Chapter 2

524 43 3
                                    

Author Pov's

Minseok mendapati Dahyun termenung di jembatan dengan headset yang menyumpal kedua telinga. Hanya itu yang ia bisa lihat dibawah sinar bulan malam ini.
"Haaa benda itu akan merusak telinga kelincimu" ucap Minseok sembari melepas headset dari kedua telinga Dahyun.
"Cepat sekali." kata Dahyun yang tak bertenaga, ini pertama kali bagi Minseok melihat Dahyun tak seceria biasanya, kecuali karna nilainya yang buruk.
"Nah, katakanlah sekarang"
"..."
Dahyun diam seribu bahasa, ia memeluk Minseok, hal itu tentu membuat Minseok bingung apa yang sedang terjadi.
"Minseok-ah aku harus bagaimana?" akhirnya Dahyun berbicara namun Minseok mendengar isakan tangis juga.
"Hey ada apa denganmu? mengapa kau seperti ini?" tanya Minseok yang berusaha melepas pelukan Dahyun untuk menatap wajahnya namun usahanya sia-sia. Dahyun malah semakain merapatkan kepalanya.
Minseok yang mengerti situasinya pun ia berusaha menenangkan Dahyun dengan mengelus kepala Dahyun.
"Kelinci apa yang memanggilku malam-malam hanya untuk menyuruhku mendengarkan tangisanmu, aishh..."
canda Minseok
1 menit...
2 menit...
10 menit berlalu akhirnya tangis Dahyun padam.
"Minseok-ah..."  Dahyun buka suara
"Hmm?" balas Minseok yang masih mendekap Dahyun
"Jaehyun memutuskan ku..." ucap Dahyun lirik
Spontan Minseok melepaskan Dahyun karena ia tak percaya apa yang baru saja terucap dari bibir sahabatnya.
"Apa maksudmu? Jaehyun? ia memutuskanmu? apa maksudmu?" tanya Minseok yang masih belum mengerti apa maksud Dahyun. Mata Minseok sedikit memerah saat ia marah. Melihat hal itu Dahyun mundur beberapa langkah.
"Minseok berjanjilah untuk tidak marah atau menjauhiku atau yang lebih buruk berhenti menjadi sahabatku...
.
.
aku selama ini menjalin hubungan dengan Jaehyun dan ia baru memutuskanku kemarin"
Dahyun menjelaskan semuanya dan itu membuatnya sedikit tenang.
Amarah Minseok tak bisa ia bendung lagi, ia tak percaya, bagaimana bisa sahabat hidupnya membohonginya.
"Kenapa kau menyembunyikannya dariku, aku pikir kita sahabat, tapi kau dengan seenaknya menjalin hubungan dengan orang lain tanpa memberitahuku, inikah yang kau anggap sahabat hidupmu?"
Minseok yang dipenuhi amarah dan juga banyak pertanyaan itu semakin menakutkan bagi Dahyun, ia tak pernah melihat Minseok mengamuk sebelumnya

"Maafkan aku, sebenarnya aku ingin memberitahumu tapi, Jaehyun melarangku untuk memberitahu siapapun tentang ini dan-" ucapan Dahyun terputus
"Kau menghianati sahabatmu demi janji manis dari si brengsek itu, sekarang apa? lihat yang ia perbuat, ia rela meninggalkanmu demi wanita jalang di luar sana" sela Minseok
Dahyun yang masih berusaha menopang badannya yang gemetar dan semakin menjauhi Minseok kembali terisak.
"Kau tau berapa lama aku menunggumu? kau bahkan tak tau perasaan sahabatmu, aku berusaha sabar dan menunggu waktu yang pas untuk mengungkapkannya dan kau -... ah sudahlah, aku muak dengan mu, mungkin persahabatan kita cukup sampai disini!" Minseok dengan amarahanya pergi meninggalkan Dahyun

Dahyun Pov's

Deg...

apa aku tak salah dengar apa yang baru saja ia ucapkan, perasaan?
Tidak mungkin, kami hanya sebatas sahabat, tidak lebih. Ia sangat marah mengetahui hubunganku dengan Jaehyun. Pertama kali aku melihat Minseok semarah itu, mengerikan sekali, apakah itu berarti ia mengatakan yang sebenarnya.
Aku masih terpaku di jembatan malam itu, mencerna semua yang ia lontarkan padaku

###

"Hyun-ah sudah jam berapa ini? apakah kau tidak sekolah? ini sudah jam 7" suara ibu membangunkanku di pagi ini.
aku pun loncat dari tempat tidurku dan segera bersiap mengingat sejam lagi gerbang sekolahku akan ditutup. Aku tak ingin menghancurkan menara rekorku di tahun terakhirku yang sudah hampir 3 tahun aku tak pernah melanggar aturan sekolah.
aku menuruni anak tangga dengan cepat, "astaga, kenapa kau cepat sekali, ini masih jam 6" kata ayahku
"hah? jam 6, bukannya inu jam tu-" kataku sambil melihat jam dinding dibruang makan
"ibu! kau membohongiku" ucapku kesal
"haha maaf maaf, sini turun sarapan sambil ibu perbaiki tatanan rambutmu" aku pun mengambil kursi di sebrang ayahku dan mengisi perutku.
"Hyun-ah kau sudah kelas 3 SMA tapi masih saja belum bisa mengatur rambutmu" tegur ibu sambil mengepang rambutku.
"Habisnya ibu tadi membohingiku" jawabku disela-sela makan
"Oh apa ini, mengapa putri kesayangan ayah, ada apa dengan matamu, tuan putri? apa yang kau tangisi semalam?" ucapan ayahku baru saja mengingatkanku kejadian semalam.
Sontak aku berdiri dan mengambil tasku lalu pergi meninggalkan ruang makan.
Jalan terasa sepi tanpa Minseok yang biasanya menemaniku berngkat dan pulang sekolah.
'puk'
tiba-tiba ada yang menepuk pundakku, Minseok? ia sudah tak marah?
namun saat aku menoleh aku mendapati temanku, Yeri yang ternyata mengikutiku sejak tadi.
"tumben kau berangkat sendiri, mana Minseok?" tanyanya
"umm dia kesiangan jadi aku berangkat duluan" oh tidak aku berbohong
"begitukah? tapi, aku ingin menanyakan sesuatu"
"hmm?"
"kau dan Minseok hanya bersahabatkan, tidak lebih"
"hmm"aku mengangguk
"kalau begitu bantu aku ya untuk jadian dengannya, aku sangat menyukainya sejak lama"

deg

apa ini? ada yang tak beres,mengapa aku marah, ini aneh. batinku
"tentu saja aku akan membantumu" jawabku ragu.
sepanjang jalan aku terus terdiam dan memikirkan apa yang baru saja terjadi.
"oh lihat! Minseok sudah sampai, katanya ia kesiangan, kau berbohong" kata Yeri yang mengagetkanku.
benar saja aku mendapatinya di depan gerbang sekolah namun saat aku hendak menyapanya ia malah buang muka.
Mati aku...
.
.
.
.
Sorry agak lama update nya hehe? Gimana? Bagus g? Mau lanjut? Komen n vote yaaa

Melted Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang