Laboratorium

238 19 3
                                    

WARNING!!

Sebelum baca ini siapin mental dulu, karena bakal ada pertumpahan darah, yang bikin mual, merinding. Dan juga ada kata-kata kasar, buat yang masih dibawah umur tolong jangan diikutin ya adik2 ini cuma fiksi, aku udah ingetin ya, yang kuat yok baca yang ngga... Ngga baca gpp kok ^^

Douzo~

•••

"Yoshiro Takashi!!" Yuri tersenyum senang "n-n-nama ku Yoshiro Takashi!!" ucapnya bergetar, ketakutan. Sedangkan Yuri menyeringai puas.

Ya, dia tidak salah sasaran.

"Terima kasih, tuan" dengan gerakan pelan Yuri menyayat leher, ah tidak itu akan mempermudah kematian menjemput tuan Takashi.

Setidaknya, Yuri ingin mengobrak abrik isi perut Takashi.

"Aaghh!!" kulit perut tuan Takashi saat ini sudah terkoyak, membuyarkan isinya. Untung saja kamar mandi disini bisa dikunci dari dalam, dan kedap suara bahkan tidak ada cctv. Begitu aman dan kemungkinan untuk ketahuan sangat mustahil.

"Tuan... Apa kau tahu?" kini, kulit pinggang kiri Takashi juga sudah terkoyak, mengeluarkan begitu banyak darah. Tidak mau tangannya kotor, ia menjauhi tangannya lalu membiarkan darah itu keluar sendiri.

"...sakit sekali rasanya ditinggal oleh kekasih ku" ia menusukan pisau itu berkali-kali di dada tuan Takashi, tidak peduli akan kesakitan pria itu, seperti menusuk benda mati Yuri terus melakukannya namun tetap memperhatikan agar tidak mengenai jantung. Rungu Yuri masih ingin mendengar teriak kesakitan dari korbannya.

"Rasanya itu... Seperti ini"

"AAAARGHHH" Yuri menusuk telapak tangan paman Takashi sampai menembus lantai. Lalu mencabutnya begitu saja.

"Aaghh s-sahkit s-sekaliii" teriak pria itu tanpa henti.

"Tuan, tolong diam sebentar aku ingin bercerita" muka memelas Yuri sungguh menakutkan bagi pria tua itu, dengan tenaga yang tersisa Takashi berusaha bangkit dan mundur menjauhi Yuri, meski itu sangat mustahil karena tubuhnya sudah tidak berdaya lagi. Maka paman itu hanya bisa tergeletak pasrah d iatas lantai.

"Paman, diam sebentar.."

"AAARGHHH" tidak puas dengan tangan yang satunya, Yuri kembali menusuk telapak tangan Takashi yang sebelah.

Tidak ada lagi tenaga, perutnya pun begitu merasa sangat sakit. Mungkin ususnya tidak lagi pada tempat yang semestinya.

"K-kalau kau m-mau membunuh ku, l-langsung bunuh s-s-sajah aku!!" tantang Takashi, ia tak tahu terlibat masalah apa dengan pemuda bermuka dua di hadapannya ini. Dimata Takashi pemuda itu tersenyum dan memasang wajah memelas, namun sikapnya sungguh terbalik dengan ekspresi wajahnya, mengerikan.

"Tidak, aku tidak mau membunuh mu" Takashi sedikit tertegun "sebelum aku menyiksa mu" dugaannya salah, mau bagaimana pun kematian sudah pasti ada di hadapannya sebentar lagi.

Dan benar, gerakan Yuri semakin membabi buta, ia menusuk mata, telinga, menusuk wajah Takashi sampai tak berbentuk lagi.

"Aaaarghhh" teriakan terakhir setelah Yuri menusukan pisaunya di kerongkongan Takashi, menembus hingga leher belakang.

Kemudian, Yuri mencabut pisau itu berjalan menuju westafel dan mencuci sisa darah yang ada di pisau, beruntung saat membunuh Takashi, Yuri melipat lengan mantelnya sehingga darah yang menetes bisa ia bersihkan, dan bercak darah tidak ada di lengan mantelnya.

Setelah itu, Yuri keluar dari toilet menggunakan pakaian pegawai pembuang sampah, sambil membawa kantong plastik besar. Yang ia ambil sebelum sampai ke toilet dan ia letakan di depan pintu masuk, tentu saja paman itu tidak sadar karena ia dalam keadaan mabuk dan muntah-muntah saat itu.

MalignityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang