Chapter - Dua

68 5 2
                                    




Hyuk Jae kini berada di ruang televisi​. Beberapa kali mengganti chanel yang bagus meski nyatanya tetap tidak ada tayangan yang menarik menurutnya. Kemudian, Young Eun keluar dari kamar. Gadis itu kelihatan segar mengenakan pejama berwarna biru dengan motif buah pisang. Dia lalu duduk di samping Hyuk Jae setelah gagal mencoba tidur sejak setengah jam yang lalu.

"Setelah ini, bagaimana kehidupan kita?" Tanynya tiba-tiba. Tangannya sengaja memainkan bantal sofa sebagai penghilang rasa gugup.

"Entahlah," jawab Hyuk Jae santai. Dia lantas memutar tubuhnya​ dan kini berhasil menatap istrinya secara keseluruhan. "Menurutmu akan seperti apa?"

"Jangan salah paham." Young Eun memalingkan wajah. "Aku hanya sedikit tidak nyaman. Walau bagaimanapun pun, kita menikah karena kesalahpahaman. Karena kecelakaan. Aku tidak mungkin bisa secepat itu menerima keadaan ini. Semuanya terlalu rumit."

Helaan napas Hyuk Jae terdengar berat. Seolah dia baru saja mendengar kalimat menyakitkan dari gadis itu. Padahal jika dipikir kembali, ucapan Young Eun sama sekali tidak salah. Wajar jika dia merasa canggung dan tidak nyaman, sebab bukan hanya untuknya, keadaan ini juga masih cukup mengejutkan untuk Hyuk Jae. Membingungkan.

"Berusahalah bersikap sebiasa mungkin," ujar Hyuk Jae dan berhasil membuat gadis itu menoleh. Menatapnya lagi. "Kau tidak perlu merasa canggung. Kita memang masih sama-sama asing, jadi biarkan saja semuanya berjalan sesuai keadaan. Jangan terlalu dipaksakan."

Ada gurat sedih dari wajah Hyuk Jae yang berhasil tertangkap oleh Young Eun. Meski entah dia sendiri tidak tahu kenapa pria itu mendadak sendu, Young Eun tiba-tiba merasa ragu untuk melanjutkan pembicaraan-pembicaraan baru.

Dia melirik jam dinding, dan waktu menunjukkan pukul dua belas malam. Hampir larut, tapi dia dan Hyuk Jae masih belum juga berniat untuk tidur. Tiba-tiba, dia merasa sakit pada perutnya. Dia lapar. Young Eun ingat, terakhir dia memberi asupan pada perutnya yaitu pukul enam sore dan selanjutnya sama sekali tidak memakan apapun lagi. Sibuk pada resepsi, sibuk pada acara-acara pernikahan yang sangat amat melelahkan.

"Hyuk Jae-ssi, apa kau lapar?" Tanyanya hati-hati. Dia yakin Hyuk Jae juga pasti lapar karena pria itu bahkan tidak menelan apapun seharian ini. "Mau kubuatkan makanan?"

"Kau mau?" Pria itu memastikan. Dan dengan yakin Young Eun mengangguk mengiyakan. "Terimakasih, kalau begitu."

Setelah mengangguk sebagai balasan ucapan terimakasih​ dari Hyuk Jae, gadis itu lalu bergegas menuju dapur. Membuka kulkas, mencari bahan-bahan apa yang sekiranya bisa dia jadikan menu makan malam.

Sebenarnya, ini pertama kalinya dia memasak. Karena sebelumnya Jung Soo selalu melarangnya dengan alasan berbahaya. Kakak laki-lakinya itu memang sangat tahu betapa teledornya Young Eun. Oleh karena itu, dia lebih baik mencegah dari pada terjadi sesuatu hal yang tidak dia inginkan.

Sayur sudah dia dapatkan. Dia menemukan daun bawang, lobak, bawang mombay yang berhasil membuat Young Eun mendapatkan ide. Sup lobak putih favorit kakaknya, malam ini akan menjadi menu makan malam mereka.

Dia memasak nasi terlebih dahulu di dalam rice cooker. Kemudian, selagi menunggu matang dia mulai memotong bahan-bahan yang akan digunakan untuk membuat sup. Cukup mudah dan singkat. Cocok untuk seorang yang sudah kelaparan seperti Young Eun dan Hyuk Jae.

"Butuh bantuan?" Tanya Hyuk Jae, yang tanpa disadari, pria itu sudah berdiri di depan dapur.

Sedikit terkejut, tapi Young Eun berusaha biasa saja dan berhasil menolak tawarannya dengan sehalus mungkin. "Tidak perlu. Kau tunggu saja di meja makan. Sebentar lagi aku selesai."

Beautiful Accident Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang