the dark night

58 8 4
                                    

Angin berhembus cukup kencang. Bulan purnama bersinar terang benderang. Beberapa kabut yang menyelimuti, tak menghalangi sinarnya sampai ke bumi.

Terlihat 2 orang pemuda setengah baya sedang berjalan menyebrangi lembah.

"hei, kau tahu?  Sebenarnya kita tidak perlu menyebrangi lembah ini pada malam hari.  Kita tinggal memutar balik kearah yang satunya lagi." ucap salah seorang dari mereka.

"tidak ah,  daripada melewati jalan yang lebih jauh, mending kita lewati saja jalan ini, walau agak sedikit seram." balas pemuda satunya lagi.

Untuk memecah kesunyian diantara mereka. Pemuda yang lebih muda bernyanyi. Srek... Srekkk.... Terdengar langkah seseorang. "hei kau dengar itu?"tanya pemuda yang lebih tua.

"dengar apa? Aku tidak mendengar apa-apa selain suara ku yang indah ini."jawabnya sambil terkekeh.

"hei!! Kau jangan tertawa!!  Jelas-jelas aku mendengar suara seperti sesuatu yang diseret."kata pemuda yang lebih tua sambil bergidik ngeri. Karena terlalu takut, ia berjalan lebih cepat dari pemuda yang satu lagi. Ia berjalan cukup cepat tanpa sadar sudah meninggalkan temannya dibelakang. Temannya yang tak menyadari, terus bernyanyi. Ia terus bernyanyi dan suaranya malah semakin keras.

"sasageyo... Sasageyo... Shizonzou sasageyo...." ia berteriak-teriak seperti orang kesurupan.
Srek.... Srrtttt.... Gluduk... Tiba-tiba ia terdiam. Hening seketika. Ia baru sadar,  temannya sudah tidak berada didepannya.

Nukekubi mengintip dari balik ranting pohon. Ia memperhatikan gerak-gerik pemuda itu. Ia seolah-olah sedang mengambang mengikuti langkah pemuda itu. Nukekubi menjerit. Suaranya melengking membuat gendang telinga bergetar.  Dengan sigap ia menggigit leher pemuda itu. Pemuda itu berontak sambil menjambak-jambak rambutnya.

"Aaaaarghh... watashi o tasukete!!!  Tolong!! Tolongggg....."jeritnya kesakitan. Terjadi perlawanan yang cukup sengit antara mereka berdua. Nukekubi yang berhasil menggigit leher pemuda itu, meninggalkan luka yang cukup dalam. Darah mengucur deras hingga membasahi bajunya. Beberapa kali ia terkena gigitan Nukekubi.Pemuda itu meringis kesakitan. Hingga akhirnya,Ia terjerembab keatas tanah. Badannya penuh luka dan gores. Ia tak mampu melawan lagi. Nukekubi kembali menggigiti lukanya hingga dagingnya ikut terkelupas. Sebuah pemandangan yang mengerikan.

Pemuda itu tergeletak berlumuran darah. Lehernya hampir terputus karna luka yang terlalu dalam. Tatapan matanya kosong dan sayu. Badannya kurus kering. Bercak-bercak darah tampak jelas terlihat disana-sini. Kaos lengan pendek nya yang berwarna kuning tua berubah menjadi merah tua karna banjiran darahnya. Bau anyir menyeruak. Semut api dan beberapa ulat berkumpul diatas lukanya.

Bulan purnama bersinar terang benderang. Memperlihatkan jelas sesosok mayat seorang pemuda setengah baya yang tergeletak bagai seonggok sampah.

I'm a NukekubiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang