"Sakit, Sean. Pelan sedikit," ucap Liona entah sudah yang keberapa kalinya pada Sean.
"Iya-iya. Sebentar lagi ini selesai. Cerewet sekali," ucap Sean kesal lalu memutar bola matanya bosan.
Sean sekarang tengah mengobati luka kaki Liona yang kembali mengeluarkan darah karena adegan kejar-kejaran mereka tadi.
"Ini sudah siang, kau tidak berangkat bekerja? Memangnya pemotretanmu jam berapa sih," ucap Liona setelah Sean selesai mengobati kakinya, tapi masih tetap dalam posisi berjongkok di depannya.
"Aku tidak peduli dengan itu. Uangku masih tersisa banyak meski aku tidak datang ke pemotretan itu," ucap Sean lalu berdiri dan beralih duduk di sofa sebelah Liona.
"Dasar tidak profesional," cibir Liona, membuat Sean tersenyum kecil.
"Itu karena aku ingin di sini lebih lama bersamamu," ucap Sean menatap dalam mata Liona yang kini melihat ke arahnya.
Perkataan Sean itu membuat detak jantung Liona seketika berdetak tak biasa. Liona sendiri bingung apa yang ia rasakan saat ini.
"Ehm... itu alasanmu saja kan. Sudahlah, pergi sana," ucap Liona mencoba biasa saja seolah ucapan Sean tadi tidak mempengaruhinya.
"Biarkan aku di sini sebentar. Tadi malam aku tidak bisa tidur, aku lelah sekali," ucap Sean sebentar lalu berbaring di sofa panjang itu, dengan paha Liona digunakannya sebagai bantalnya.
"Jika lelah, pulanglah dan tidur saja di rumahmu sendiri. Tidur di sofa seperti ini akan membuat badanmu sakit," ucap Liona pada Sean yang sudah menutup matanya.
"Aku tidak bisa pulang," ucap Sean singkat dengan tetap menutup matanya.
"Kenapa? Apa ibumu memarahimu dan melarangmu pulang?" ucap Liona sambil melihat wajah Sean yang tengah tidur di pangkuannya. Entah mengapa Liona betah berlama-lama menatap wajah Sean yang tengah memejamkan matanya itu.
"Karena pikiranku tertinggal di sini, aku merasa tidak tenang saat berada di rumah. Karena itulah percuma jika aku pulang," ucap Sean tiba-tiba membuka membuka matanya membuat Liona mati kutu karena ketahuan tengah memandanginya.
Tapi tiba-tiba kepala Liona seperti mendapat hantaman batu besar, membuatnya menyadari sesuatu.
"Ku akui kau tampan. Ku akui jika semua wanita memuja dan mengagumimu. Dengan mudah kau bisa dapatkan wanita manapun dengan mudah menggunakan wajah tampanmu ini, Sean. Tapi, kumohon. Jangan menjadikanku salah satu mainanmu, Sean," ucap Liona membuat Sean bangun dari posisi berbaringnya.
"Apa yang kau bicarakan? Aku tidak seperti itu, Liona," ucap Sean mencoba meyakinkan Liona.
Liona lalu berdiri dari duduknya dan berjalan beberapa langkah menjauhi Sean.
"Setelah kau merayunya dan membuatnya jatuh ke pelukanmu, kau akan mencampakannya begitu saja, kan," ucap Liona pelan, tapi Sean masih bisa mendengarnya meski Liona tengah memunggunginya sekarang.
"Liona, dengarkan aku dulu," ucap Sean setelah bangun dari duduknya lalu berjalan ke arah Liona dan memutar tubuh Liona untuk menghadapnya.
Liona menyentak kasar tangan Sean yang memegang pundaknya.
"Aku tidak mempunyai niat sama sekali untuk mempermainkanmu, Liona. Jika kau anggap semua yang kukatakan tadi hanyalah omong kosong belaka, kau salah. Aku hanya sekali mengatakan hal seperti itu, dan itu hanya padamu. Dan kemarin malam adalah pertama kalinya aku mengobati orang. Dan aku melakukannya hanya untukmu. Bahkan aku tidak pernah melakukan itu pada ibuku," ucap Sean sengaja memberi jeda lalu ia merogoh saku celana jeansnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Win, Baby ✔ [Warren Series #1]
Storie d'amoreLiona Frezmith adalah wanita sebatang kara yang mengalami kemalangan silih berganti setelah bertemu dengan Sean Warren yang ternyata mendekatinya atas perintah ayahnya untuk membalaskan dendamnya kepada mendiang orang tua Liona. * * * Sepeninggal k...
Wattpad Original
Ada 1 bab gratis lagi