18 juli 2016 (2)

474 18 2
                                    

Sesampainya disekolah radit langsung bergegas menuju lapangan.

"Radit" teriak laki laki dengan rambut kribo.
"Eh rey, aku kira kamu masih dirumah. biasanya kamu telat sih waktu smp haha"

"hadeh, ini kemana lagi ya. Dijadwal sih jam 8.30 udah pembagian kelas. Ini udah jam 8.00 kok belum ada pemberitahuan apa-apa ya?" tanya rey

"ya jangan tanya ke aku lah. Aku bukan guru disini haha". Radit tertawa

"ah jadi males ngomong sama kamu dit"

"ya udah keliling dulu yo. Sambil liat liat suasana sekolah" ajak radit

Sambil berkeliling sekolah. Mereka bercakap-cakap masalah sistem pembelajaran.

"eh dit. Katanya sekarang fullday ya?"

"iya rey. Padahal menurut ku kita tidak perlu fullday. Coba kamu pikir pergi sekolah jam 6 pagi. Pulang jam 6 sore. Gimana lagi kita kenal sama lingkungan sekitar, gimana lagi kita temenan sama temen satu komplek. Kita datang aja udah malam. Belum lagi tugas tugas. Katanya sih fullday ga ada pr. Nyatanya tetap ada. Dimana lagi waktu kita buat kumpul keluarga.
Sebenarnya kita tidak perlu menguasai semua pembelajaran. Tetapi kita cukup menguasasi pembelajaran yang kita minati. Bayangkan 100 murid saja memiliki cita2, bakat, minat, visi, dan misi yang berbeda beda. Sedangkan penilaian guru hanya dari nilai yang tertulis diraport. Bukan kah itu tidak adil?. Bukan pola pikir kita yang salah. Melainkan sistem pembelajaran yang salah. Yang menuntut kita untuk menuntut kita menguasai semua pembelajaran. Bahkan albert einsten yang genius pun hanya meminati dan menguasai 1 pelajaran.

" iya sih dit. Percuma saja kita hebat di dalam teori. Tetapi public speaking kita kurang. Ibarat pisau masih baru tapi tumpul.

CancerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang