Wattpad Original
Ada 8 bab gratis lagi

IWB 3 - It's Me

40.7K 2K 6
                                    

"Aku melupakan sesuatu. Aku mau kau melakukan sesuatu untukku, Mr. Fred. Apakah bisa?" ucap Liona pada Mr. Fredy yang sekarang tengah menatapnya terkejut.

"Tentu saja. Apa itu, Nona?" ucap Mr. Fredy yang langsung membuat Liona menampilkan cengirannya.

"Aku—"

• • • • •

"Nona, saya—"

"Apa kau sudah menemukan mobilku? Dimana?" ucap Liona menyela Mr. Fredy.

"Belum, Nona. Tapi masih ada satu perusahaan derek terakhir yang belum saya hubungi. Kita berharap saja mobil Anda ada di sana, Nona," ucap Mr. Fredy membuat Liona mendesah.

"Huh! Sudah berapa kali kau mengatakan kalimat itu, Mr. Fred. Menyuruhku untuk terus berharap sejak 30 menit yang lalu," ucap Liona mengeluh kepada Mr. Fredy.

"Maafkan saya, Nona. Saya akan menghubungi perusahaan itu sekarang," ucap Mr. Fredy lalu menekan beberapa tombol di telepon rumah yang ada di depannya itu.

Liona berbaring di sofa panjang tempatnya duduk dengan malas. Ia sudah tidak begitu  bersemangat lagi seperti beberapa menit yang lalu untuk mencari dimana mobilnya berada.

"Nona, mobil Anda ada di sini. Bagaimana sekarang?" ucap Mr. Fredy membuat Liona langsung bangun dan menatap Mr. Fredy tak percaya.

"Sungguh? Suruh saja mereka mengirimkan mobilnya ke sini. Soal berapa yang harus dibayar, aku serahkan itu padamu. Suruh mereka datang secepatnya. Karena aku akan pergi sebentar lagi," ucap Liona lalu berdiri dan berjalan meninggalkan Mr. Fredy dengan perasaan senang.

'Dasar pria gila. Siapa namanya tadi? Sean. Dia sudah membuat hariku buruk hari ini. Semoga aku tidak bertemu dengan pria gila itu lagi.'

• • • • •

"Maaf tuan. Seseorang baru saja menelepon dan mengaku sebagai pemilik mobil ini. Dia ingin kami mengantar mobil ini ke rumahnya," ucap seseorang pada lelaki tampan yang tengah berdiri di dekat mobil berwarna putih itu. Ya. Tentu saja itu Sean.

"Benarkah? Bisa kulihat alamat pemiliknya?" ucap Sean pada pegawai yang berada di dekatnya itu.

Pegawai itu tampak ragu, tapi akhirnya menyerahkan kertas kecil yang dipegangnya pada Sean.

"Apa kau akan mengantar mobil ini ke sana sendirian?" ucap Sean sambil membaca tulisan yang ada di kertas yang diberikan pegawai tadi padanya.

"Ya, tuan," ucap pegawai itu sopan.

"Aku akan ikut bersamamu," ucap Sean membuat pegawai itu menatapnya tak percaya.

"Tapi tuan—"

"Aku memaksa. Ayo kita pergi sekarang. Siapkan mobilnya," ucap Sean lalu pegawai itu menunduk dan pergi.

Sean menatap kertas yang ada di tangannya dan juga mobil yang ada di depannya bergantian dengan senyum lebar yang menghiasi wajahnya.

'Kita akan bertemu lagi, gadis misterius. I got you.'

• • • • •

"Nona, mobil Anda sudah datang," ucap Mr. Fredy setelah mengetuk pintu kamar Liona.

"Aku akan turun sebentar lagi," jawab Liona yang tengah memakai sepatu sneakersnya di dalam kamarnya.

Setelah selesai, ia lalu berjalan ke arah meja riasnya untuk mengambil kunci mobilnya yang tadi diletakkannya di sana.

Liona lalu keluar dari kamar dan turun kebawah untuk menemui Mr. Fredy.

"Mr. Fred, mobilku ada di depan kan. Kalau begitu aku pergi dulu," ucap Liona pada Mr. Fredy yang dilihatnya dari kejauhan tengah berbicara dengan seseorang di ruang tamu.

"Ya, Nona," ucap Mr. Fredy saat Liona sudah melewati ruang tamu.

Liona berjalan santai menuju pintu depan rumahnya. Ia lalu langsung keluar karena kebetulan pintu sudah terbuka. Liona tersenyum saat melihat mobilnya terparkir di halaman rumahnya.

Liona berjalan menuju mobilnya lalu membuka kunci mobilnya hingga menimbulkan suara nyaring.

Tuk...

Liona menutup kembali pintu mobil yang tadi sudah dibukanya, saat ia mendengar suara batu terjatuh. Liona melihat ke sekelilingnya tapi tak mendapati ada orang atau apapun di sana.

"Mungkin aku salah dengar," ucap Liona lalu ia memutar tubuhnya kembali.

"Astaga!!!!" ucap Liona sangat terkejut dan mundur beberapa langkah kebelakang, tapi sayangnya ia tersandung kakinya sendiri, membuat tubuhnya tak seimbang dan hampir jatuh jika saja tak ada yang menahan tubuhnya.

"Lainkali, perhatikan langkahmu. Aku tidak bisa setiap saat menangkapmu seperti ini," ucap Sean lalu membantu Liona berdiri. Tentu saja itu dia. Memangnya siapa lagi?

"Ini juga salahmu. Kenapa dan bagaimana bisa kau ada di sini?" ucap Liona yang hanya dibalas senyuman lebar oleh Sean.

Sean tak sengaja melihat kunci mobil di tangan Liona, tiba-tiba terlintas sebuah ide jahil di kepalanya.

"Jika kau mau tahu. Kita bisa bicara di perjalanan. Aku yang akan menyetir," ucap Sean setelah berhasil mengambil kunci mobil dari tangan Liona.

"Apa maksudmu? Siapa yang ingin berbicara denganmu? Dan kembalikan kunci mobilku," ucap Liona santai dengan wajah datarnya.

Bukannya menjawab Liona, Sean malah masuk begitu saja ke dalam mobil Liona dan duduk dibelakang kemudi.

"Cepat masuk atau aku akan membawa pergi mobilmu. Dan bisa kupastikan kau tidak akan menemukannya kali ini," ucap Sean setelah membuka kaca mobil.

"Melihat dari ancamanmu itu, kau terlihat ingin sekali aku mau ikut bersamamu. Kenapa? Apa kau mulai tertarik padaku?" ucap Liona membuat Sean terkejut terlihat dari dirinya yang mulai salah tingkah.

"Seharusnya seorang pria yang mengatakan hal seperti itu," protes Sean.

"Ohh... apa perkataanku tadi melukai harga dirimu sebagai seorang pria? Oops.. maafkan aku. Baiklah untuk membuat perasaanmu lebih baik aku akan ikut bersamamu. Bukankah aku orang yang baik?" ucap Liona lalu masuk ke dalam mobil dan duduk dibangku depan di sebelah Sean.

"Kenapa tiba-tiba kau mau ikut?" ucap Sean bingung.

"Karena aku malas bicara lebih banyak denganmu. Dan juga aku ingin pergi ke suatu tempat. Jalan sekarang," ucap Liona santai lalu Sean menyalakan mobil dan pergi meninggalkan pekarangan rumah Liona.

"Kita akan pergi kemana sekarang?" ucap Sean sambil menoleh sebentar ke arah Liona lalu ia kembali melihat kedepan.

"Menurunkanmu di pinggir jalan. Itulah yang ingin kulakukan terlebih dahulu. Apa kau bisa melakukannya?" ucap Liona datar sambil terus melihat keluar kaca mobilnya.

"Apa kau tidak bisa berbicara lebih lembut padaku? Itu tadi sangat kasar," ucap Sean dengan nada bicaranya yang mencerminkan ia tengah kesal sekarang. Atau mungkin jengkel?

"Kenapa aku harus seperti itu? Aku suka seperti ini dan beginilah aku. Aku juga tidak memaksamu untuk menyukai cara bicaraku yang seperti ini," ucap Liona santai membuat Sean menggelengkan kepalanya tak percaya.

"Bagaimana bisa kedua orang tuamu menahan perasaan jengkel setiap harinya seperti yang kurasakan sekarang? Pasti itu sangat sulit, saat mendengar ucapan kasarmu setiap saat," ucap Sean membuat Liona menoleh ke arahnya.

"Sayangnya, mereka tak perlu melakukannya. Karena mereka memang sudah tiada," ucap Liona lalu melihat keluar kaca mobilnya lagi.

Sean tertegun sesaat dengan perkataan Liona barusan. Ia melihat ke arah Liona sebentar lalu kembali melihat jalan di depannya.

'Jadi itu penyebabnya dia dingin sekali,' ucap Sean dalam hati.

"Maafkan aku. Aku tidak tahu," ucap Sean yang tidak mendapat balasan dari Liona.

"Baiklah, sebagai permintaan maafku, aku akan mengajakmu ke suatu tempat yang—"

"Tidak perlu. Putuskan saja kau akan turun dimana, karena seseorang tengah menungguku sekarang," ucap Liona terdengar gusar pada Sean.

"Aku tidak peduli. Aku yang menyetir di sini, jadi terserah padaku akan pergi kemana," ucap Sean santai membuat Liona berdecak kesal.

"Kalau begitu turunkan aku di sini," ucap Liona kesal sambil melepaskan sabuk pengamannya.

Bukannya menuruti ucapan Liona, Sean malah terkikik kecil mendengar ucapan Liona. Ia lalu mengunci semua pintu mobil secara otomatis.

"Kenapa kau malah mengunci pintunya? Turunkan aku sekarang," ucap Liona sambil mencoba membuka pintu.

"Aku tidak menerima perintah dari siapapun selama ini. Aku melakukan apapun yang kuinginkan dan inilah aku," ucap Sean mencoba meniru gaya bicara Liona tadi.

"Itu tidak lucu. Dan kenapa kau membawaku ke lingkungan perumahan Elite seperti ini," ucap Liona saat melihat daerah yang dilaluinya sekarang.

"Kau akan tahu sendiri sebentar lagi."

I Win, Baby ✔ [Warren Series #1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang