04. PDKT Tahap Selanjutnya

6.2K 785 14
                                    



Hai Gengs! 

Gimana hari Jum'atnya? 

Besok udah weekend aja dan udah akhir bulan juga. 

Udah mau oktober lagi, berarti udah lima tahun sejak pertama kali aku publish cerita ini. 

Dulu aku masih 21 sekarang udah mau 26. 

Waktu memang secepat itu ya. 

Semoga kalian menikmati ceritanya. 

Happy Reading ^^

**** 


Theo mengantar Raisa sampai rumahnya dengan selamat, sepanjang jalan Theo berusaha mengorek informasi dari sumbernya langsung, tapi Raisha tidak mudah membuka tentang dirinya. Beberapa pertanyaan yang Theo lontarkan berakhir dengan jawaban iya ataupun tidak, parahnya Raisha bahkan tidak menjawab, karena pertanyaan Theo tidak sampai di telinga Raisha dengan baik.

"Ini kuncinya," ujar Theo sambil memberikan kunci motor kepada Raisha.

"Makasih ya Kak, terus Kak Theo baliknya gimana?"

"Ah tadi udah bilang Haikal untuk bawa motor gue ke sini."

Raisha mengangguk mengerti, lalu dia merasa jika ada yang terlewat. "Emangnya Haikal tau rumahku?"

Theo memukul kepalanya. "Kok gue goblok ya, gue sharelock deh." Theo mengeluarkan ponselnya lalu mengirim lokasinya pada adik sepupunya.

"Anu kak, mau nunggu Haikalnya di dalam? Soalnya di luar panas."

"Nggak usah, nanti ngerepotin lo lagi. Apalagi kayanya rumah lo sepi banget, takut fitnah," tolak Theo dengan berbagai alasan, padahal itu hanyalah pura-pura untuk memberikan kesan baik pada Raisha.

"Iya juga sih, rumahku lagi kosong udah tiga hari Bunda nggak pulang." Raisha sedikit setuju dengan kata-kata Theo. "Ah, kalau di teras aja kayanya nggak apa-apa deh."

"Bolehlah kalau begitu."

Raisha mempersilahkan Theo masuk ke pekarangan rumahnya, Rumah Raisha tidak terlalu besar, bahkan terlihat seperti bangunan tua, tapi terlihat begitu asri. Bunga-bunga yang ada di halaman depan juga terlihat sangat terawat.

"Kak, mau minum apa?"

"Apa aja deh."

"Bentar ya."

Theo menatap punggung Raisha yang kemudian lenyap di balik pintu, lalu perhatiannya teralih pada seokor kucing yang mendekatinya. Kucing itu hanya kucing domestik, tapi tubuhnya gempal. Di lehernya ada yang dengan inisial R, rupanya kucing itu cukup menyukai Theo, terlihat dari si kucing yang tak menolak belaian dari Theo.

"Lucu banget sih!" gumamnya, dia terlihat gemas dengan tingkah si kucing.

Raisha tersenyum tipis melihat interaksi Theo dan Ruru—kucingnya. "Kak, minumnya," ujar Raisha yang membuat Theo langsung merubah ekspresi wajahnya.

"Makasih Sha," ucapnya.

"Kak Theo suka kucing?"

"Sedikit."

"Tapi kayanya Ruru suka sama kamu deh."

"Ruru?"

"Ah, nama kucingku."

Innocent Bad Boy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang