Hai Gengs!
Aku tau kalian kangen aku kan, ngaku aja soalnya aku maksa hehe.
Tapi aku updatenya nggak terpaksa kok. Semoga kalian suka.
Happy reading.
****
Pagi ini Theo bangun lebih awal, mungkin lebih tepatnya jika dia memang tidak tidur semalaman. Setelah pulang dari rumah peramal itu, matanya enggan untuk terpejam. Dia terus memikirkan solusi lain untuk terbebas dari sumpah sialan yang diucapkannya secara spontan. Namun mengajak seseorang untuk berpacaran bukan hal yang mudah, ya meskipun bermodalkan ketampanannya itu sudah cukup untuk menjadikan gadis-gadis di sekolahnya menjadi pacarnya, tapi jika harus gadis sepertinya tidak akan mudah. Terlebih, gadis itu mungkin saja tidak tahu jika ada makhluk tampan sepertinya yang beberapa hari ini mengawasinya diam-diam.
"Sial!" umpatnya sambil mengacak rambutnya.
"Bang, lo brisik!" ujar Haikal yang masih terlelap. Ya, anak itu memang lebih sering menginap di rumah Theo, dibandingkan tidur di rumahnya sendiri.
Theo melempar guling ke arah Haikal. "Bangun goblok! Udah pagi." Kemudian dia meninggalkan Haikal yang masih enggan untuk bangun.
Rumah besar yang nyaris tak berpenghuni itu, masih begitu hening. Hanya ada beberapa pekerja yang sudah mulai membersihkan rumah itu. Bahkan karena terlalu sepi, langkah kakinya terdengar menggema.
"Pagi den, apa yang Den Theo butuhkan?" tanya wanita paruh baya yang sedang memasak di dapur.
"Enggak bik, saya cuma mau ambil air putih kok," jawabnya sambil menunjukan botol air mineral yang baru diambil dari kulkas, lalu pergi meninggalkan dapur.
Saat kembali ke kamarnya, Haikal ternyata sudah terbangun, dia sedang melakukan peregangan di balkon kamar Theo. "Udah bangun?" tanya Theo yang terdengar sangat basi.
"Habisnya lo brisik! Orang minggu juga, tumben-tumbenan lo udah bangun. Biasanya juga nanti jam dua belas."
"Nggak bisa tidur gue."
"Mikirin yang semalam?" Theo mengangguk. "Gimana kalau lo tembak Raisha? Ah kayanya susah sih."
"Kalau saja bukan dia, pasti akan lebih mudah."
"Eh mulai pdkt dulu, iya kali seorang Mattheo nggak bisa naklukin cewek, bisa-bisa gelar internasional playboy dicabut."
"Gue juga tahu kalau itu."
"Gini aja bang, kemarin gue nggak sengaja dengar Raisha mau ke Gramedia yang deket sekolah hari ini. Gimana kalau kita bikin skenario nggak sengaja ketemu di sana?"
Theo memikirkan ide yang diberikan oleh adik sepupunya. "Boleh juga."
***
Bersama dengan Haikal, Theo menjalankan skenario yang sudah dia susun, untuk pertama kalinya seorang Mattheo Wiranagara menginjakkan kakinya di toko buku. Baginya buku sama sekali tidak memiliki pesona sama sekali. Namun demi mendapatkan hati Raisha, dia rela datang, bahkan dari toko itu baru dibuka. Tidak terhitung berapa kali dia berkeliling mengitari rak-rak buku, hanya untuk menciptakan momen pertemuan kebetulan. Walaupun untuk kasusnya adalah kebetulan yang dia sengaja. Theo bahkan berakting membaca buku yang sama sekali dia tidak paham isinya, meskipun dia sudah berusaha memahami setiap kata dengan seksama, yang membuat dia sadar jika dia memang tidak cocok dengan benda bernama buku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Innocent Bad Boy
Teen FictionAkibat sebuah sumpah asal yang kebetulan diaminkan oleh semesta, Matheo Wiranagara cowok bertitel internasional playboy, harus memacari Raisha cewek paling aneh menurutnya untuk membuang sial. **** Dari pertaruhan asal, Matheo dan Dikta hidup Mathe...