Ps : ini bukan cerpen. Ceritanya lumayan panjang
......
Kau tahu? Terkadang kau tak boleh terlalu yakin dengan temanmu, Yah, atau mungkin hanya aku saja yang mengalami ini, bagaimanapun aku tak bisa memendam ini sendiri, harus kuceritakan, mengapa satu desa tenggelam pada saat itu, mengapa satu desa tak berpenghuni saat itu. Kumohon baca lah ceritaku ini, mungkin aku akan sedikit lega jika salah satu dari orang luar mengetahui hal ini, mungkin cerita ini sedikit panjang, tetapi ini lebih baik daripada tak ada yang tahu misteri hilangnya penghuni desa itu.
...
Saat itu, aku bersekolah di salah satu sekolah negeri terfavorit, tadinya begitu sebelum anak ini datang. Ia seorang gadis yang sangat cantik, bibirnya kecil, memiliki kesan imut, ia tak mempunyai lesung pipit, matanya bulat, indah menggantung hidungnya yang sempurna, Lihatlah ia terlihat sangat sempurna.
Namun tubuhnya sangat kurus, ia tak mempunyai dada besar seperti kebanyakan anak seumurannya. Oh dan aku nyaris lupa, ia duduk dibangku sekolah menengah, sama sepertiku. Aku sangat menyukainya saat ia pertama kali melenggang masuk kedalam kelas ku, maksudku kelas tempat aku belajar tentunya. Omong - omong, aku seorang perempuan yang tak memiliki banyak teman, mereka hanya sesekali bermain denganku saat mereka pun tak ada teman bermain selain aku. Aku perempuan aneh menurut mereka. Mengapa? Sebenarnya itu yang selalu ingin kutanyakan pada teman sekelasku, ah, teman satu sekolahku tepatnya, karena hampir satu sekolah menganggapku begitu.
Kembali lagi, gadis ini bukan hanya menarik perhatianku, tetapi semua yang ada dikelas. Saat ia perkenalkan dirinya, semua orang tersenyum padanya, yang jantan berusaha mencari perhatian, yang betina berlomba memperkenalkan diri. Omong - omong dia memang seorang anak baru saat itu. Oh aku? Aku tak tahu. Tepatnya lupa apa yang kulakukan saat itu, yang jelas, entah karena aku tak bereaksi apa - apa padanya atau ia mencari tempat duduk kosong, -aku duduk sendirian, kupikir kau tahu mengapa begitu- Ia mendekatiku, tersenyum lantas duduk disebelah kananku. Mendekatkan kepalanya pada kupingku, ia berkata, "Mereka menggiurkan, bukan?"
Belakangan aku tahu maksud dari ucapannya.
###
Saat itu aku cukup dekat dengan nya. Selain karena ia satu bangku denganku, ia memang gadis baik yang terbuka, kau tahu, andai saja kau berteman dengannya, kau bisa melihat ia sempurna, pelajaran? Sekolah? Hei! Ia bahkan menjadi ketua murid sebulan setelah menjadi anak baru. Sangat sempurna. Tadinya kupikir begitu, tak ada manusia yang sempurna, bukan?
Aku tahu ini sedikit pribadi, tapi mulai dari saat itu, aku sedikit iri padanya. Meski ia menyenangkan dan begitu baik, aku selalu iri, aku sudah gelap mata hingga mencari sisi buruk dalam dirinya. Untuk apa? Akupun tak tahu. Membuka aib nya? Aku tak seburuk yang kau pikir.
Hingga saat itu aku menemukannya. Sisi buruk dalam dirinya. Namun ini benar - benar buruk. Aku bukannya akan membuka aibnya pada kalian, tetapi ia sendiri yang menyuruhku menulis cerita singkat ini.
Saat itu aku sedang mencarinya. Ia berjanji padaku akan pulang sekolah bersama karena ada sesuatu yang ingin ia bicarakan. Namun aku tak kunjung menemukannya. Sampai aku merasa seseorang menabrak - ku. Ia sepertinya berusia tiga sampai lima tahun. Bocah lelaki itu benar benar terlihat pucat pasi. Bibirnya seperti hendak mengatakan sesuatu, namun aku tak mengerti apa yang ia bicarakan. Aku mendekatinya dan memegang lembut bahu nya, kau tahu, sangat lembut malah, namun ia mengerang, tubuhnya menegang, "Mengapa? Ada apa denganmu?" Pertanyaanku hanya dibalas erangan lebih kencang. "Kau sama seperti nya! Aku tahu kau orang yang selalu bersamanya! Kau juga akan men-,"
Kalimatnya terpotong saat terdengar seseorang memanggil namaku, bocah itu melarikan diri sambil berseru, "Dia!"Aku menoleh pada seseorang yang memanggilku. "Beatrice?" Ya. Itu nama anak baru yang duduk di sebelah ku -tepatnya anak satu tahun yang lalu-. Ia hanya melongokan kepalanya dari dinding sekolah.
"Hai May,"
Aku tak tahu telah mengatakan ini atau belum, namaku May.
"Senang bertemu denganmu." Beatrice ini memang begitu. "Sedang apa kau disini?" Aku mendekatinya, semakin dekat semakin jelas wajah cantiknya itu -di sekitar mulutnya- kutemukan saus pasta. Ia tak menjawab, aku juga tak menuntut jawaban karena bel berdentang nyaring. Lantas ia menarik lenganku menjauh dari sana menuju kelas kami.
"Makanan disini enak enak!" Ia berkata sambil tersenyum sumringah. Seenak itukah?
"Oh ya? Mana kutahu, aku selalu membawa bekal dari rumah. Kau melupakan saus pasta di pipimu."
Ia mengulas pipinya, "Oh Damn! Terima kasih, hampir saja ketahuan," Tertawa -lagi "Lain kali kau harus mencobanya, saus pasta yang sangat banyak dengan daging lezat dan tulang renyah, namun pada semua makanan pun aku tak suka pada rambut."
Aku mengangkat alis, toh aku sudah kenyang, mana peduli?
Tunggu, daging? Rambut?
"Kau makan di tempat pembuangan? Tadi kau di tempat pembuangan kan? Karena jalan itu jalan buntu kau tidak bisa mengelak kau makan di tempat pembuangan!"
Beatrice tertawa. "tenanglah May, kau bahkan tak tahu apa yang kumakan."
Ia menjelaskan. Aku menangis.
**
Bersambung..
KAMU SEDANG MEMBACA
Bedtime Story
HorrorAku suka bercerita. Dan akan lebih baik kau membaca ceritaku dimalam hari untuk pengantar tidurmu. Siapa yang tahu tidurmu akan lebih nyenyak dengan ceritaku.