"nih,"
gue liat jonghyun nyodorin sebuah coklat. gue ngelirik dia. "gak,"
"kamu..."
"aku gak apa-apa, jonghyun,"
sebenernya, gue sendiri juga gak tau gue kenapa. semenjak malem itu, gue jadi males ngapa-ngapain. segala-galanya pasti dirasa jadi beban. kaya sekarang. hidup aja rasanya jadi sesutu yang berat banget. kadang gue mikir, kenapa sih gue harus hidup kaya gini?
"kamu yakin gak apa-apa?"
"iya," gue senyum ke jonghyun. tapi, malah dibales dengan muka datarnya doang.
"tapi, muka kamu seolah-olah jawab kalo kamu lagi kenapa-kenapa,"
sekarang, mata kita sama-sama bertemu. dan, pandangan kita pun sama-sama serius.
"kamu masih inget gak kalo kamu pernah bilang kalo restu allah adalah restu orang tua, dan..."
"...murka allah adalah murka orang tua,"
belum selesai gue ngomong, enam kalimat terakhir barusan kita ucapin bareng-bareng.
"iya. aku inget," kata jonghyun kemudian.
"aku tau kalo pilihan bapak ini yang terbaik. aku gak bisa nolak karena omongan kamu sama kaya yang di bilang sama bapak waktu itu," jonghyun diem. "aku gak mau jadi anak durhaka,"
gue liat jonghyun senyum. "ya, syukur deh kalo gitu,"
"jonghyun..."
"ya?"
"kamu juga cepetan gih cari pasangan. biar kita bisa nikah bareng-bareng,"
lagi-lagi, gue liat jonghyun cuma senyum.
ngeliat itu, gue jadi ikutan senyum. bedanya, senyum ini ada karena keterpaksaan.
kalo boleh jujur. gue berharap suami gue nanti adalah cowok yang ada didepan gue sekarang.
jangan tanya kenapa gue bisa mikir kaya gini.
karena, gue sendiri pun gak tau apa jawaban sebenarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
untitled; kim jonghyun ✔
Fanfickalo ada yang seiman, buat apa cari yang berbeda?