12 Just

27 7 0
                                    

Eun ji POV
'Awww' ringisku ketika pundakku terbentur tembok kamar mandi yang berada tepat di belakanglu, mereka yang mendorongku tersenyum-ria.

Tadi selepas pulang dari kantin, tujuan utamaku sebenarnya ke kelas. Tapi ketika ingin kembali ke kelas ada seorang gadis polos mendatangiku dan bilang bahwa aku di tunggu oleh seseorang, ternyata penampilan membohongi segalanya, gadis polos tadi yang bernametag kim na yeon adalah salah satu dari tiga orang yang sedang berada di depanku saat ini.

Dan yang paling lucunya lagi. Di sini aku bisa di bilang dalam proses pembullyan.

"Apa sebenarnya mau kalian?" Tanyaku dengan dagu yang terangkat tinggi, kepada tiga makhluk berjenis kelamin wanita yang mengaku dekat dengan jimin.

"Masih berpura-pura bodoh huh? Kami ingin kau menjauhi jimin! Memangnya kau pikir siapa dirimu?" Sindir salah seorang gadis yang kini tengah menyudutkanku. Yoo ra. Itulah nama yang ku dapat dari name tag yang tertata rapih.

"Lalu siapa kau pikir dirimu di mata jimin?" Balasku tak mau kalah. Ya jelas, aku tak pernah mencoba- coba dekat dengannya. Tapi bisa apa kalau sudah nasibku datang ke pesta ulang tahunnya malam itu?

"Berani kau denganku? Kau tidak tahu siapa aku?" Gertak yoo ra.

"Aku tahu" jawabku asal, walau sejatinya aku tak tahu secuil informasipun tentangnya, dan perempuan itu menunjukan sikap 'kalau udah tahu kenapa masih?' Dan aku benar-benar tak suka dengan mimik mukanya yang di buat-buat arogan dan jatuhnya malah seperti bubur bekas lepehan bayi. "Kau adalah anak perempuan manja yang tidak tahu etika dan suka mengaku-aku dekat dengan orang yang bahkan tidak tahu bahwa kau hidup, jangan bilang kau juga mengaku bahwa kau istrinya baekhyun EXO?" Balasku skakmat di warnai ketawa renyah khas kuntilanak. Dia bungkam.

Kulihat mukanya merah padam, bukan hanya yoo ra, dua temanya juga. Lalu tanpa di sangka-sangka yoo ra yang tadi ku ejek menampar pipiku keras. Aww.. sakit sih. Tamparan khas perempuan emang yang terbaik. Setelah ini pasti akan ada aksi jambak-jambakan. Khas perempuan.

Setelah itu  kedua temannya yang tadi menahan kedua tanganku, aku terkunci. Dan yoo ra kini memegang sebuah ember  berisi air. Dan, lima detik kemudian badanku sudah basah. Dingin, tapi apa yang bisa kulakukan? Tanganku terkunci. Kulihat mereka tertawa mengejek.

"Dingin? Ummm kasian. Makanya jangan berani-berani denganku."

"Oh sekarang informasiku tentang dirimu bertambah" ucapku di tambah senyuman miring. "Kau adalah gadis sok imut yang menjijikan." Gadis itu bungkam.

Lalu yoo ra itu tanpa banyak bicara kini mengambil sebuah ember lagi tapi kali ini isinya air bekas cucian lap lantai. Jujur kali ini aku takut. Ku tutup mataku. Namun sedetik sebelum ember itu menjatuhkan airnya di atas kepalaku, ku dengar suara bantingan keras. Dan ketika aku membuka mataku yang ku lihat adalah sosok jimin yang seperti malaikat, menolongku dengan mendorong ember sialan itu.
Kedua orang yang tadi mengunciku kini melepasnya.

"Apa yang kalian lakukan!? Kalian pikir kalian siapa?  beraninya melakukan pembullyan!?" Tanya jimin dengan nada sedikit teriak.

Ketiga perempuan itu pucat pasi. Khususnya yoo ra. Kedua temannya menunduk takut pada jimin. Dengan sigap jimin menarik lengan kiriku cepat sehingga badanku yang limbung malah jatuh ke pelukannya. Cukup dramatis. Di warnai tatapan membunuh ketiga perempuan tadi.

"Emm oppa! aku tidak bermaksud!" Bela yoo ra menyelamatkan image yang sudah jatuh di mata jimin.

"Tidak bermaksud?! Setelah jelas-jelas tadi aku melihat kalian mengunci tangan eun ji? Kau harus belajar lagi untuk bisa berbohong." Balas jimin telak. Yoo ra tampak kaget melihat jimin yang biasanya imut kini mengatainya.

"Mian oppa!! Aku hanya tak suka dia dekat-dekat denganmu" katanya sambil menunjuk diriku di temani anggukan kedua temannya.

"Memangnya siapa kau? Perasaan aku tak kenal padamu!" Skakmat. Mimik yoo ra pias. Lalu jimin membawaku keluar dengan memapahku. Ku ukirkan senyum miring kepada mereka. Devil of eun ji is return.

***

Author pov

Jimin membawa eun ji ke rooftop. Lalu mendudukannya di kursi dimana dulu jimin ketangkap basah oleh eun ji sedang tidur dalam acara membolosnya. Lalu jimin sendiri duduk di sebelah eun ji.

"Mianne, karena aku kau jadi seperti ini." Ucap jimin penuh penyesalan dengan kepala yang tertunduk.

"Ne? Oh tak usah di pikirkan. Lagipula memang mereka yang kurang kerjaan aja. Nanti lain kali mereka akan aku kasih pekerjaan biar mereka tidak memiliki waktu untuk melakukan pembullyan lagi. Tapi kau kenal mereka jimin?" Tanya eun ji setengah menoleh ke arah jimin.

"Ani, aku tak kenal mereka. Tahu mereka hidup aja tidak" jawabnya setengah bercanda garing dan tertawa renyah sendiri. Mungkin jimin stress. Itulah yang eun ji pikirkan ketika melihat jimin tertawa sendiri.

"Kau tahu eun ji? Ku pikir camping di daegu akan di undur" ungkap jimin mengalihkan topik setelas puas tertawa-ria.

"Apa?! Memangnya kenapa?!" Eun ji yang kaget langsung memoroskan badanya ke arah jimin. "Bukannya tadi sudah di putuskan?"

"Kau pikir saja sendiri. Sekarang sudah pertengahan oktober dan sebentar lagi musim salju akan turun. Ya, mungkin salju tak akan turun nanti ketika kita camping. Tapi memangnya kau mau camping dengan suhu yang bisa membuatmu beku? Aku mah sih tidak" jimin melihat eun ji termanggu kecewa. "Nanti kapan-kapan aku akan mengajakmu berkemah bersamaku"

Sinar mata eun ji yang tadi redup kini bersinar kembali. Terlihat jelas bahwa eun ji sangat senang. "Janji yah!!" Pinta eun ji. Sambil tersenyum manis ia mengulurkan jari kelingkingnya.

Jimin sangat ingin mengaitkan juga jari kekingkingnya. Namun tiba-tiba suatu perasaan muncul begitu saja di warnai detak jantung yang berdegub kencang. Aneh perasaan apa ini? Perasaan yang menghinggapinya dari beberapa waktu lalu. Namun kini ia sadar bahwa perasaan inilah yang biasa orang panggil dengan sebutan 'cinta'. Jimin takut jatuh cinta pada eun ji. Karena ia tahu saingannya cukup berat. Seolah-olah jika jimin mengaitkan jari kelingking pada jari eun ji bertandakan bahwa jimin mengiyakan pada hatinya sendiri bahwa ia benar-benar jatuh cinta pada eun ji. Sebagian kecil hatinya bilang bahwa ia tak boleh menerima uluran jari kelingking eun ji. Namun sisanya sangat ingin. Jimin hanya ingin memastikan hatinya bahwa ia benar-benar jatuh cinta pada eun ji.

Dan, jimin mengaitkan jari kelingkingnya pada jari kelingking eun ji. Kini detak jantungnya benar-benar berdegub sangat kencang. Lebih kencang dari sebelumnya. Kini ia yakin bahwa Ia benar-benar jatuh cinta pada eun ji. Perasaan yang tumbuh dalam jurang tanpa cahaya harapan yang menyinari. Walau bagaimanapun juga eun ji sudah milik orang lain. Dan jimin tidak berhak atasnya. Tapi ia hanya ingin mencintai tanpa harus terbang. Kalian tahukan maksudnya?

"Aku janji akan mengajakmu" janji jimin. Eun ji tersenyum manis. Jantungnya kini berdegub lagi.

Tak sengaja jimin melihat bahwa eun ji menggigil kedinginan. Ternyata jas sekolah jimin yang ia pakaikan pada eun ji tidak banyak membantu. Terlihat jelas bahwa eun ji masih menggigil. Jimin yang tidak tega langsung memeluk eun ji. Dan eun ji yang heran karena di peluk secara tiba-tiba mencoba mendorong namun tak berapa lama kemudian ia pasrah karena jimin malah mengencangkan pelukannya ketimbang melepaskan.

"Ada apa ini jimin?" Tanya eun ji. Alih-alih mendapat jawaban jimin malah semakin mengeratkan pelukannya.

"Kau kedinginan eun ji. Biarkan aku menghangatkanmu walau hanya sementara." Jawab jimin lembut.

Sebenarnya terkandung arti dalam kalimatnya. namun eun ji yang memang nyaman dalam dekapan jimin dan hanya menganggap kalimat jimin sebagai angin lalu.

"Just until he takes you away from me"  batin jimin menangis.

______________TBC______________

Vomment guys. 👉🌟👌✌

Be Mine [Bts ff]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang