Morning

33 6 0
                                    

"Arrrrrgghhhhhh!!! apa ini??!!" pekik Yuuki setengah berteriak. Ia pura-pura melewati lembah semalam dan pura-pura menemukan mayat seorang pemuda yang semalam menjadi korbannya. Ia berlari-lari dari arah lembah ke rumah warga sambil menjerit-jerit hingga membuat suaranya menjadi serak.

"tolong!!  Tolong!!!  Ada mayat!! Ada mayat di lembah!!" jeritnya memecah keheningan dipagi hari. Warga berbondong-bondong keluar dari rumahnya. Mereka nampak antusias pergi ke lembah untuk melihat mayat sesosok pemuda yang Yuuki bicarakan tadi.

"Astagaaaaa!!!! Bagaimana bisaaa?!" tanya seorang gadis setengah menjerit.  Mereka menemukan mayat pemuda itu terkulai diatas tanah yang banyak dikerubungi oleh semut api. Tampak luka yang menganga dilehernya. Leher itu hampir putus. Terlihat juga beberapa bagian dari dalam leher ikut terburai. Darah berwarna merah tua membasahi pakaian dan tanah dibawahnya. Bau anyir menyengat hidung siapapun yang berada disitu.

"oh... Tidak!!  Tidakkkk!!!  Hu.. Hu.."tangis mulai memecah dari seorang pedagang mie ramen yang terkenal di desa itu.

"sudahlah, kamu harus mengikhlaskan kepergiannya" ucap salah seorang dari kerumunan itu.
"bagaimana mungkin aku ikhlas?!  Dia... Dia.... Hu.. Hu....... DIA MASIH MEMILIKI BANYAK HUTANG YANG BELUM DILUNASIIIIIII!! dia selalu saja makan mie ramen ditempat ku, tapi sesudah makan, dia akan langsung kabur dan meninggalkan surat dimeja!! Huhu... Hu.... " tangis pedagang mie ramen tersebut.

Di bawah langit yang mendung. Diatas rerumputan yang agak lembab. Kicauan burung bersahutan mengiringi pemakaman pemuda itu.
Suasana duka menyelimuti rumah disudut pemukiman. Tampak beberapa orang yang sepertinya keluarga dari pemuda itu, tergopoh-gopoh menyiapkan alat-alat untuk pemakaman. Terlihat juga seorang gadis belia. Matanya sipit dengan bibir merah alami dan pipinya yang bulat kemerahan bagaikan buah persik. Ia berlari sambil mengapit dua buah baju kimono putih dan menenteng seplastik es kering.

"kenapa akhir-akhir ini banyak sekali yang mati didaerah pemukiman kita?" tanya seorang wanita tua renta sambil membetulkan letak kacamatanya.

"benar!!!  Dan lagi, dalam minggu ini sudah 2 orang dari pemukiman kita yang tewas seperti ini!! Persis seperti ini!!" timpal yang lain heboh.

Yuuki yang ikut berkumpul memperhatikan mereka semua sambil pura-pura mengiyakan apa yang mereka katakan.

"jangan-jangan....ada sosok misterius yang dendam kepada mereka berdua, bukan kepada desa kita. Hanya saja, mungkin kebetulan mereka berdua dibunuh didesa ini." Yuuki ikut menimpali. Mereka mengangguk-angguk tanda setuju. Terlihat beberapa orang berargumentasi bahwa itu bukan sosok misterius, melainkan dewa yang mengutuk mereka atas perbuatan mereka.
Beberapa orang terlihat bergidik ngeri sambil mengusap-usap lengan mereka. Sebagian dari mereka percaya bahwa dewalah yang marah terhadap mereka. Mereka memutuskan untuk menyiapkan sesajen yang akan dilempar ke Danau Suga ditengah kota.

Yuuki memutuskan ikut bersama kelompok yang lain. Yang percaya bahwa perbuatan itu adalah perbuatan dari sosok misterius yang dendam. Dalam hati ia tertawa bahagia karna mudah baginya mengelabui rakyat desa yang bodoh.
Ia menyunggingkan senyum di bibir. Matanya fokus pada mayat pemuda itu yang sedang dipersiapkan untuk dimasukkan ke peti.

I'm a NukekubiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang