20 Masa lalu

10 3 0
                                    

"Eun ju, kenapa kau menangis?" tanya Taehyung yang menemukan Eun ju menangis dalam diam di sebuah kelas tidak terpakai sendirian.

Eun ju yang masih sesenggukan hanya menggeleng pelan.

"Ayolah beritahu aku, mungkin aku bisa bantu. Jika tidak ada apa-apa, bagaimana bisa kau menangis. Aneh," bujuk Taehyung sekali lagi dengan nada lembut.

Inilah Taehyung yang membuatnya jatuh cinta, Taehyung yang lembut dan manis. Tiba-tiba terlintas satu ide licik dalam pikiran Eun ju. Ia akan mendapatkan kembali Taehyungnya. "Taehyung..." raungnya dengan suara tangis yang dibuat-buat.

"Apa?"

Sejurus kemudian Eun ju bangkit lalu mendekati Taehyung dan memeluknya. Taehyung yang belum siap sempat terhuyung kebelakang. Taehyung ingin melepaskan pelukan ini namun ia merasa kasian pada Eun ju. Sudahlah biarkan, hanya sebentar ini, pikir Taehyung gamang.

"Ada apa? Ceritakan padaku."

"Taehyung... Huhuhu.. Ini semua perbuatan Jimin. Huhuhu.. Dia membuatku seperti ini."

"Memangnya apa yang dilakukan Jimin?"

"Kau ingat kejadian di kantin dua hari yang lalu?"

"Ya."

"Jimin mengejekku terang-terangan didepan semua orang dikantin, Tae."

"Apa?! Benarkah?!"

"Iya, dan sampai sekarang aku masih jadi bulan-bulanan siswa-siswi disini."

Taehyung kaget. Jimin? Apa benar yang dikatakan Eun ju? Haruskah ia percaya? Tapi, buat apa Jimin mempermalukan Eun ju. Apa masalahnya? Batin Taehyung bertanya gamang.

"Taehyung.."

"Apa?"

"Kau percaya denganku, kan?"

Entahlah..

"Ya."

Diam-diam Eun ju tersenyum menang. Lihatlah Jim, permainku baru akan dimulai.

***

"Apa!? Wah selamat Jim. Kau hebat. Aku bangga jadi temanmu." ucap Eun ji dengan senyum lebar hingga gigi-giginya yang rapih terlihat.

Jimin gemas setengah mati dibuatnya. Dengan keadaan seperti ini bisa saja Jimin hitung jumlah gigi Eun ji jika gadis itu bertahan dalam posisinya sepuluh menit saja.

"Wah terima kasih sanjungannya, Ji," balas Jimin so cool.

Siang ini Jimin mendapat piala atas lomba dance yang ia juarai beberapa hari yang lalu. Piala menyusul. Dan Eun ji baru tahu bahwa ia memenangkan lomba dance itu, ketika Jimin di panggil ke ruang guru siang ini dan keluar membawa piala. Bahkan berita tentang kemenangannya itu dipampang di mading sekolah sehingga semua orang tahu. Semakin banggalah Eun ji sebagai sahabatnya.

"Pokoknya hari ini kita harus merayakannya. Aku, kau, Taehyung oppa, Jaebum, hyeri. Kita berlima."

Jimin tersenyum, "Baiklah,"  Tiba-tiba Eun ji bangkit lalu pamit mau pergi sebentar, "Kau mau kemana?"

"Aku mau mencari Taehyung oppa dan memberitahunya tentang kemenanganmu." ujar Eun ji sambil lalu.

Jiminpun hanya beroh ria lalu kembali melihat piala yang berada di tangannya. Apa harus ia mendapat piala seperti ini setiap hari agar Eun ji bahagia tiap hari? Entahlah..

Di sisi lain, kini Eun ji sedang berlari-lari kecil di lorong sekolah mencari Taehyung. Hingga akhirnya ia melihat satu pintu ruangan kelas tidak terpakai di ujung lorong ini terbuka. Ia penasaran ada apa di dalam ruang yang pintunya terbuka itu? Iapun melangkahkan kakinya mendekati ruangan itu. Semakin dekat ia dengan ruangan itu semakin ia mendengar sayup-sayup suara wanita yang sedang menangis.

Dag dig dug.. Jantung Eun ji olahraga memompa. Sempat terlintas di benak Eun ji untuk berbalik dan pergi saja. Ia takut. Banyak alasan yang mampu otaknya berikan agar dirinya kabur saja. Contoh, ujung lorong ini gelap, sepanjang lorong ini tak ada orang, dan jika yang berada di dalam ruangan itu penjahat bagaimana?

Namun sedetik kemudian ia enyahkan semua pikirannya yang bercabang. Cuman nutup pintu doang kok. Pikirnya kini berargumen.

Kakinya semakin mendekat dan mendekat lalu ketika ia berada di depan kelas itu, ia melongok kedalam kelas. Ia melihat dua orang sedang berpelukan, pria dan wanita. Oh. Hanya itu.

Ketika kakinya ingin berbalik untuk pergi sedetik kemudian ia baru tersadar.

Deg!! Itu Taehyung dan Eun ju.

Ia tak percaya, oleh karena itu ia melangkahkan kakinya masuk lebih dalam satu langkah. Benar. Itu Taehyung. Hatinya mencelos melihat Taehyung yang membelakanginya sedang memeluk wanita lain dan wanita itu adalah Eun ju.

Eun ju kini menatapnya dan tersenyum menang dan penuh kelicikan. Eun ji terpaku ditempat.

"Sudahlah Eun ju, aku pergi dulu, ya," ucap Taehyung pelan sambil melepaskan pelukan itu.

Namun Eun ju malah mempererat pelukan itu, "Bentar saja oppa, aku sedang tak ingin sendiri. Sebentar lagi, biarkan aku memeluk tubuhmu," ucap Eun ju seperti mengejek pada Eun ji yang terpaku didepannya.

Taehyung tak tahu apapun. Ia bahkan tak tahu ada Eun ji di dalan kelas itu juga menyaksikan pelukannya  dan Eun ju dengan mata berlinang.

Tiba-tiba Eun ji merasa tanganya di tarik kebelakang. Diapun limbung dan mengikuti saja kemana orang lain itu menariknya. Ia di tarik namun ia mengikuti. Ia tak tahu harus bagaimana. Ternyata Jiminlah yang berada didepannya memegang tangannya posesif dan menariknya lembut. Jimin telah menyelamatkannya dari lubang singularitas yang hampa. Ia tercekik.

Tolong aku..
Jimin..

***

Jimin menarik Eun ji ke taman belakang. Sepi disana. Setelah sampai dan mereka berhenti melangkah, Jimin membalikan badannya lalu menarik Eun ji kedalam pelukannya.

"Maafkan aku Eun ji.. Maafkan aku.. Ini semua karenaku.. Jika saja aku tidak terlambat maka kau takkan melihat semua itu.. Maafkan aku, Ji," ucap Jimin lembut. Jimin lalu mengelus pundak Eun ji lembut. "Aku tahu kau mau menangis. Menangislah Eun ji, ku pinjamkan dadaku untukmu hari ini. Gunakanlah sebagai tempat berlindungmu. Aku janji, aku takkan membiarkanmu seperti ini lagi," lanjut Jimin lalu mendekap Eun ji lebih dalam. "Aku melindungimu."

Setelah mendengar ucapan Jimin Eun ji mulai merasa tenang walau sesak didadanya belum juga hilang. Sejurus kemudian ia menangis, menumpahkan lukanya dan Jimin yang menanggungnya. Luka Eun ji, biar Jimin seorang yang menanggungnya.

Eun ji terisak-isak. Ia menangisi semuanya. Semuanya. Tak ada yang terlewat. Bukankah Jimin bilang ia meminjamkan dadanya untuk Eun ji pinjam, ia akan menggunakan sebaik-baiknya.

Jimin melepaskan pelukan mereka. Ia menakup wajah Eun ji yang berlinang air mata. Dengan hati-hati dihapusnya jejak air mata Eun ji menggunakan jemarinya.

"Eun ji, asal kau tahu, aku tak suka melihatmu menangis, namun aku lebih tak suka lagi melihatmu harus menanggung beban, jadi izinkan aku menanggung luka yang kau rasa membebanimu, biar aku yang tanggung, tapi bolehkah aku?" lirih Jimin sambil menatap kedua iris mata Eun ji.

Eun ji sesenggukan mendengarkan penuturan Jimin. Semakin deras air matanya keluar membasahi pipinya.

Jimin lalu memeluk kembali Eun ji. Dalam pelukannya, Eun ji mengangguk pelan. Jimin tersenyum lemah. Tanpa Eun ji sadaripun, Jimin ikut meratapi semuanya.

Eun ji, gadis yang ia cintai menangis. Iapun ikut merasakan pedih itu. Pedih yang Eun ji bagi dengannya. Namun Jimin tak menangis. Jika ia menangis, siapa yang akan menguatkan Eun ji? Ia tak bodoh seperti Taehyung.

Kenapa pria bodoh seperti Taehyung yang harus mendapatkan Wanita yang rapuh seperti Eun ji?


Takdir sungguh tidak adil.
Biar ia memaki nasibnya kali ini saja karena bukan menjadi orang pertama yang hadir dihati Eun ji dulu.

Sialan kau masa lalu!

TBC

Be Mine [Bts ff]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang