2

202 36 11
                                    

Tak akan ada hal yang indah jika tidak di awali dengan niat dan rangkaian kata memohon pada Tuhanmu dalam setiap doa yang kau kirimkan

Raesha POV

jam 17.45
Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore dan membuat ku teringat janji dengan Ai siang tadi saat makan siang. Kucari nama Ai di hp ku dan langsung kukirim kan pesan.

Raesha : Ai jam 7 gue otw rumah lu ya, jangan sampe lu belum siap, gue gamau nungguin lu dandan.

Airin : ok esha ku sayang, see you.

Setelah baca pesan Ai, aku langsung kehalaman belakang rumah, taman kecil buatan papa ku. Rumah yang sekarang kutinggali tidak terlalu besar, bisa dikatakan rumah yang sederhana.

Wajar sih.. papaku hanya seorang kepala dinas biasa di salah satu kantor pemerintah. Tapi Alhamdulillah, dari aku kecil sampai sarjana gini biaya dan kebutuhanku tak pernah tidak terpenuhi, dan aku bersyukur akan satu hal itu. Karna masih banyak orang diluar sana yang ingin bersekolah tapi terhambat oleh  keterbatasan biaya atau ekonomi keluarganya.

Dan dingin angin sore mulai membelai pipiku. Inilah momen-momen yang sangat kusukai saat senja tiba, ditemani secangkir teh dan novel. Walaupun pekerjaan ku sangat sibuk, aku masih menyempatkan diriku membaca novel. Itu salah satu hobi yang sudah melekat sejak jaman smp.

Aku larut dalam bacaanku, sayup-sayup terdengar suara papa memanggilku untuk masuk ke rumah.

"Sha, sha, masuk. Udah mau magrib ini." panggil papaku.

"Tanggung pa, belum azan pun" sahutku.

"Ini anak malah bandel kalau di bilangin. Anak gadis gak baik di luar kalau waktu magrib kayak gini" gerutu nya terdengar jelas dari dalam sana.

"Ia papaku sayang. Ini mau masuk kok."

•••

Jam 7 pas, aku langsung kerumah Ai setelah minta izin sama papa. Sesampai dirumah Ai aku disambut baik oleh mama nya yang sudah ku anggap mama ku sendiri. Mama Ai sosok orang yang ramah, hangat dan sangat perhatian. Dirumah hanya tinggal Ai dan mamanya, soalnya papa Ai sering dinas keluar kota.

Setauku Ai memiliki kakak kandung, yang sekarang sedang mengambil master di Inggris. Dulu saat masih SMA aku sering menginap dirumah Ai, tapi aku sangat jarang melihat kakak lelaki Ai itu. Bisa dihitung dengan jari berapa kali aku bertemu dengannya 4 tahun silam. Seingat ku abangnya memakai kacamata sejenis anak culun sih sebenarnya, rambut botak, pokoknya gak banget.

Setelah mengobrol singkat dengan mamanya Ai, akhirnya kami pun berangkat ke tujuan utama kami. Sekarang kami berada dalam perjalanan. Dan sejak berangkat dari rumahnya Ai tidak berhenti -henti bercerita mulai saat mobil hidup sampai sekarang tuh cerita nya Ai panjang banget kaya jalan tol, lurus.. seperti gabakal ada ujungnya. Percaya lah wahai pemirsa, kalau misalnya kuceritakan kembali yang diceritakan Ai mungkin tidak akan ada habisnya.

Setelah mobilku terparkir cantik, kami pun turun untuk memulai petualangan. Dan sekarang aku dan Ai menjadi pusat perhatian orang-orang, kami tidak terlalu risih juga sih. Karna hampir setiap hari menjadi pusat perhatian orang sekitar.

Entah apa yang mereka lihat dari kami, padahal tidak menggunakan pakaian yang mahal apalagi nge jreng cui dan gak bermake up. Apalagi dengan gaya casual yang sangat sering kugunakan, ya bisa dikatakan fashion yang sangat abal-abal hanya dengan rambut ekor kuda dan liptint tipis. Aku dan Ai termasuk wanita-wanita sibuk yang gak bakal sempat ngolesin eye shadow atau sebangsa nya.

Aku RaeshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang