Entah apa yang membuatku terbangun di tengah malam ini. Jam dinding kamar sudah menunjukkan pukul satu malam. Hemh... sepertinya aku kepikiran dengan obrolan kemarin sore dengan Papa dan Mama. Ya ampun, kenapa menjadi seperti ini hidup ku?
"Bell, tumben kamu sore-sore gini udah di rumah,ngga kekampus?" tanya Papa.
"Ngampus kok Pa, cuma tadi dosennya mendadak ada acara jadinya kosong. Papa sendiri kok udah pulang ngantor aja?"
"Iya, hari ini ngga terlalu banyak kerjaan."
"Bell,ada yang mau Papa dan Mama bicarakan sama kamu," sambung Papa."Apa Pa?"
"Kamu punya pacar?" tiba-tiba Mama datang dari dapur dengan nampan yang terlihat penuh dengan camilan dan minuman.
"Ih.. Mama kok tiba-tiba tanya begitu?"
"Ngga apa-apaBell, Papa hanya mau tahu. Soalnya kamu juga jarang bawa temen laki-laki kamu ke rumah," tambah Papa.
"Hemh...ok ok.. Bella saat ini tidak punya pacar Ma, Pa. Memangnya kenapa Pa?" Otakku mulai berasumsi tidak baik.
"Syukur lah kalau kamu masih sendiri," kata Mama.
Lah kenapa mereka malah bersyukur anaknya jomblo? Astaga.
"Jadi Papa tidak perlu nunggu lama-lama lagi."
"Maksud Papa apa?"
"Jadi begini Bell, Papa dan Mama sudah memutuskan untuk menjodohkan kamu dengan anaknya rekan bisnis Papa,"jawaban Papa yang seketika membuatku membelalakkan mata.
"Apa? Tunggu Pa... tunggu... Jadi Bella mau dijodohkan dengan anak rekan bisnis Papa? Pah perusahaan sedang ada masalah? Mau bangkrut? Perusahaan kita kenapa Pah?" Dan asumsi ku benar, aku dijodohkan.
"Bell kamu kok drama banget? Jangan panik begitu lah. Perusahaan kita baik-baik saja," jawab Mama sambil ketawa.
"Lah Mama kok malah ketawa, memang alasannya apa sampai aku mau dijodohin? Aku masih kuliah Ma, Pa dan aku juga bisa cari jodoh sendiri." Aku benar-benar emosi sekarang.
"Memangnya mau sampai kapan Mama harus menunggu kamu dapat pacar, Mama sudah ingin sekali gendong cucu Bell."
"Mama aku masih kuliah." Sebisa mungkin aku harus menemukan alasan yang tepat untuk menolak perjodohan ini.
"Bella di luar sana banyak yang sudah menikah tetapi masih kuliah juga,"tambah Papa dengan santainya.
"Ok sayang?" sambung Mama.
"Ya udah terserah Mama dan Papa aja. Mau menolak dengan cara apa pun pasti ujung-ujungnya aku juga harus menerima perjodohan ini." Dan aku pun menyerah.
"Good girl! Papa yakin dia bisa menjaga kamu dengan baik."
Pagi ini aku berangkat ke kampus dengan semangat yang hampir tidak ada. Aku masih saja kepikiran dengan perjodohanku dengan laki-laki yang sama sekali tidak ku kenal. Pikiran ku mulai terbayang kemana-mana. Tentang bagaimana aku akan menjalani hidup dengannya nanti? Sejujurnya aku masih belum siap untuk menjadi istri dan ibu untuk keluargaku kelak,tapi aku harus menerima ini setidaknya aku sudah bisa menyenangkan Mama dan Papa yang sudah mengurus dan membesarkan ku serta mendidik ku sampai saat ini.
Aku berjalan menelusuri koridor kampus yang mulai ramai dengan sesekali meleng dan menabrak orang-orang di sekitarku, pikiran ku masih saja tidak fokus. Sampai suara teriakan yang sangat ku kenal milik siapa, manggil ku.
"Bellaaaaaaa"Dan bener saja. Tiara yang memanggil ku, ia sahabatku.
"Apa?""Lo kenapa sih nggak semangat banget, jalan nabrak sana-sini? Lo lagi sakit Bell?"
"..."
"Kok lo diem aja sih Bell cerita donk sama gue lo kenapa?" Tiara menyusulku yang sudah berjalan lebih dulu.
Sebenernya aku mau cerita dengan Tiara untuk mengurangi segala keresahan hati karena kepikiran terus, tapi mungkin nanti saja ceritanya setelah aku bertemu dengan laki-laki yang dijodohkan dengan ku.
Ah...aku pusing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married an Ice Man ✔ (OPEN PO)
Romance"Aku harus bisa mencairkan hati dan sikapnya, karena mulai saat ini dia yang akan menjadi pelengkap hidupku sampai napas tak lagi berhembus." -Aresha Ravan Arabella "Sepertinya dia membuat dinding es ku semakin hari semakin mencair. Iya dia. Dia yan...