Mr. and Mrs. Watermelon

222 30 10
                                    

Seorang gadis mungil segera berhambur ke pelukan Leo kala pintu terbuka. Sepasang lengan kurusnya melingkar erat di pinggang pria Jung bertubuh jangkung itu, meluapkan segala perasaan rindu yang telah keduanya pendam selama dua bulan belakangan. Sebuah kurva tercipta di paras Leo. Sebelah tangannya terangkat mengusak lembut surai gadisnya yang kini dicat warna hitam seperti miliknya sebelum akhirnya ia membalas pelukan Irene.

"How are you today, Baby?" ujarnya lembut ditambah sebuah kecupan pelan di puncak kepala gadisnya. Dapat ia rasakan rengkuhan Irene mengendur dan gadis itu mundur beberapa langkah dengan kepala masih tertunduk. Beberapa sekon kemudian sebuah helaan napas terdengar dari bibir tipisnya.

"Not really good."

Kontan saja sebuah kerutan tercipta di kening Leo. Sebelah tangannya yang tidak tersampir di pinggang Irene, mengangkat dagu gadis Bae itu perlahan hingga manik kelamnya bertemu dengan raut lelah Irene yang masih tampak cantik kendati tidak mengenakan make up.

"What's happen, Irene?"

"Just because."

Mengerti, Leo bergerak menutup pintu apartemen Irene dan lantas merangkul pundak mungil gadis itu ke ruang tamu. Ia lebih dulu menjatuhkan diri di atas sofa beludru Irene sebelum kemudian menarik tangan gadisnya, mengisyaratkan Irene untuk mendudukkan diri di sebelahnya. Menurut, Irene segera menempatkan bokongnya di sebelah Leo yang menyambutnya dengan kedua lengan terbuka lebar. Irene melingkarkan kedua lengannya kembali di pinggang Leo, membiarkan tubuh mungilnya tenggelam di dalam rengkuhan lengan kokoh Leo. Jung Leo selalu tahu apa yang Irene butuhkan di saat seperti ini, yaitu berpelukan erat satu sama lain dalam keheningan, entah untuk sementara atau beberapa jam berikutnya. Dada bidang Leo adalah tempat beristirahat paling nyaman bagi Irene ketika rasa lelah dengan rutinitas sebagai idol menderanya.

Setelah membiarkan Irene mengunci rapat-rapat mulutnya selama lima belas menit, Leo akhirnya mulai bersuara. "Sekarang ceritakan padaku apa yang terjadi, Irene?"

"Entahlah," jawab Irene, masih mempertahankan posisinya bersandar di dada bidang Leo. "Aku hanya merasa lelah."

Dapat Irene rasakan dagu Leo bergerak di ubun-ubunnya saat pria Jung itu mengangguk perlahan. "Yeah, comeback-mu sebentar lagi, bukan?"

Sekarang Leo yang merasa agak geli saat kepala Irene bergerak—mengangguk perlahan—di dadanya. "Tapi lebih dari itu, rasa rindu ini lebih melelahkanku, Leo."

Belum sempat neuron Leo dapat mencerna maksud perkataan Irene barusan, gadis Bae itu sudah lebih dulu menengadahkan wajahnya. Buat Leo dapat leluasa memandangi paras cantik tanpa celanya yang hanya berjarak beberapa senti.

"Aku sangat merindukanmu dan itu membuatku gila."

"Hmmpphh..."

"Kenapa kau tertawa?" Irene mengerut bingung. Ini bukan reaksi yang ia harapkan. "Aku serius Jung Taek—"

Ia tak melanjutkan protesnya karena Leo sudah lebih dulu melabuhkan satu kecupan kilat di bibir peach-nya.

"Kalau kau gila, mungkin aku sudah jadi salah satu pasien rumah sakit jiwa saat ini," pria Jung itu berujar dengan smirk terpeta di bibir. "Kau lebih membuatku gila, Bae Irene. Dan aku adalah orang yang paling merindukanmu dari apapun."

Leo kembali memajukan wajahnya. Mempertemukan kedua belah bibir mereka, memagut Irene perlahan dan penuh kasih sayang. Seakan hal itu dapat menyalurkan perasaan rindunya yang sudah tertahan sejak ia melangkahkan kakinya keluar dorm menuju apartemen Irene. Hilang sudah niat gadis Bae itu untuk merajuk. Ia hanya bisa memejamkan matanya seraya membalas ciuman Leo yang selalu sukses membuat jantungnya berdebar kendati mereka sudah menjalin hubungan 2 tahun lamanya.

LEORENE - Leo and IreneWhere stories live. Discover now