05. Hallo pacar!

6.2K 878 30
                                    

Haii Gengs!!! 

I'm Back! 

Kangen aku nggak??? 

Semoga cerita ini bisa menemani malam minggu kalian. 

Happy Reading^^ 

*** 

Bumi seolah berhenti berputar, ketika Raisha mendengar kata-kata Theo. Raisha bahkan berpikir jika ada masalah pada pendengarannya. Mereka bahkan baru berkenalan kemarin, bukankah ajakan untuk pacaran itu sedikit gila.

"Kakak bilang apa?" Raisha ingin memastikan jika memang telinganya yang bermasalah.

"Jadi pacar gue, biar gue ada alasan untuk berbuat baik sama lo."

"Kayanya kuping aku bermasalah deh Kak."

Theo langsung terlihat panik, dia langsung memiringkan kepala Raisha ke kanan dan ke kiri untuk melihat telinga gadis itu. "Telinga lo sakit, perlu ke dokter?"

"Nggak sakit, cuma pendengaran aku kaya aneh."

"Emang lo dengar apa?"

Raisha gugup, mustahil dia mengatakan apa yang dia dengar, jika salah malunya itu nggak akan habis satu semester. "Bukan apa-apa kok, kayanya aku harus buru-buru ke kelas. Aku piket soalnya." Raisha membuat alasan untuk bisa segera pergi.

Theo "Bentar, pertanyaan gue belum lo jawab."

"Yang mana ya kak?"

"Lo mau nggak jadi pacar gue Raisha Ayudia Lesmana?"

"Ah kayanya bukan telinga aku yang bermasalah, kayanya pikiran Kak Theo deh yang bermasalah. Aku ke kelas dulu ya, nanti kita bicara lagi kalau kakak udah lebih tenang," ujarnya lalu meninggalkan Theo yang mematung. Pertama kali dalam hidupnya dia ditolak oleh seorang wanita.

Suara cekikikan langsung menggema di area parkiran, teman-temannya yang laknat itu terlihat sangat bahagia melihat Theo ditolak begitu saja oleh Raisha. Mereka yang bersembunyi untuk mengawasi apa yang Theo lakukan, tidak menyangka akan mendapatkan momen langka seperti ini. Momen yang mungkin tidak akan terulang kembali.

"Sumpah, harusnya tadi kita rekam. Pasti fyp deh di toktok," celetuk Dikta yang tertawa paling keras.

"Bener banget, momen langka sial banget nggak ke rekam."

"Puas kalian?"

"Banget!!!" jawab mereka bersama yang diiringi oleh tawa mereka yang membuat wajah Theo semakin tidak enak di lihat.

"Lihat aja, dia pasti gue jadikan pacar. Jangan panggil gue Theo kalau gue nggak bisa dapatin dia." Kali ini Theo benar-benar bertekad, karena harga dirinya benar-benar dipertaruhkan kali ini.

***

Di tengah lapangan voli Raisha dan beberapa anak kelasnya terlihat sibuk mengumpulkan bola-bola yang baru mereka gunakan untuk olahraga. Namun perhatiannya teralih pada pasangan mantan pacarnya dan pacar barunya. Masih ada perasaan mengganjal saat melihat mereka berdua. Meskipun hubungannya dan cowok itu sudah selesai, tapi tetap saja masih ada luka dan perasaan yang tersisa, hingga tanpa sadar dia terus menatap mereka.

"Sayang ...," ucap gadis dengan baju yang seragam yang cukup ketat.

Sungguh, mendengar itu, Raisha rasanya ingin muntah. Mungkin lebih tepatnya dia ingin menjambak, bahkan jika bisa meremas wajah sok manja gadis itu. Namun semua itu hanya ada dalam imajinasinya. Dia masih cukup waras untuk tidak menjadi pelaku kekerasan sekolah. Lagipula dia cukup sadar posisinya.

"Sayang," ucap gadis itu lagi.

"Kenapa?" tanya anak laki-laki singkat. Ya, selama beberapa bulan menyandang status kekasih dari laki-laki itu, dia memang irit bicara, bahkan jika irit bicara bisa membuat seseorang menjadi kaya, dia sudah menjadi salah satu dari deretan orang terkaya di negara ini.

Innocent Bad Boy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang