Chapter 3

2.3K 321 26
                                    

Tas ransel besar dipunggungnya dengan kamera yang sudah seperti benda wajib tak lepas dari leher Seokjin, hari ini ia akan melakukan perjalanan pertamanya sebagai seorang fotografer meski ia belum lulus dari kampusnya.

Crek!

Crek!

Crek!

"waa... kalian sangat indah hari ini, apa oppa sudah memberi kalian makan?"

"Tentu saja" Jawab seseorang mengagetkan Jin.

Jin sedang bediri di depan toko bunga kesukaanya, selain karena bunga-bunganya yang indah pemiliknya pun juga sangat mengagumkan.

Jung Hoseok 29 tahun seorang perangkai bunga ia adalah satu-satunya pewaris dari salah satu sekolah perangkai bunga terkenal di Korea

"Bagaimana apa kau suka?" Tanya Hoseok setelah menunjukan sebuket bunga yang baru saja selesai di rangkainnya.

"seperti biasa kau luar biasa oppa, aku akan memotretnya saja"

Crek!

Crek!

Crek!

Ada sesuatu yang menggangu Jin, sebelumnya ia tak pernah melihat bingkai foto itu disana.

Dari segi umur Hoseok dan Namjoon tak ada bedanya mereka lahir di tahun yang sama tapi bagi Jin, Hoseok itu sudah seperti kakaknya ia selalu tersenyum dan membuat orang disekitarnya bahagia.

"Daebak! Oppa siapa mereka?" Tanya Jin penasaran wajahnya sudah sangat dekat dengan bingkai foto di atas meja Hoseok.

"Teman lama" Jawab Hoseok singkat sembari menyiram tanaman-tanamannya.

"pembohong" gumam Jin mengrutkan bibirnya.

1,2,3,4,5,6,7

Dia membawa 7 bunga matahari.

1,2,3,4,5,6,7,8,9,10

Dan, dia 10 bunga mawar.

"Apa artinya?"

.

.

.

Hari ini suasana di salah satu gerbong kereta tampak lengang tentu saja kereta api (KTX) ini hanya mengangkut orang dengan tujuan Daegu.

Namjoon bisa saja duduk santai dengan selimut dan secangkir kopi di gerbong kelas bisnis tapi kelas ekonomi tidaklah buruk ia bisa bertemu banyak orang di gerbong ini sebagai contoh ia bertemu dengan Jin.

Bukan Jin itu yang ku maksud tapi, Seokjin.

Jin dengan ransel besarnya berjalan melewati tempat duduk yang sudah terisi jika ada kursi yang kosong maka di situlah ia harus duduk gadis itu tidak perduli dengan apa yang tertulis di tiket.

Ia menemukan satu tempat duduk kosong di sebelah jendela dan ada seorang namja yang nampak tenang sedang membaca korannya.

"permisi..." Jin menurunkan ransel besar itu dari punggungnya.

Mencoba mengangkatnya ke penyimpanan barang di karena tinggi badanya yang sedikit kurang memadai ransel beberapa kilo itu jatuh dan tepat mengenai kepala namja di bawahnya.

"o-ow"

Saat sang namja menurunkan surat kabar yang ia baca Jin pun ikut menundukan kepalanya minta maaf. "Aku benar-benar menyesal maafkan aku"

Menghela napasnya panjang Namjoon bisa apa, apa ia harus memarahi anak kecil yang sudah minta maaf padanya.

"Baiklah-baiklah angkat kepalamu aku akan menaikan barangmu" Ucap Namjoon bangkit dari duduk nyamannya.

train • [namjin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang