kerumah gadis itu. Mereka berlarian tergopoh-gopoh.  Sayang, mereka tak cukup cepat.  Gadis itu telah tewas dengan lehernya yang berlubang dan darah dimana-mana. 


Maapkeunbilabertele-tele😂🙏

I'm a NukekubiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang