chapter 3

31 2 0
                                    

"Youre dad ... He was get married with a slut three month ago..."

ungkapan mom membuatnya tak lagi dapat menahan tangisnya.

Aku tidak percaya. Bagaimana bisa figur ayah yang selama aku kagumi hanya tipuan semata? Lalu kenapa ia mencari wanita lain sedangkan mom disini sudah melengkapinya?

Aku sangat tidak ingin mempercayai hal itu namun itu adalah kebenarannya. Aku ingin menangis tapi ku tahan, mom yang lebih membutuhkan menangis sekarang dan aku yang akan menenangkannya.

"Jadi dimana pria itu sekarang?" tanyaku pada mom yang pastinya ia mengerti dengan kata 'pria' yang kugunakan untuk memanggil dad.

"Dia sedang honeymoon with that slut dan pastinya tidak akan kembali pada kita karena ia sudah mengambil barang-barangnya dari rumah" jelas mom.

"Okey mom, sekarang kita akan mulai hidup yang baru dimana hanya ada aku dan mom, kita akan baik-baik saja aku janji "

"Sebaiknya kau beristirahat mom, aku akan membuatkanmu camomile" lanjutku dan mom menurut lalu memasuki kamarnya sedangkan aku ke dapur dan membuat camomile dengan harapan bisa membaut mom lebih relaks.

"Sial, kenapa masalah datang bersamaaan" gerutuku dan membawa nampan yang berisi gelas teh camomile itu kekamar mom.

Aku membuka pintu kamar mom dengan perlahan dan tampak jika mom sedang melamun. Aku tau jika itu sangat berat bagi mom apalagi mom sangat mencintai daddy, aku juga sangat merasa kehilangan.

Aku memberi mom gelas tersebut "Minum ini mom, aku harap kau beristirahat seperti yang kukatakan tadi dan masalah ini kita selesaikan nanti saat keadaanmu baik" setelah itu aku memeluk mom yang bahkan kini tidak balas memelukku seperti biasanya.

Daripada aku ikutan menangis yang akan menambahkan keadaan menjadi buruk lebih baik jika aku keluar saja, mencari udara segar mungkin.

Aku melepas pelukanku pada mom dan pamit ingin keluar sebentar dengan alasan ingin membeli beberapa makanan.

Berjalan menuruni tangga, aku mengambil coat ku lalu pergi berjalan kaki menuju supermarket yang berada diujung persimpangan. Dalam hati rasanya aku berteriak namun saat aku ingin bersuara tidak ada satupun teriakkan yang keluar dan rasanya sungguh mencekikku erat.

Oh tidak, air mata ini tanpa disadari sudah memenuhi pelupuk mataku, aku segera mengahapusnya. Cuaca hari ini mendukung kesedihanku karena awan terlihat ingin meneteskan airnya juga.

Aku berjalan dengan cepat dan sampai ke dalam market tersebut, mengambil roti dan selai kacang aku segera mengantri di kasir.

Slut! Uh karena seorang pelacur, keluargaku menjadi berantakan! Kenapa harus ada pihak ketiga dalam suatu hubungan??

"Hei nona, ini giliranmu jika kau belum mau biar aku menduluimu" sahut seorang pria dibelakangku yang tampaknya beberapa tahun lebih tua dariku.

"Maaf" ucapku pada pria itu dan segera membayar belanjaanku dan segera keluar dari market itu, namun keadaan tidak mendukung, karena melamun tadi aku bahkan tidak menyadari jika sudah giliranku dan hujan sudah deras sejak tadi. Malas rasanya pergi kedalam untuk membeli payung, apalagi mengantri.

"Huh" helaku berat dan memeluk kertas tasku dengan erat berharap dapat mengusir dinginnya hujan.

Seseorang keluar dari market, aku tau karena ada lonceng yang berbunyi jika pintunya tertarik. Tak peduli dengan yang lain, aku hanya ingin menikmati suara hujan ini dan bau hujan yang menenangkan.

"Nona, tampaknya kau menyukai hujan" sahut seseorang disampingku yang membuatku terkejut.

Pria, ya dia adalah pria tadi yang mengantri dibelakangku. Aku meliriknya bahkan menatapnya secara terang-terangan. Ia terlihat dewasa sekali dengan perawakan yang tidak terlalu tampan namun jiwa prianya menguar, apalagi badan tingginya yang membuatku merasa kecil.

"Hujan ini sedikit menenangkan hati dan pikiranku" jawabku jujur.

Ia bergerak membuatku refleks menatapnya. Ia sedang bersedekap tangan walau masih memegang kertas tas belanjaannya, lalu ia menatapku dan memberiku senyuman manis seolah memberiku semangat.

"Bagaimana bisa gadis kecil seperti mempunyai masalah yang besar nona?" tanyanya yang menurutku sangat sopan sekali.

Aku tersenyum kecut, "Jika ada seorang yang tidak pernah mempunyai masalah maka tunjukkan padaku, aku yakin jika setiap orang pasti memiliki masalah. Mungkin setiap orang punya masalah yang berbeda dan berat menurut kesanggupan menahan beban masing-masing. Tapi aku saat ini lemah, aku merasa tak berguna dan kesepian. Satu-satunya orang yang kuanggap tidak akan pernah menyakitiku ternyata akhirnya menyakitiku bahkan orang yang sangat ingin kulihat senyumnya, disakitinya juga... Itu sangat menusuk, bahkan tangis pun susah ku keluarkan agar tetap tegar" tanpa sadar aku memberitahunya semua perasaanku walau aku tidak menyesal karena aku merasa lega saat ini.

Aku melihat pria itu yang kini menatap kasihan padaku, "Aku minta maaf karena sok kenal denganmu" sambungku dan kembali menunduk.

"Jujur, aku tak pernah mendengar seorang gadis kecil sepertimu berkata sangat mendalam seperti itu" ungkapnya dan aku menatapnya kembali merasa terpaku namun seolah bertanya 'apakah benar?'

"Aku tidak berkata bohong, aku pembohong yang buruk jika kau ingin tau" hiburnya yang mengundang kekehanku.

Aku tersenyum padanya "Terima lasih karena telah menghiburku tuan" pria itu membalas dengan senyuman juga.

Pria itu berjalan kebelakang, mengambil payungnya yang berada dekat pintu market dan memayungkanku bersamanya.

"Ayo, kuantar kau pulang" ucapnya dan aku tentunya menolak, payungnya itu tidak besar dan jika ia mengantarku mungkin ia akan kebasahan, aku juga tidak ingin merepotkannya lagi.

Aku mendorong payungnya dengan pelan kepadanya, "Aku akan menunggu hujan reda, aku tidak ingin merepotkanmu" jelasku dan semakin memeluk belanjaanku karena angin dingin ini mulai mengusikku.

Pria tersebut memberikan payung itu padaku dengan meletakkan tangkai payung itu ke tanganku.

"Kau lebih membutuhkannya. Kau yang telah memahan masalahmu sendiri itu adalah sebuah ketangguhan yang luar biasa dan aku ingin memberimu payung ini agar kau tau, bahwa kau juga membutuhkan seseorang yang akan mendengar keluh-kesahmu dan melindungimu. Kau juga butuh dilindungi, tidak harus melindungi terus karena kau akan jatuh jika kau sendiri. Aku pamit, semoga kita bertemu lagi dan ingatlah semangat!"

Ucap pria itu dan berlari menembus hujan dan akhirnya tak tampak lagi. Bagiku dia adalah seorang penyelamatku, aku bingung ingin berkata seperti apa tapi dia benar-benar istimewa. Aku ingin bertemunya lagi segera dan kuharap secepatnya.

Setelah itu aku pergi meninggalkan market itu dengan membawa payung pemberian seorang pria penyelamat.

Vomment and sorry for typo ..

Teaching NeighborsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang